Saturday, November 10, 2007

Membaharui Pola Pikir Islami

Tidak terasa kalender yang tergantung di dinding tela berakhir, dan digantikan kalender baru yang sekurun waktu Pemilu baru. Pemilu yang akan kita masuki diharapkan tidak hanya menghasilkan anggota Legislatif dan Presiden baru, tapi yang utama agar para pejabat itu betul-betul manusia pilihan berpola pikir baru yang sesuai Islam, karena penduduknya muslim dunia.Atau manusia pejabat yang sama ucapannya dengan perilakunya.

Apa sebab ?.Sesuai kenyataan, selama merdeka sampai sekarang, rasanya hampir tidak ada bedanya. Orde lama. Orde Baru. Reformasi. Satu-satunya yang kelihatan berbeda, hanya boleh bersuara bebas, melalui media massa atau berdemonstrasi. Bahkan nasib masyarakat kecil dalam berusaha, dambaan perlindungan dan ketentraman, rasanya semakin jauh. Krisis berkepanjangan masih berdendang dengan nada yang tajam, dihiasi lirik musibah bergantian, akibat ulah manusia serakah. Dan lebih celakanya lagi pengaruh budaya dan agama yang dapat meredam, ikut terkontaminasi oleh pola pikir sebagian pemimpin yang mengaku muslim, tetapi tetap terjerat dalam rekayasa egoisme, keserakahan, dan pembodohan masyarakat yang oleh istilah agama, sebenarnya membohongi dirinya sendiri ( zhalim linahsih ).

Bagaimana membarui pola pikir yang Islami ?

Dulu dikenal ada istilah pola pikir baru dari seorang mantan Gubernur. Petik, olah dan jual. Artinya, untuk melipat gandakan penghasilan, ada pengolahan dan perencanaan.

Pola pikir ini, tidak bertentangan Islam, sesuai Alquran, ”Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” .(QS.59:18).

Menurut mufasir, sekalipun ayat tersebut, untuk persiapan keseluruhan umur selama hidup di dunia, tiada larangan jika kita berpola pikir memperhitungkan apa yang kita kerjakan setiap tahun. Berapa persen yang positif dan negatif yang dikerjakan setiap tahun, karena ayat tersebut menyatakan “Tuhan melihat dan mengetahui apa yang kita kerjakan”. Apa betul-betul ikhlas atau sekedar konsumsi televisi yang sifatnya popularitas ?.Selanjutnya oleh mufasir dikatakan ayat tersebut dua kali disebut takwa, karena kebanyakan orang menolong dan berbuat sesuatu bukan lantaran dorongan takwa.

Disamping itu karena ayatnya terutama untuk persiapan akhirat, maka hendaknya memperhitungkan dengan baik, berapa tahun yang digunakan mencampur baur antara yang makruf dan munkar,antara yang hak dan batil.

Tanggung jawab:
Ayat tersebut diatas diperkuat sebuah hadis yang populer, “Seorang hamba tidak boleh bergerak di tempatnya bangkit di hari akhirat sebelum mempertanggung jawabkan 4 hal :Umurnya kemana dihabiskan ?,kepemudaannya ke mana dimanfaatkan ?, ilmunya kemana dipergunakan ? dan hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan ?.(HR. ).

Pertanggung jawaban mendasar ini, jika dianalisis terdapat adanya perbedaan mendasar keempat pertanyaan itu. Artinya, pertanggung jawaban tentang umur keseluruhan, umur khusus muda dan ilmu yang dimiliki, ketiganya hanya ditanyakan kemana digunakan, karena pasti semuanya pemberian dari Allah.

Tapi, pertanggung jawaban harta yang dimiliki, dua pertanyaannya. Pertama, bagaimana cara memperolehnya ( Min ayna) ?.Kedua, kemana dibelanjakan harta itu (Ila ayna) ? Alhasil, mempertanggung jawabkan harta, dipertanyakan duakali lebih berat, dari sekedar umur dan ilmu.

Apa sebab ?. Sekalipun harta itu hakekatnya juga pemberian Allah, tapi ada larangan memperolehnya jika cara yang batil, misalnya memberi dan menerima sogok. Termasuk pemberian seseorang lantaran jabatan, yang disumpah langsung atau tidak langsung, sesuai sumpah jabatan dimuka umum yang menyebut nama Allah “Wallahi” yang disaksikan oleh diri sendiri, oleh orang yang hadir dan oleh Allah.Itu sehingga akhir ayat menyebut, Allah mengtahui dan melihat apa yang kamu kerjakan (QS.59:18).

Demikian pertanggung jawaban harta setiap orang, sesuai alasan Min ayna? Dan Ila ay na ?”(Kemana digunakan).

Ketika Khalifah Umar menjadi Khalifah, maka peringatan yang selalu disampaikan kepada pejabat dilingkungannya, baik tingkat menteri atau Gubernur “Hasibu anfusakum qabla antuhasabu” (Buatlah selalu perhitungan dalam dirimu,sebelum Allah memperhitungkan di akhirat).

Untuk lebih memantapkan hikmah pergantian tahun,kita hayati pola pikir Islami. Rasulullah SAW pernah bersabda “ Umatku akan terpilah, pertama usia berakal sampai usia 4O tahun, hendaknya gandrung mencari ilmu dan meningkatkan iman.Kedua, usia 4O keatas adalah umur berbuat baik yang banyak, dan memelihara takwa. (Terutama menjauhi dosa) (HR.Ibnu Majah).

Kalau demikian, hakikatnya pergantian tahun adalah waktu untuk memilah tingkatan usia muda dan tua. (Maaf) kalau anda kini mencapai 4O keatas, tugas primernya adalah menghindari sekecil apapun larangan-larangan agama.Lebih-lebih seorang pejabat muslim, sebelum menduduki jabatan.

Akhirnya, yang disebut memperbarui pola pikir Islami ialah memperhitungkan umur, berapa yang digunakan berbuat makruf, atau maksiat, serta berusaha memperbaikinya kepada yang lebih positif. Disamping itu diusia 4O keatas bukan hanya digunakan berbuat sekedar konsumsi Televisi terutama menjelang Pemilu, tapi bersinambung mengolah bantuan yang produktif seperti pola pikir: petik,olah dan jual..Memberi modal dasar kemudian dikembangkan.

Hal ini telah diperaktekkan Rasul SAW ketika membantu orang miskin ialah membelikan kapak dan kapak itu dimanfaatkan untuk mencari kayu di hutan lalu dikembangkannya menjadi produktif.Demikian antara lain Pola pikir baru yang Islami untuk membangun masyarakat kita dalam penderitaan.

No comments: