Saturday, November 10, 2007

Ikhlas, Jiwa Sebuah Amal

Seorang yang beramal dengan bekerja keras, rajin, jujur dalam suatu perusahaan pasti menghasilkan karya dahsyat. Perusahaan atau lembaga tempat bekerja akan maju dan tersohor. Demikian bidang pendidikan, dakwah dan ibadah jika dipimpin seorang yang ikhlas. Keikhlasan, adalah jiwa, motor penggerak dan dinamika yang efektif dalam mengembangkan lsesuatu. embaga Bahkan bidang ibadah mahdhah atau yang muta’adi ila al-nas ( social ), justru ikhlas menjadi syarat sahnya suatu ibadah. Seorang mushalli ( yang salat ), tapi tidak ikhlas, maka peranan salatnya tidak lebih dari sekedar olahraga. Shaim ( yang berpuasa ) yang tidak berniat ikhlas menjiwai, tak lebih puasanya hanya berperanan sekedar diet. Haji yang tidak berniat ikhlas karena Allah semata, tak lebih peranannya sebagai piknik. Dan demikian amalan yang dikerjakan. .Apa makna ikhlas dalam kehidupan ?.

Makna:
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ikhlas berarti (1) Hati yang bersih. (2) Jujur dan tulus hati memberi pertolongan kepada sesuatu. (3) Merelakan kepergiannya. Atau merelakan misalnya tanahnya dipakai untuk pembangunan rumah sakit dsb. (322).

Dalam Kamus Bahasa Arab, ikhlas berarti “ Membersihkan dan memurnikan sesuatu”. Artinya, sesuatu yang tidak mempunyai campuran. ( Maqayis,327 ).

Dari dua Kamus standar tersebut, baik bahasa aslinya Arab, maupun yang ditransfer, diketahui, bahwa ikhlas yaitu melakukan sesuatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh, bersih dari sesuatu kepentingan lain. Sebab itu Surah Ikhlas dalam Al-Quran disebut Ikhlas, karena menjelaskan, bahwa Tuhan itu Esa, tidak beranak, tidak diberanakkan, serta tidak ada sekutu yang membantunya. ( Murni diriNya sendiri ).

Dengan demikian, bekerja dengan ikhlas adalah konsentrasi pengabdian dengan tulus, pada tempatnya bekerja. Dilakukan dengan tekun dan rajin tanpa mengutamakan naik turunnya gaji. Demikian orang yang mushalli, murni mengabdi untuk Allah semata, baik didepan umum atau sendirian. Sesuai pernyataan Al-Quran “ Wama umiru illa liya’bud Allah mukhlishin ” ( Dan tiadalah mereka diperintahkan, kecuali untuk mengabdi kepada Allah dengan ikhlas) (QS.98:5).

Pada ayat lain (artinya) “ Dan tiadalah Aku menciptakan bangsa Jin dan Manusia, kecuali agar supaya, seluruh aktivitasnya difokuskan dalam rangka untuk mengabdi kepadaKu ( Liya’budun ) (QS.5l:56). Dan sebagainya.

Melatih keikhlasan:
Dalam menghadapi berbagai pengaruh syahwat keduniaan, seperti wanita, harta dan tahta, Islam memorioritaskan keikhlasan. Dilatih minimal lima kali sehari semalam dalam salat. . Keikhlasan beramal adalah jiwa dari suatu ibadah. Sebelum kita membaca Fatiha dalam salat diharuskan lebih dahulu membaca doa Iftitah “ Inna shalati wa nusuki, wa mahyaya wa mamati lillah rabb al ‘alamin ( Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku, dilakukan hanya karena Allah semata, Tuhan sekalian alam (QS.6:l62). Mirip acara tujuh belasan bagi PNS di Indonesia yang diperintahkan membaca ikrar Korpri, sehingga mengingat tugasnya sebagai PNS yang harus tetap setia dan loyal kepada Negara RI dan Pancasila.

Hikmah mengulanmgi doa iftitah pada setiap salat, agar seorang mushalli selalu ingat bahwa dirinya mengabdi dengan ikhlas, karena Allah semata. Dan itulah tujuan pengabdian yang harus dicapai seorang hamba. Artinya, seseorang yang aktif dalam profesinya, apakah sebagai pedagang, karyawan atau guru harus meyakini, fokus utama dan tujuan terakhirnya adalah “ Berbakti kepada Allah semata ”. Yang lain hanyalah sasaran antara. Karena Tuhanlah segala-galanya. Memberikan, apa yang kita punyai sekarang. Akal, rezeki, sehat dan umur.

Amal ikhlas sekalipun hanya sedikit tapi rutin, jauh lebih baik dari amal banyak, tapi hanya temporer. (Al-qalil al- qarra afdhalu min al-katsir al-farra).

Amal yang tidak ikhlas itu sia-sia belaka. Dikemukakan dalam sebuah hadis “Sesungguhnya semua amal harus disertai dengan niat, dan penilaian sesuatu pekerjaan sesuai yang telah diniatkan. “ Barangsiapa yang ikut berhijrah karena Allah dan rasulnya, maka penilaiannya berhijrah untuk Allah dan rasulnya. Barangsiapa yang berhijrah dengan motivasi untuk kepentingan dunia, maka ia akan memerolehnya. Atau jika motivasi karena kepentingan wanita, maka ia akan mengawininya Pokok penilaian menurut Sunnah, “ hijrah itu sesuai motivasi yang melakukannya ” ( HR. Bukhari Muslim ).

Amal yang tidak ikhlas digambarkan dalam Al-Quran “ Laksana orang yang menanam padi pada sebuah batu besar, diatasnya terdapat sedikit onggokan pasir. Pada pasir itulah menanam padi. Padinya dapat tumbuh namun setelah turun hujan lebat, bersamaan angin kencang, maka terbanglah semua bibit padi, bersama pasirnya diatas batu ” (QS. 2:264). Betapa ruginya seseorang yang beramal dengan riya’ atau bukan karena Allah. Tetapi tujuannya semata untuk dipamerkan kepada sesama manusia. Atau tujuannya semata untuk kepentingan memperoleh harta atau pujian dari sesama manusia.

Perdayaan setan :
Seorang Hukama berpendapat, ketika setan dilaknat Tuhan karena sombong dan enggan sujud kepada Adam, ia berjanji biarlah saya dikutuk, “ tapi saya akan perdayakan seluruh hamba-hambaMu, kecuali yang Ikhlas “ (QS.15 :4O ).

Perdayaan setan kepada manusia ada 3 kategori.
Pertama, yang imannya tipis ( sedang ) saya perdayakan dengan mencampur imannya dengan perbuatan haram.

Kedua, yang imannya meningkat ( baik ) saya perdayakan dengan mencampur imannya dengan perbuatan makruh dan sia-sia.

Ketiga, yang imannya tingkat tinggi ( sangat baik ), saya perdayakan imannya yang tinggi dengan suntikkan ‘ujub ( kagumi amal ibadahnya ) sehingga hasilnya terkontaminasi menjadi amal cacat.

Demikianlah cara setan menggoda manusia. Mulanya mengajak kepada yang haram untuk golongan awam, mengajak melakukan yang makruh, kepada golongan menengah, kemudian mengajak golongan yang kuat imannya, agar menjadi ‘ujub ( kagumi amalnya ), sehingga semuanya menjadi cacat.

Alhasil, ikhlas itu mutlak menjiwai hidup kita. Sesuai pengakuan setan sendiri, kecuali hamba Allah yang ikhlas, yang tidak mampu saya perdayakan. Sedang muslim yang mukhlis, menurut Al-Quran, “ Beramal; bukan mengharapkan balasan dunia, dan ucapan terima kasih ( pujian ). Wa Allahu a’lam.



No comments: