Ketika seorang muslim sedang berziarah di makam Rasul SAW di Medinah, sewaktu menunaikan ibadah haji atau umrah, maka yang sangat didambakan ialah semoga memperoleh Syafa’at Rasul. Namun, sebagian masyarakat, masih meragukan, apakah memang ada yang disebut “syafa’at”, yakni dapat melakukan pembelaan terhadap nasib seseorang di akhirat seperti di dunia ?.Siapakah yang memenuhi syarat dapat dibela dan apakah hanya rasul SAW yang akan diberi izin untuk memberi syafa’at, sesuai Alquran ?
Syafa’at (Syafa’ah) berasal dari struktur huruf “Syin, Fa dan’Ain” yang berarti genap. Artinya, selalu terdiri dari dua hal yaitu gabungan antara satu dengan sesamanya, misalnya ada yang menolong dan ada yang ditolong. Atau makna yang lebih tegas, yaitu perantaraan (pertolongan) untuk menyampaikan permohonan dan keringanan sesuatu kepada Allah (Mu’jam :384).
Dalam Alquran:
Banyak ayat dalam Alquran yang menyebutkan adanya syafa’at, diantaranya:
(l) Dan jagalah dirimu dari azab hari kiamat, yang pada hari itu seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun, dan begitupula tidak diterima syafa’at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong (QS.2:48).
(2) Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkanNya memperoleh syafa’at itu (QS.34:23)
(3) Siapapun yang dapat memberi syafa’at disisi Allah, tanpa izinNya ?.(QS.2:225)
(4) Barangsiapa yang memberi syafa’at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya(QS.4:85)
(5) Dan hari ini tiada yang memberikan syafa’at melainkan orang yang diridhaiNya. (QS.2O:lO9)
(6) Dan mereka tiada memberi syafa’at, melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah (QS.2l:28).
Dari 6 ayat tersebut diketahui, bahwa ada yang disebut syafa’at, ada sebagian orang yang tidak berguna syafa’at baginya, ada pula yang memperoleh syafa’at, bahkan ada yang dapat memberi syafa’at. Adapun orang yang tidak berguna syafa’at baginya ialah orang kafir, dan yang memperoleh syafa’at hanyalah mereka yang diridhai serta memperoleh izin daripadaNya. Adapun orang-orang mukmin yang memperoleh izin, jika dihubungkan (munasabah) dengan ayat lain misalnya “ Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan orang yang dikehendaki dan diridhaiNya. (QS.53:26).
Pendapat Mufasir:
Menurut Tafsir Al-Maraghi, bahwa orang-orang yang diizinkan dan diridhai, hanyalah mereka yang beramal ikhlas, sama dalam perkataan dan perbuatan (Juz IX :35).
Adapun orang yang akan memperoleh ridha Allah, ialah golongan mukmin yang berdosa selain dosa musyrik, sesuai Alquran “Sesungguhnya Allah tiada mengampuni dosa yang musyrik kepadaNya, dan mengampuni segala dosa selain itu, kepada yang dikehendaki” (QS.Al-Zumar 53). Namun, perlu diketahui jika melihat ayat lain, bahwa dosa apapun yang dilakukan manusia, dapat diampuni Allah, jika masih sempat bertobat nasuha sebelum meninggal (Lihat Al-Mizan XVII :295).
Adapun orang-orang yang diberi izin memberikan syafa’at, dijelaskan oleh Rasul SAW : “Yang dapat memberi syafa’at di hari kiamat ada 3 golongan : Para nabi, para ulama dan syuhada “(HR.Ibnu Majah dari Usman).
Berdasarkan Hadis Kutubussittah tersebut, maka yang menjadi masalah ialah apakah semua nabi dan ulama akan diberi izin memberi syafa’at ?
Jawabnya, kita lihat ayat lain dan hadis tentang kategori ulama ada tiga menurut Alquran :“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orangorang yang Kami pilih dari hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang zalim kepada dirinya, dan diantara mereka ada yang muqtasid (pertengahan) dan diantara mereka adapula yang “Sabiq bi alkhayrat “ (terdahulu dalam segala kebaikan) dengan izin Allah (QS.32:35).
Menurut mufasir Sayid Quthub, bahwa golongan zalim atau golongan pertama, yaitu orang-orang yang lebih banyak kejahatannya dari kebaikannya, muqtasid golongan kedua yaitu yang seimbang kebaikannya dengan kejahatannya, sedang sabiq golongan ketiga ialah yang lebih banyak kebaikannya dari kejahatannya (Fi zhilal Qur’an VI:l32).
Sedang menurut mufasir Ibnu Katsir, golongan Sabiq ialah golongan istimewa yaitu mengerjakan wajib dan sunnat dengan baik dan mampu meninggalkan segala yang haram dan makruh (Juz III:554).
Berbeda denga mufasir Al-Thabathabai yang menitik beratkan bahwa tiga golongan itu adalah ulama zalim dan muqtasid yaitu ulama yang masih sering berbuat dosa besar atau kecil, sedang ulama “Sabiq” (terdahulu) yaitu golongan ulama yang tidak lagi berbuat dosa, kecil apalagi yang besar, suka mengamalkan ilmunya dan suka mencarikan solusi terhadap problema yang dihadapi masyarakatnya, dan mereka itulah yang disebut ayat lain “Ulaika al-muqarrabun” (Dekat kepada Tuhan) yang akan masuk ke surga tanpa hisab ( Al-Mizan Juz XVII:46 ).
Dari tiga mufasir tersebut diketahui bahwa ulama yang istimewa, hanyalah golongan ketiga yang disebut Alquran “Sabiq bilkhairat”, yaitu golongan ulama yang kebaikannya banyak dan hampir tidak pernah melakukan pelanggaran, dibutuhkan umat masa kini dan akan datang serta patut disebut pewaris nabi-nabi, yang masuk kategori yang dapat memberi syafa’at, sesuai sabda Nabi :” Yang dapat memberi syafa’at di hari kiamat ialah para nabi, para ulama dan syuhada “ (HR.Ibnu Majah dari Usman).
Bentuk syafa’at:
Untuk meyakinkan adanya syafa’at Rasul, nabi bersabda “ Aku disuruh memilih antara dua alternatif yaitu umatku akan masuk ke surga separuh atau aku memberi syafa’at bagi mereka, niscaya yang kupilih ialah memberi syafa’at,. karena lebih umum, memadai dan menguntungkan “(HR.Ibmu Majah dari Abu Musa Al-Asy’ari).
Adapun bentuk syafa’at pertama yang akan dilakukan Rasul di akhirat nanti, ialah menyelesaikan problema masyarakat ketika dikumpulkan di mahsyar yaitu seluruh manusia yang pernah hidup dari awal sampai terakhir.
Nabi pernah bersabda “Ketika kerumunan manusia sedang menghadapi pengadilan di dalam keadaan panas dan gelisah, karena nasib belum menentu, maka di antara mereka berinisiatif dan mengusulkan mencari bapak manusia yaitu Adam dan memohon syafa’atnya, setelah bertemu, pimpinan rombongan berkata “ Hai Bapak kami, engkaulah manusia pertama yang pernah malaikat diperintahkan bersujud kepadamu, tolonglah dan sampaikan kepada Tuhan mengenai nasib kami”.Tapi, Adam menjawab:” maaf saya tidak dapat menolong kalian, sebab saya punya masalah, pernah memakan buah yang dilarang Allah, sekarang nafsi - nafsi, dan pergilah kepada yang lain. “ Kemudian rombongan mencari bapak manusia kedua, Nuh dan memohon kepadanya, sebagai nanusia yang digelari hamba yang bersyukur (Abdan syakura), Tolong sampaikan kepada Tuhan mengenai nasib kami yang belum menentu.Tapi Nuh pun tidak dapat menolong dengan alasan, punya masalah pernah berdoa menenggelamkan umat manusia di dunia, sekarang nafsi-nafsi dan pergilah kepada yang lain. Kemudian rombongan mencari Ibrahim dan memohon permintaan yang serupa “ hai Ibrahim engkau digelari khalil (Sahabat) Allah, mohonkanlah nasib kami kepada Allah,” tapi Ibrahim pun tidak dapat menolong dengan alasan saya punya masalah, pernah berdusta, sekarang nafsi - nafsi, dan pergilah kepada yang lain. Kemudian rombongan mencari Musa, dan memohon pertolongan seperti yang sudah dilakukan, lalu Musa menjawab saya pun punya masalah, pernah membunuh pengawal Fir’aun, sekarang nafsi-nafsi, dan pergilah kepada yang lain. Kemudian rombongan mencari Isa dan mengajukan permohonan, seperti yang dilakukan sebelumnya, tapi Isa pun tidak mampu menolong dengan alasan, saya punya masalah, kaum saya menuduh anak Allah, sekarang nafsi-nafsi, dan pergilah kepada yang lain. Akhirnya rombongan mencari Muhammad SAW, dan memohon pertolongan seperti yang telah dilakukan kepada nabi-nabi yang lain. Lalu Muhammad pergi bersujud di bawah ‘Arasy dan menghadap Allah sambil berkata, Ya Allah ummati, ummati (Tolonglah umatku ya Allah !). Kemudian Tuhan menjawab, angkatlah kepalamu, sebagian umatmu saya akan bebaskan dan tidak perlu dihisab dan sekarang suruhlah memasuki surga di pintu bagian kanan dan sebagian yang lain untuk diproses, di pintu yang luasnya sama antara Mekah dan Medinah.” (HR.Turmudzy dari Abu Hurairah).
Berdasarkan Alquran dan Hadis sahih di atas, maka baik Nabi atau ulama, tidak seluruhnya dapat memberi syafa’ah, kecuali Nabi kita Muhammad SAW yang tidak punya masalah dengan Tuhan.
Adapun bentuk-bentuk syafa’ah yang akan dihadapi umat Muhammad di akhirat, sangatlah bervariasi sesuai amal ibadah yang ikhlas yang pernah dilakukannya, yaitu:
Bentuk syafa’at di akhirat nanti ada 5 Pertama, mempercepat perhitungan amal ketika dihisab. Kedua, Adanya sebahagian yang akan masuk ke surga tanpa hisab. Ketiga,Membela umatnya yang sudah divonis neraka, jika dikehendaki Allah.Keempat, memohonkan keringanan siksaan yang sudah telanjur di neraka atau dikeluarkan sama sekali, karena pernah bersyahadat. Dan kelima, meningkatkan derajat orang yang sudah menghuni surga. (Sahih Muslim,Syarah Annawawi, Jilid II:36).
Membutuhkan syafa`at
Adapun orang-orang yang ingin dan membutuhkan memperoleh syafa’at Rasul di akhirat nanti, hendaknya mulai dari sekarang berusaha mengikuti ajaran rasul, sunnah dan melakukan wiridnya dalam ibadah serta meniru akhlaknya yang terpuji, terutama kecintaannya kepada kaum fakir miskin, dimana tanah air kita makin membeludak jumlahnya penduduk yang merasakan nasib itu. Dan sebagai bukti kecintaan kepada Rasul SAW, ialah banyak membaca salawat kepadanya, sesuai firman Allah “Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bersalawat kepada nabi, maka hai orang-orang mukmin bersalawatlah kepadanya. ” (QS.33:56).
Akhirnya, berdasarkan uraian Alquran dengan tafsirnya serta didukung hadis-hadis Kutubussittah, maka “syafa’at” memang ada, namun ada yang tidak berguna syafaat baginya, yaitu yang inkar dan ada juga yang berguna yaitu mukmin yang amalnya ikhlas, baik dalam perkataan dan perbuatan serta banyak mengikuti sunnah dan bersalawat kepada rasul SAW. Karena ulama adalah pewaris nabi-nabi, maka sebahagian dari mereka juga dapat memberi syafa’at setelah memperoleh izin dari Allah, yaitu ulama yang banyak melakukan perintah wajib dan sunnat serta tidak melakukan dosa sekecil apapun, yang oleh Alquran digelar “Sabiq bilkhayrat”(Selalu terdahulu dalam kebaikan).
Semoga kita umat Rasul, terutama pembaca uraian ini, dapat memperoleh kontribusi syafa’at Rasul SAW di akhirat nanti Amin.
H. Mochtar Husein
No comments:
Post a Comment