Saturday, November 10, 2007

Kampanye itu Bukan Dakwah

Sudah tiga pekan lamanya, masyarakat mendengarkan kampanye dari 5 calon presiden dan wakilnya bersama tim suksesnya. Boleh dikata tidak ada yang baru. Masih ada yang bernada negatif menyerang saingan atau yang saudaranya dianggap lawan. Bahkan ada yang bentuknya sudah berbau fitnah dan hasad. Menjatuhkan saudaranya sesama muslim tanpa menyadari bahwa hal itu adalah pernyataan kejelekan dirinya sendiri..Dan lebih diperparah lagi karena dilakukan yang berprofesi mubalig atau bergelar kiyai. Tidak segan-segan menyetir ayat dan hadis untuk legitimasi propagandanya. Merasakan seperti sedang berdakwah untuk penyiaran Islam.

Akibatnya, sebagian masyarakat sudah ada yang mempersamakan kampanye dengan dakwah yang wajib ditaati. Padahal sama sekali tidaklah demikian. Sebelum masyarakat terbius rayuan ayat dan hadis dari Tim kampanye, penulis mencoba menjelaskan letak perbedaan antara Kampanye dengan Dakwah, sesuai Ilmu Dakwah.

Makna :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kampanye mempunyai dua arti ,(1) Gerakan (tindakan) serentak untuk melawan atau mengadakan aksi, dsb. (2) Kontes yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau beberapa calon yang bersaing memperebutkan kedudukan di parlemen, dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih disuatu pemungutan suara.

Dari dua pengertian diatas, niscaya pengertian kedualah yang paling tepat, karena bertujuan propaganda agar dipilih menjadi anggota parlemen atau presiden.Tapi pengertian pertama juga dapat digunakan, karena adanya gerakan serentak mengadakan aksi terhadap saingan atau yang dianggap lawan.

Berbeda dengan Dakwah menurut Kamus Besar, mempunyai dua arti (1) penyiaran dan propaganda (2) penyiaran agama di kalangan masyarakat dan pengembangannya; atau seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Sedang berdakwah ialah berkhotbah tentang pelajaran agama sekali sepekan dari seorang mubalig di desa.

Kedua pengertian Dakwah tersebut, hanya pengertian kedualah yang tepat. Sedang pengertian pertama meleset, terutama jika kembali ke aslinya yaitu Bahasa Arab.

Penyiaran dan propaganda termasuk kampanye, dalam bahasa Arab disebut “ Di’ayah “. Bukan Da’wah (Boleh ditulis Dakwah). Menurut ahli Bahasa Alquran Ibnu Faris, Dakwah berakar dari tiga huruf “ Dal, ‘ain, dan huruf mu’tal “ ( alif, waw dan ya ), yakni Da’a, Yad’u,Da’wan (Da’wah). Artinya ada tiga.Pertama “ Antamila al-syai ilaika bi shawth aw kalam ( Jika anda merasa terpanggil kepada sesuatu lantaran mendengar suara atau perkataan ). Misalnya bunyi bedug di Mesjid atau panggilan azan mengajak untuk melakukan salat. Jadi dakwah itu ialah ajakan.

Kedua, Al-Du’au ilallah ( Berdoa kepada Allah) atau kepada sesuatu..Ketiga, Al-Da’wah ila al-Dien Allah ( Mengajak kepada agama Allah ).Namun hendaknya dipahami bahwa makna Dakwah itu netral, sesuai konotasi kalimat yang bergandengan. Boleh positif dan negatif. Jadi sesuai sambungan kata, misalnya dalam Alquran ada istilah Da’a ilaljannah (Mengajak ke surga), tapi ada juga istilah Da’a ilannar(Mengajak ke Neraka).

Dari tiga makna diatas, niscaya makna ketigalah yang paling tepat dan relevan pembahasan yakni berdakwah untuk penyebaran agama Allah.

Takrif dakwah umumnya diilhami 2 ayat :

(1) “ Hendaklah ada diantara kamu sekelompok manusia yang senantiasa mengajak kepada yang baik (al-Khair), memerintahkan berbuat kebajikan (makruf), dan mencegah dari perbuatan keji (mungkar) dan merekalah orang-orang yang beruntung (QS.Ali Imran 1O4) (2) Adakah seseorang yang lebih baik perkataannya, kecuali yang berdakwah kepada Allah, berbuat amal saleh, dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri (muslimin ) ?. (QS.Fussilat 22)

Dari kedua ayat itu terlihat bahwa dakwah itu adalah seruan berbuat baik, perintah menjalankan yang makruf dan larangan mengerjakan yang mungkar, berdasarkan Islam dan dilakukan karena Allah.

Dan dari kedua ayat itulah melahirkan defenisi, antara lain :

(1) Dakwah ialah mengajak manusia berbuat yang baik, memerintahkan berbuat yang makruf dan mencegah berbuat yang keji, demi kebahagiaan dunia dan akhirat.(Syekh Ali Mahfuzh)

(2) Dakwah ialah memperbaiki keadaan muslim dan mengajak manusia agar menjadi muslim.(Syekh Mohammad Abduh)

(3) Dakwah ialah memindahkan umat dari suatu situasi kepada situasi yang lebih baik (Syekh Al-Khuly)
.
Dari tiga defenisi itu dipahami, bahwa berdakwah itu ialah membumikan nilai Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah, mengajak manusia agar menjadi muslim dan lebih meningkatkan ketakwaannya, demi kebahagiaannya dunia dan akhirat.

Adapun metode yang digunakan ialah mengajak dengan bijaksana, bernasehat dengan santun dan empati terhadap perbedaan pendapat yang berbeda (QS.al-Nahl 125).

Metode Alquran diperkuat dengan hadis “ Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan banyak menakut-nakuti, dan persatukanlah dan jangan menceraiberaikan “. (HR. Bukhari Muslim).

Kaifiat Dakwah:
Adapun kaifiat yang lebih bijaksana yakni disesuaikan kemampuan audiens (Biqadri ‘uqulihim ).Seorang pakar Dakwah dari Timur Tengah Dr. Abdul Karim Zaidan dalam bukunya “Ushul al-Da’wah “ , menyatakan dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam, minimal di kelompokan ke dalam 3 dimensi :

Pertama , kelompok awam dan muallaf. Pesan yang disampaikan kepada mereka, terutama yang bentuknya dramatisasi, seperti ketika Jibril yang mendatangi Rasul di mesjid dan berdialog, “ Ya Muhammad, apa arti iman, Islam dan Ihsan ?. Kemudian dijawab sendiri sesuai rukun Iman, Islam dan Ihsan. Hadis yang seperti inilah yang paling cocok disampaikan kepada mereka.

Kedua , kelompok ahli hukum dan pemerintahan, terutama mengenai Akidah, Syari’ah dan Akhlak yang tertera langsung dalam Alquran seperti pada surah Al-Maidah. Kalau akidah kurang mantap, ahli hukum dan pemerintahan akan gampang dan berani melakukan menyelewengan dan korup. Demikian bidang syai’ah jika dipahami sama seperti hukum dunia, juga mereka akan berani melanggar dan terakhir hendaknya ditanamkan dalam diri mereka, bahwa akhlak adalah tulang punggung utama bagi seorang pemimpin, sehingga misi utama Rasul, “Aku dibangkitkan untuk menyempurnakan segala budi pekerti yang telah ada “.

Ketiga , kaifiat pesan-pesan kepada kaum intelektual dan pemikir, terutama yang mengandung pertanyaan, misalnya “ Afala ta’qilun (Apakah anda tidak menggunakan akal ?.Afala tanzhurun ? (Apakah anda tidak memperhatikan ? ) Afala tubshirun ? (Apakah anda tidak melihat ?). Sedang hadisnya terutama menjawab 3 pertanyaan : Min ayna ? ( Anda berasal dari mana ?), kemudian Limadza ji’na (Mengaopa anda harus datang ke dunia ?) dan Waila ina al-mashir (Dan akhirnya akan kemana anda kembali ?.) .

Dari tiga pertanyaan itu niscaya akan terjawab sendiri bahwa manusia itu hanya berasal dari setitik air yang menjijikan, kemudian ditugaskan berladang di dunia dengan amal saleh, akhirnya “Ila rabbika al-ruj’a (Anda akan kembali kepada Tuhanmu mempertanggung jawabkan usia dan amal yang anda lakukan di dunia. )Yang baik dibalas yang baik dan buruk dibalas yang buruk.

Kalau seorang Da’iy telah mampu melakukan pengelompokan dakwah yang baik, maka sisa satu yang harus diyakini, bahwa tugas Da’iy hanyalah Tablig (menyampaikan). Hasilnya adalah hidayah Allah. Hal ini dibuktikan jawaban Tuhan kepada Nabi Muhammad, ketika mengajak pamannya , Abu Thalib agar memeluk Islam, namun tetap wafat dalam agama nenek moyangnya. Tuhan berfirman “Innaka la tahdi man ahbabta, walakinnallaha yahdi ‘ala man yasya- u ” (Engkau (Muhammad) tidak mampu memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tapi hanya Tuhanlah yang memberi petunjuk kepada yang dikehendaki.(QS.al-Qasas 52).
Demikianlah sekelumit tentang makna dakwah, kaifiat dan masalahnya.

Dakwah ialah menyampaikan pesan-pesan Allah kepada seluruh manusia dengan mengajak berbuat al-khair (baik), memerintahkan berbuat yang makruf dan mencegah berbuat mungkar, demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka kampanye yang sifatnya propaganda (Di’ayah) yang disampaikan calon presiden atau wakilnya atau tim suksesnya, sekalipun menyetir ayat atau hadis, tidaklah termasuk Dakwah yang harus ditaati, karena sifatnya propaganda untuk dirinya, tapi boleh kita pilih salah satu dari mereka yang dianggap jujur, adil dan mampu mensejahterakan bangsa. Semoga Allah SWT memberi hidayah kepada kita. Amin.

No comments: