Friday, November 9, 2007

Dakwah Legislator

(1) Ketika Orde Baru yang dipimpin Presiden Jenderal Suharto tumbang Dengan paksa setelah berkuasa selama 32 tahun, yang digantikan oleh wakilnya, Prof. Dr. B.Y. Habibie, maka era Reformasi mulai bergelinding ke seluruh nusantara dengan kebebasan yang berlebih-lebihan. Kemerdekaan bersuara dan mengemukakan pendapat terutama dinikmati oleh Pers dan Mahasiswa.

Namun hanya dalam tempo 2 tahun Habibie juga harus berhenti, karena tidak mampu mempertanggung jawabkan priodenya sebagai lanjutan dari Suharto. Maka yang menggantikan adalah Ketika KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden akibat politik licik Prof.Dr. Amin Rais dengan strategi poros Tengah yang berpatokan Asal Bukan Mega (ABM), sehingga Golkar pemenang kedua emilu ikut mendukung. Sedang PDI P, Pemenang Pemilu partasi Megawati hanya terpaksa jadi Wakil Gus Dur. Tapi Gus Dur hanya bertahan 2 tahun, juga tumbang, karena tidak mampu mempertanggung jawabkan keuangan yang diterimanya dari Bulog. Akhirnya Megawati sebagai wakil Presiden menggantinya sampai 3 tahun.

(2) Sejak Era Reformasi menggelinding, Golkar yang dulunya dianggap pendukung Orde Baru karena Suharto sebagai Penasehat Golkar, harus menyesuaikan diri mengubah pradigma baru Golkar menjadi Partai Golkar. Demikian ABRI dan Birokrasi (PNS). ABRI terpaksa menyetujui tidak lagi aktif dalam politik praktis dengan mendapat jatah Legislatif yang harus berakhir tahun 2OO4. PNS yang dulunya hanya pendukung Golkar, tidak dibolehkan lagi aktif dibidang Politik praktis, apalagi pengurus Golkar.

Dengan pradigma baru itu Partai Golkar mengikuti Pemilu 1999, betul-betul terjun bebas tanpa bantuan dari siapapun, namun masih dapat meraih juara kedua perolehan suara sesudah PDIP.

Dalam era reformasi itulah saya diminta kembali menjadi anggota Legislatif mewakili Partai Golkar untuk daerah Pemilihan Kab.Polmas, dimana di zaman Orba juga pernah ketika aktif menjadi Ketua MUI Sulsel.

Alhamdulillah Pemilu 1999 yang tanpa bantuan ABRI dan Birokrasi Kab. Polmas masih mampu mengirim wakilnya ke DPRD Propinsi Sulawesi Selatan sebanyak 2 orang, yaitu saya yang diurutan pertama dan urutan kedua Ir.Andi Ibrahim Masdar, putera Ketua Golkar serta seorang anggota DPR pusat mewakili Polmas Nurdin Khalid.

(3) Dalam Pemilu 2OO4, sekalipun masih ditawari untuk pusat namun saya tidak bersedia lagi karena merasa sudah tua, cukup dua priode ingin menutup umur dengan Husnul Khatimah, tidak berpolitik dan tidak ada lawan. Kembali ke basick jadi Guru dan Da’I selama masyarakat masih ada yang membutuhkan.

Namun apa yang terjadi sekadar untuk diketahui, Pemilu 2OO4 yang baru lalu, suara Partai Golkar turun 25 prosen dan hanya mampu mengirim wakilnya ke DPRD Propinsi Sulawesi Selatan dari Polmas satu orang saja yaitu Ketua umum Partai Golkar Polmas sendiri. Sedang ke DPR pusat tidak ada yang mencapai bilangan pembagi bagi dari 5 Kabupaten. Mamaju, Mamuju Utara, Majene, Polewali dan Mamasa.

Menurut pendapat Dra., Andi Ca Cambolang anggota DPRD Sulsel, hilangnya suara di daerah Mandar ( sekarang 5 Kabupaten), salah satu sebabnya, karena pengumpul suara Pak Kiyai yang kharismatik , Kolumnis dan Da’I, tidak lagi menjadi calong, apalagi pemilu baru-baru ini ketokohan menjadi prinsif selain tanda gambar.

(4) Sekadar untuk diketahui ketika menjadi Legislator priode 1992-1997 di zaman Orde Baru, pada mulanya saya mengira kebebasan berbicara yang sebenarnya dapat dilakukan seperti jika berdakwah, karena tempat-tempat sidang semuanya berada didalam gedung yang tidak dihadiri kalangan Pers, kecuali rapat Paripurna yang sudah rampung pembahasan.
Ketika terjadi rapat kerja dengan kepala Dinas dan Bahagian Pemda salah seorang diantara mereka memprogramkan pembelian Komputer 4O buah dengan harga ratusan Juta rupiah, dengan merek bukan yang sudah populer. Akibatnya harga satuan mahal berganda beberapa kali dari harga biasa.

Ketika saya bertanya, apakah komputer dengan merek yang belum populer ini sama komputer yang pernah dibeli tahun lalu yang hancur sebelum digunakan, karena tidak ada yang ahli menggunakan ?. Mereka jawab, ya. Saya jawab kembali, inilah yang disebut “Jahlun murakkab “ dalam Bahasa Arab yang artinya kebodohan yang berlapis-lapis. Maka pembelian 4O buah komputer itu dibatalkan.

Tapi apa yang terjadi setelah rapat selesai, saya dipanggil Ketua DPRD dan dinasehati, bahwa lain kali Ustaz tidak boleh bertanya seperti itu. Mereka itu adalah mitra kita, saling membutuhkan.Kita anggota Dewan bukan Polisi dan bukan Jaksa yang pertanyaannya menyudutkan. Akhirnya saya mohon maaf dan tidak akan bicara lagi seperti jika ber dakwah, lisan atau tulisan.

(5) Ketika menjadi Legislator kedua kalinya di zaman era Reformasi (1999- 2OO4) di mana Partai Golkar telah menyesuaikan dengan pokok-pokok pikiran Reformasi dengan Pradigma baru, alhamdulillah memang terdapat perubahan besar, karena tidak ada larangan bersuara apapun bentuknya. Sama bebasnya suara kaum Demonstran yang datang berdemo di DPRD hampir setiap hari. Namun suara yang bebas tadi jika dibawah ke dalam Fraksi masing-masing, maka pemikiran dan pembaharuan demi peningkatan pembangunan itu tersendat pelaksanaannya jika tidak sesuai keinginan Faraksi. Berarti yang menghambat jalan pikiran murni adalah yang namanya Fraksi sebagai perpanjangan tangan Partai. Artinya kalau dulunya kami ditegur langsung pimpinan Partai, maka priode Reformasi ini tidak ada yang menegur tapi pemikiran sehat dan murni terhambat oleh keputusan Fraksi.

Dan tindakan yang kelihatan otoriter itu terlihat lebih galak jika menyangkut kepentingan Ketua Partai atau Fraksi. Misalnya menyangkut pemilihan Jabatan seperti Gubernur atau Ketua DPRD, hal ini tidak ada ampun. Kapan kita mencoba memilih diluar yang digariskan, akan diusut sampai ke akar-akarnya. Jadi paradigma baru tentang pemilihan Jabatan belum berubah, hanya bedanya sedikit, tidak perlu menunggu restu dan calon dari pusat. Yang lain masih ada yang mirip di zaman Orba dahulu. Itulah bicara yang hak.

Namun jika dibandingkan konvensi Calon Presiden Partai Golkar yang bukan Ketua umum, maka masalah yang terjadi didaerah mungkin dapat disebut Kasus. Semua pengamat politik dalam dan luar negeri mengakui bahwa Partai Golkarlah yang kini yang betul-betul menganut sistem politik yang modern. Partai lain, belum.

(6) Dakwah Bilhal yang sempat saya capai selama menjadi Legislator di Era Reformasi (1999-2004), banyak sekali sehingga menurut saya jika dibeberkan semuanya khawatir jangan sampai menghanguskan pahala seperti yang disinggung Alquran dengan kata “ Riya al-Nas “ . Tapi kalau motivasinya sebagai syukur nikmat seperti yang istilah Alquran “ Fahaddis “, maka biarlah disebut diantaranya :

Dalam Ilmu Dakwah ada tiga macam Dakwah. Pertama Dakwah Billisan, dakwah hanya pidato, ceramah dan khutbah yang sering dilakukan Mubaligh. Kedua Bilkitabah yaitu dakwah yang dilakukan dengan tulisan, seperti menulis buku atau kolumins di salah satu Surat Kabar atau dalam Kaligrafi, seperti yang dilakukan Seniman dan Budayawan. Ketiga Dakwah yang dilakukan Dermawan yakni langsung menyumbang tanpa pidato dan tulisan. Menjadi Legislator tiga kegiatan Dakwah ini dapat dilakukan serentak, karena Legislatorlah yang nenentukan semua anggaran yang dimasukan Eksekutif dan langsung dapat direalisasikan ke daerah-daerah yang membutuhkan, tanpa hambatan. Bahkan terkadang Legislator mampu menggunakan uang pribadi sendiri seperti bencana alam di samping anggaran yang telah tersedia, tapi jumlahnya terbatas.

(7) Karena saya berada di Komisi E yang membidangi 13 Bidang yang semuanya Kesejahteraan lalu dibagi kedalam unit maka saya ditugaskan mengkordiner khusus masalah agama, misalnya :

Pertama: Bantuan beberapa Pembangunan Mesjid, Madrasah dan Pesantren di Sulawesi baik melalui APBD atau pribadi minimal dua puluh prosen setiap menerima honor. Termasuk kepada kaum Dhuafa walmasakin. Bahkan pelatihan Mubalig, Imam dan kader Ulama banyak difasilitasi dengan kemudahan sebagai Legislator.

Kedua, masalah pemberlakuan Syariat Islam yang diusulkan sebagian masyarakat Sulsel, maka termasuk bidang inilah yang banyak menyita waktu untuk mengkaji kemungkinannya sehingga studi bading ke Tringganu, Melaka, Mesir dan Saudi Masih diprogramkan ke Iran.

Ketiga, karena bertugas juga sebagai anggota penasehat partai Golkar, maka tugas inilah yang saya anggap suci karena dapat memberi solusi terhadap permasalahan teman-teman yang sering melihat miring anggota DPRD yang mayoritas Golkar, sehingga tudingan masyarakat dapat dieliminer.

Hanya inilah sekelumit yang dapat saya gambarkan secara umum, semoga Allah dapat membalas sebagai ibadah.Amin.

No comments: