Saturday, November 10, 2007

Maut Bukan Azab

DALAM kehidupan sehari-hari, karena kita terlalu sibuk mencari duit, sering lupa, bahwa ada yang namanya maut (kematian) yang selalu mengintip. Sewaktu-waktu datang menghadang. Memisahkan antara suami, isteri, dan anak yang sangat dicintai. Sehingga nabi Musa pernah menyesali Malakulmaut, mengapa tidak memberi tahu sebelumnya ?. Malakulmaut menjawab, “ pemberitahun sudah lama, seperti ketika rambutnya mulai putih, itu tanda-tandanya,dsb “.Sebab itu agama mengingatkan jangan terlalu gila memburu harta, jabatan dan kemuliaan dunia. Kehidupan dunia gampang melalaikan akhirat (maut). Salah satu sebab dianjurkan surah yang dibaca waktu salat Subuh adalah Dhuha, karena diantara ayatnya berbunyi “ Walal akhiratu khairun laka minal ula ( Sesungguhnya kehidupan akhitat, jauh lebih baik dari kehidupan dunia). Artinya, diwaktu Subuh sudah diingatkan, jangan sampai anda terlalu sibuk mengurus kehidupan dunia yang sebentar, lalu melupakan kehidupan akhirat yang abadi.

Menurut kacamata agama, maut (kematian) itu sama dengan tidur dan bukan azab. Etika Islam ketika bangun dianjurkan berdoa “ Alhamdu lillah aladzi ahyana ba’da ma amatana wailaih al-nusyur “ .(HR.Muslim) yang artinya alhamdulillah, saya hidup kembali sesudah mati tadi malam. Diperkuat Al-Quran “Allah menggenggam nyawa, ketika kematiannya,dan nyawa yang belum mati diwaktu tidurnya. Maka Dia tahan yang telah ditetapkan kematiannya dan Dia lepaskan yang lain, sampai waktu yang ditentukan (QS.al-Zumar 42).

Nafs / nyawa ditempatkan Allah dalam satu wadah yaitu jasmani bersifat sementara.Dan bila saatnya, cepat atau lambat, akibat kerusakan organ, Allah memisahkan nafs itu dan ditempatkan di tempat yang dikehendakiNya. Karena itu nafs bagi yang tidur kembali ke wadah yang menampungnya. Ketika Rasul ditanya sahabatnya, apakah di surga ada tidur ?. Beliau menjawab “ Mati adalah saudara tidur, disana tidak ada mati “. (HR.Ahmad).

Cobaan:
Sebenarnya, musibah itu banyak. Tapi biasanya maut yang paling ditakuti manusia. Padahal, bagi Tuhan, hidup dan maut adalah cobaan untuk menilai siapa hambanya yang terbaik amalnya. Dan sama sekali bukan azab (siksaan). Disebutkan Al-Quran “ Wa lanabluwannakum bi syaiin…..( Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan Inna lillahi wainna ilaihi raji’un ( Kami milik Allah dan akan kembali kepadaNya). (QS. Al-Baqarah 155-156).

Menurut Tafsir Al-Baidhawi, cobaan itu disebut “Bisyaiin” (dengan sedikit), karena dibandingkan dengan rahmatNya, yang lebih banyak. Atau jika dibandingkan azab (siksaan) akhirat yang sangat berat, cobaan itu sangat kecil artinya. Cobaan dunia,gunanya supaya bisa menyadari dan memperbaiki kesalahan dan kesombongan yang pernah dibuat. Apakah langsung mengenai diri, keluarga atau teman akrab dalam mengerjakan kejahatan ( h. 94).

Jika diamati tafsirnya misalnya, bahwa ketakutan di dunia, masih dapat dieliminer dengan pengawalan polisi, kelaparan di dunia, masih dapat dibantu kaum dermawan. Demikian kematian suami misalnya, masih ada peluang untuk kawin lagi dst. Sedang yang namanya azab akhirat sangat berat, karena tidak ada seorangpun yang dapat menolong, selain amal ikhlas kita sendiri.

Azab:
Cobaan dunia bagaimanapun beratnya dirasakan, bagi Tuhan disebut “Bi syaiin” (sesuatu yang kecil), dibandingkan rahmat Allah yang masih banyak, dan adanya alternative dapat mengatasi. Sehingga Al-Quran cukup menggunakan istilah cobaan (bala dan fitnah). Berbeda dengan azab (siksaan ), memang tujuannya untuk menyiksa yang hampir seluruhnya yang dimaksud Al-Quran adalah siksaan di akhirat.

Ratusan ayat dalam Al-Quran tentang azab, salah satu diantaranya “ Sesungguhnya orang-orang kapir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan dimasukkan ke dalan Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka, dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa dan Mahabijaksana (QS.al-Nisa 56).

Untuk memberi gambaran perbedaan prinsip siksaan di akhirat dengan cobaan di dunia, misalnya orang yang terbakar dirinya di dunia paling lama tiga menit dirasakan. Ketika nyawa sudah keluar, tidak ada lagi yang dirasakan. sesuatu, Berbeda dengan azab di akhirat karena tidak mengenal lagi maut maka siksaan itu dirasakan terus menerus. Bahkan kulit yang sudah hangus terganti dan diganti lagi. Betapa pedihnya orang yang di azab. ( Na’udzu bi Allah ).

Selanjutnya Al-Quiran membandingkan kebalikannya, yaitu yang memperoleh nikmat.“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Kami akan masukkan ke dalam Surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mempunyai isteri-isteri yang suci yang ditempatkan di tempat yang teduh, lagi nyaman ( QS.al-Nisa 57 ).

Menurut ulama Tafsir, salah satu metode Al-Quran, setiap menggambarkan azab, bagi orang Kapir di Neraka, selalu diperbadingkan dengan nikmat yang diberikan kepada orang mukmin yang banyak amal saleh, dengan memasukan ke surga (kebun) yang dibawahnya mengalir sungai dan dihuni perempuan-perempuan yang suci bersih. Al-Quran menggunakan istilah tempat teduh ( zhillan zhalilah ) sebagai gambaran, betapa indah dan cantiknya penghuni surga untuk mendekatkan akal, terutama kepada yang berdomisili di tempat turunnnya Al-Quran di padang pasir tandus, yang tentu berkesan ada kebun indah dan bidadari cantik yang tidak pernah kotor, tidak pernah tersengat matahari, sebagai gambaran halusnya kulit bidadari. Sebenarnya gambaran fasilitas yang tersedia di surga, hakikatnya melebihi dari itu, karena Rasul menyebut surga itu “ Wala ‘ala qalbin bi al basyar (Dan tidak pernah terlintas di kalbu manusia, indahnya yang sebenarnya ).

Hakikatnya, semua orang akan memperoleh cobaan. Banyak dosa, sedikit dosa. Sesuai ayat diatas. Keuntungannya dapat martabat yang lebih tinggi, kalau mampu bersabar, seperti yang pernah disinggung Rasul, “ Menakjubkan seorang mukmin karena tidak pernah luput dari kebaikan. Memperoleh nikmat, lalu bersyukur, nikmat akan ditambah lagi. Memperoleh cobaan, lalu bersabar, akan mendapat rahmat dan berkah Allah. Al-Quran menyebut juga, “Mereka yang mampu bersabar dan mengucapkan Inna li Allah, ketika tertimpa musibah, mereka itulah mendapat keberkatan yang sempurna,dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.2: 157).

Memperoleh musibah itu bahagian dari takdir. Manusia dituntut bersabar mencari ikhtiar akibat cobaan. Hikmahnya, menyadarkan cobaan itu sebagai teguran, agar tobat memperbaiki kekeliruan yang pernah dilakukan. Tapi kemudian bersyukur pula,setelah bersabar karena musibah yang menimpa diri Anda masih ringan, dibandingkan orang lain. Misalnya jika Anda lumpuh, syukur tidak seluruh badan lumpuh. Kematian, tidak seluruhnya, dibandingkan yang terkena Sunami di Aceh. Ada yang lenyap seketika, bersamaan suami, isteri, anak, hartabenda, dan tempat tinggal.
.
Akhirnya, semua musibah yang menimpa diri Anda atau keluarga, prinsipnya cobaan untuk menyadarkan tobat. Semua musibah itu, termasuk maut, bukanlah azab. Hanya yang sedikit memberatkan, waktu Sakratul maut adalah godaan setan, agar menjadi musyrik, atau banyak utang, atau kurang harmonis dengan orangtua. Rasul SAW menganjurkan memperbanyak doa “ Allahumma hawwin ‘alaina fi sakrat al-maut” (Ya Allah ringankanlah kami, ketika menghadapi sakrat maut. ( Wa Allahu a’lam ).

No comments: