Saturday, November 10, 2007

Meyakini Kebenaran Agama Kita

Ada sesuatu yang sangat mengherankan dalam kehidupan kita akhir-akhir ini, misalnya seorang dokter yang melarang pasiennya merokok, tapi dokternya sendiri perokok kelas kakap.Artinya, dokter itu cuma berfatwa, tapi tidak yakin akan kebenaran ilmunya. Demikian adpertensi rokok yang di pasang dengan gambar yang besar hampir di setiap sudut kota, tapi dibawahnya tertulis “Rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin”.Artinya, rokok memperpendek umur dan sewaktu-waktu merenggut maut.

Tapi yang sangat mengherankan, ada dokter perokok .Apakah cuma main-main dengan ilmunya atau sekedar melaksanakan tugas ? Atau sudah melaksanakan dua tugas.Pertama, melarang sebagai tugas dokter. Kedua, membolehkan sebagai pribadi ? (Astagfirullah).

Kalau pemimpin bangsa atau daerah juga demikian, maka hancurlah negara dan bangsa ini.Melarang korupsi misalnya, sekedar tugas. Tapi menumpuk kekayaan dengan berani korupsi, untuk pribadi 7 turunan.

Bagaimana keyakinan Agama ?
Ajaran dasar agama khususnya Islam tidak bolehkan demikian. Agama harus diyakini. Misalnya rukun Islam pertama yang namanya syahadat. Seorang muslim harus meyakini 3 hal. Pertama “Al-Talaffudzu bi allisan” (Diucapkan di lidah). Kedua, “Al-Tasdiqu bi alqalb” (Di benarkan di hati). Ketiga, “Wa al’amalu bi al-arkan (Direalisasikan dalam perbuatan).Seseorang yang tidak melakukan tiga serangkai yakni diucapkan,dibenarkan hati dan dibuktikan dengan perbuatan, berarti syahadatnya belum sah dan belum boleh diakui sebagai seorang muslim.
Jika kita bandingkan dengan dokter perokok diatas, berarti sang dokter itu cuma mengucapkan di lidahnya, hatinya tidak percaya dan pengamalan lebih tidak diimplementasikan, karena ia ingkari ilmunya.
Maaf, kalau agama anda misalnya : syahadat juga diperlakukan sama seperti itu, maka inilah yang disebut muslim, hanya kartu penduduk. Mudah-mudahan muslim seperti ini hatinya masih tetap percaya, tapi mungkin karena kemalasan, sehingga realisasi dalam perbuatan, belum sempat dijalankan penuh, misalnya dengan melakukan salat. Ya Allah ampunilah hambaMu yang hanya masih tergolong kategori ini.

Memberantas penyakit dunia:
Seorang ilmuwan Mesir Syekh Muhammad Gazali, berkata :“ Sebenarnya memberantas penyakit dunia yang kini mewabah seperti Aids sangat gampang, jika kita mau mencabut akar permasalahan, yaitu melarang pelacuran. Pendapat Syekh tersebut mirip yang dianjurkan ahli kesehatan jika ingin memberantas malaria, maka selokan harus bersih.Selanjutnya Syekh berkata, jika kita mau membandingkan kisah-kisah Alquran yang merekam pristiwa ribuan tahun yang silam tentang kejahatan dengan kejahatan masa kini, maka yang terjadi itu hampir tidak ada bedanya.Yang berbeda hanyalah media dan targetnya. Namun nalurinya masih tetap sama. Manusia dulu dan sekarang.Sebab itu kisah Alquran adalah pendidikan dan itibar, perlu dipelajari. Pengumbaran nafsu seks di Hollywood tidak berbeda dengan yang pernah terjadi puluhan abad silam tentang pelacuran. Kesewenang-wenangan penjajahan masa sekarang, tidak berbeda buruknya dengan yang tejadi di zaman Romawi dan Fir’aun. Hanya istilahnya yang diperhalus. Peradaban yang menaungi kita sekarang diakui sangat canggih, tapi kita tidak mungkiri pula bahwa peradaban Barat hanya mengabdi kepada bangsa-bangsa yang meluncur sendiri. Mengabdi kepada keserakahan, kesombongan dan kecongkakan yang mencelakakan bangsa dan agama lain.

Memberantas penyakit dunia sekarang ini, tiada lain kecuali harus kembali kepada Allah dan ajaran dasar Islam. Bukan meniru keserakahan yang dibalas dengan keserakahan atau teror dibalas dengan teror.Misalnya, kalau di mesjid sandal kita diambil orang, kita tidak perlu menambah lagi deretan pengambil sandal.Dengan balasan mengambil sandal orang lain. Karena yang demikian, hanyalah memperpanjang deretan pencuri sandal. Lucunya, kita alami selama merdeka. Kalau dulunya yang koruptor dapat dihitung banyaknya dan kadarnya. Masya sekarang, jumlah koruptor hampir tidak terhitung banyaknya, karena merata diperaktekkan seluruh lapisan, dengan alasan diatas lebih banyak.(Astagfirullah !). Dan yang paling mengherankan justru caranya yang lebih canggih dan jumlahnya triliunan rupiah.Kemudian mereka tidak dihukum karena rupiahnya, masih dapat dikucurkan sebagian kepada yang menguasai hukum. Pantaslah jika organisasi dunia mencap Indonesia negara urutan ke enam terkorup dari seratus negara yang diteliti.

Cara mengatasi :
Sebagai solusi agar kita tidak terlalu lama diurutan keenam ini, menurut penulis, maka hendaklah kita semua berusaha kembali ke ajaran dasar Islam yang diyakini kebenarannya. Kita bertekad, bukan meniru model dokter perokok diatas !.

Alquran mengabadikan :

(1) “Maka bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui…Dia telah menganugerahkan binatang-binatang ternak, anak-anak, kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab yang besar”(QS.26:131).

(2) “Sesungguhnya Allah tidak menjanjikan kemiskinan dan kesengsaraan bagi yang bertaubat, melaikan Dia berkata sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS.7: 96).

(3)“Wala ta’kulu amwalakum bainakum bi al-bathil”(Dan janganlah kamu makan (gunakan) hartamu yang kamu peroleh dengan jalan batil)

Dari tiga ayat tersebut dipahami, bahwa cukup banyak rezeki yang telah disediakan Allah kepada manusia, namun harta yang diperoleh dengan batil tidak boleh digunakan, karena dapat membahayakan jasmani, seperti peringatan iklan merokok diatas, sewaktu-waktu adanya serangan jantung, atau kanker, yang sukar diobati. Demikian untuk menghalau krisis kemiskinan yang semaking menghadang bangsa ini, maka tak ada jalan kecuali kembali memperkuat iman yang telah diyakini kebenarannya dan bukan model dokter yang hanya menganjurkan, tapi tidak diamalkan.
Seorang muslim harus rajin ke Mesjid, Keristen harus rajin ke gereja dan agama yang lain, harus rajin pula ketempatnya salat, apapun namanya.Kita yakini agama kita bukan hanya di mulut, seperti dokter perokok diatas.Terhadapan kaum Budha yang merayakan Imlek, penulis ucapkan selamat, semoga nasib umat beragama lebih baik dari tahun lalu.(Amin ya Rabbal alamin)

Memilih yang jujur dan adil :
Kalau praktek penguasa dunia yang kita lihat dalam berita yang mendemonstrasikan keserakahan dan kesombongan lalu taashub dengan memakmurkan sebangsanya saja sekalipun menghancurkan dan membinasakan orang lain, maka kenyataan kita di Indonesia berbeda.Kita dikenal termasuk 6 besar penduduk terbesar dunia, tapi kita dikenal juga termasuk peringkat 6 negara koruptor dunia.Dan yang lebih memalukan karena kita peringkat pertama muslimin se dunia yang mengajarkan kejujuran dan keadilan.Seorang pemimpin dalam Islam dari terkecil sampai tertinggi syarat pertamanya adalah “ al-amin”(jujur dan terpercaya).

Kalau kita ingin menggeser peringkat 6 dunia menjadi 6O dan kalau perlu diatasnya lagi, maka tak lain kita harus pilih pemimpin jujur dalam Pemilu yang sudah dekat, dari 24 partai yang telah disahkan KPU, betul-betul memilih calon pemimpinnya yang bukan Cuma bicara tapi prakteknya mempunyai sifat Amanah seperti Nabi Musa,Yusuf dan Muhammad SAW.Disamping itu disyaratkan pula mampu berbuat adil.

Sebab itu ketika Khalifah Umar melihat pertentangan politik berkepanjangan dengan saling menyerang dalam khutbah ia mengubah khutbah yang mulanya doa caci maki menjadi “Innallaha ya’muru bi al-adli wa al-ihsan, waitaidzi al qurba, wayanha ‘an al-fahsyai wa al munkar” (Allah memerintahkan kepadamu berbuat adil dan ihsan,memberikan bantuan kepada kerabat dan masyarakat.

Pidato wajib Khatib diatas, dimulai oleh Khalifan Umar bin Abdul Aziz, sebagai pengganti khutbah yang selama puluhan tahun hanya menyerang kelompok politik dalam perang saudara pihak Muawiah dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib, sekalipun Umar Abdul Aziz sendiri adalah dari kuturunan Muawiyah.

Ketika Ali menjadi khalifah ketika berperkara dengan seorang Yahudi tentang pedang,Ali yang Khalifah terpaksa kalah dalam persidangan, karena tidak mampu mendatangkan saksi, dan menerima keputusan hakim.

Akhirnya ajaran agama yang telah kita ucapkan melalui syahadat, hendaknya kita yakini kebenarannya dengan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan bukan meniru model dokter yang perokok yang tidak meyakini kebenaran ilmunya.Dan untuk mengakhiri krisis yang berkepanjangan tak lain kecuali kita harus kembali memperkuat keimanan dan ketakwaan. Sedang untuk menghilangkan tuduhan koruptor keenam dunia, kita harus pilih pemimpin yang jujur dan adil serta bersedia menerima keputusan hakim seperti Khalifah Ali bin Abi Thalib.

H. Mochtar Husein

No comments: