Friday, November 16, 2007

Membangun Masyarakat 'Medinah

Dalam bulan Rabiul Awal yang didalamnya diperingati Maulid Nabi Muhammad SAW banyak sekali yang kita telah dengar uraiannya dari Ulama dan Cendikiawan muslim. Di Mesjid, di sekolah di kantor, di kampung-kampung sampai ke istana di Jakarta. Semuanya disiarkan melalui media cetak dan elektronik.Alhamdulillah tetap semarak.

Karena kini kita sedang bersiap-siap memasuki pemilihan presiden secara sung dan Presiden yang akan terpilih harus memperjelas Program pembangunan yang hendak dicapai, mungkin ada baiknya jika ditampilkan secara singkat Program pembangunan masyarakat yang pernah dilakukan Nabi selama berada di Medinah.

Menurut DR.Khalid Ibrahim Jindan, dalam teori maupun praktek, Nabi mempunyai suatu posisi yang unik, disamping sebagai pemimpin dan sumber undang-undang Ketuhanan, segaligus juga sebagai pemimpin pemerintahan Islam yang pertama.

Kerangka kerja Konstutusional pemerintahan itu terungkap dalam sebuah dokumen terkenal “Piagam Medinah”. Dalam dokumen tersebut terdapat langkah pertama terwujudnya pemerintahan umat. Menurut konstutusi Piagam Medinah, orang-orang Islam dan semua warga negara yang tinggal di Medinah, tergabung dalam suatu komunity masyarakat (Pasal 1) yang secara fisik dan politis berbeda dengan kelompok-kelompok lain (Pasal 39).Tiada pengertian lain siapa yang harus memegang tampuk pimpinan dalam konfederasi itu.Tapi pada pasal 23,36 dan 42 menyebut secara tegas bahwa Allah dan Nabi Muhammad sebagai hakim terakhir serta sumber segala kekuasaan dan kekuatan.

Sejak hijrah ke Medinah 622 M sampai wafatnya 6 Juni 632 M. Nabi berperan sebagai pemimpin yang tidak dapat diganti bagi negara Islam yang baru. Sebagai Nabi menyampaikan prinsip-prinsip agama, memimpin salat dan berkhutbah. Sebagai negarawan, mengutus duta ke luar negeri, membentuk angkatan perang dan mengatur kesejahteraan masyarakat.

Mantan Syekh Al-Azhar Prof .Ahmad Syalabi berpendapat, bahwa dasar-dasar pembangunan masyarakat Medinah bervisi pada “ Rahmat li al’alamin “ (Pemberi kasih sayang semesta alam). Implementasinya dibagi ke dalam 4 prinsip. Dari dasar inilah terciptanya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan diridhain Allah (Istilah Alquran : Baldatun Thayibah Warabbun ghafur).
Pertama : Mendirian Mesjid.

Berdasarkan Alquran “ Lamasjidun ussisa ‘alattaqwa” (Sesungguhnya mesjid dibangun berdasarkan taqwa) maka fokus utama seluruh perjuangan Islam dipusatkan di Mesjid. Mesjid pusat ibadah, Putusan pengadilan, Pusat perdamaian dan Jihad, Pusat pendidikan dan Dakwah. Bahkan di Mesjid juga pusat pengobatan dan pendistribusian zakat dan sadaqah.

Kemudian setelah pranata sosial berkembang barulah dikeluarkan satu persatu. Apa sebab ?Karena dalam mesjid tidak dikenal pangkat dan jabatan, kecuali Imam di depan dan makmum dibelakang. Semua orang tunduk atas komando satu imam dengan kalimat Allahu Akbar. Setiap hari anggota masyarakat Islam bertemu minimal Subuh dan Magrib dan membicarakan masalah sosial yang diderita masyarakat. Secara psikologis melalui salat berjamaah terbina hubungan intim antara pemimpin dan yang dipimpin.Antara orang kaya dan miskin. Semua orang taat kepada pemimpin yang jujur dan adil. Ketaatan kepada pemimpin agama itulah mendorong ketaatan kepada pemimpin dunia.

Setiap selesai salat berjamaah Magrib, bukan membaca wirid yang diutamakan, tapi menanyakan problem sosial secara langsung dan mencarikan solusi. Misalnya ditanyakan Siapa diantara jamaah yang tidak memperoleh sesuap nasi dalam sehari penuh dari pagi sampai Magrib. Dan diselesaikan sebelum pulang melalui jamaah yang memperoleh makanan lebih dari satu keluarga. Inilah namanya masyarakat sosialis yang sebenarnya dan bukan hanya dalam ucapan dan janji kampanye.

Kalau pemimpin mulai dari tingkat Lurah sampai Presiden meniru cara seperti ini, maka teriakan orang kelaparan tidak akan terdengar suaranya yang besar didalam masyarakat, seperti kita di Indonesia.

Kedua, mempersaudarakan sesama muslim.

Berdasarkan Alquran “Inama al mu’minuna Ikhwah” (Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara), maka program kedua membangunan masyarakat Madani, ialah mempersaudarakan seluruh kaum muslimin yang ada di Medinah. Terutama antara Muhajirin (Pengunsi dari Mekah) dan Anshar (Penduduk asli Medinah yang muslim).Digambarkan oleh hadis ” Kaljasadil Wahid ”(Seperti tubuh yang satu, kalau anggpota tubuh sakit, seluruh badan merasakan).

Artinya persaudaraan yang dibina di mesjid dalam jamaah setiap hari diperkuat dengan ikhwah kaum muslimin penduduk Medinah yang tidak sempat selalu hadir di Mesjid. Begitu mesranya hubungan ikhwah, sebagian kaum hartawan Ansar, bersedia memberikan tempat tinggalnya kepada kaum Muhajirin bahkan ada yang bersedia memberikan modal untuk berusaha.

Maka dalam ikhwah itu terutama perdagangan sangat lancar dan pasar semarak karena bertemu suku-suku yang berbakat membarter dan berdagang keluar daerah. Karena ekonomi berjalan tanpa kezaliman, maka makmurlah masyarakat.

Orang miskin yang cenederung masih malas bekerja, dipaksakan bukan memberikan sadakah secara konsumtif setiap saat, tapi yang diberikan adalah pruduktif semacam kapak atau kailnya, untuk bergerak dan mencari.

Sistim pemberian sadakah dengan modal pruduktif ini diteruskan hingga Khalifah Al-Rasyidin, sehingga dalam Abqariah Umar dinyatakan, beberapa kali mengusir orang yang hanya tinggal di mesjid membaca doa dengan teriakan “ Langit tidak pernah menghujankan emas”. Akibatnya masyarakat terpaksa rajin dan otomatis perekonomian lancar

Ketiga, membuat perjanjian dengan Non muslim.

Setelah ummat Islam bersatu dengan bibit berjamaah di Mesjid, simpan pinjam yang tidak zalim berdasarkan ikhwah berjalan lancar di pasar, maka masih ada satu bahaya yang dapat mengancam keamanan dan pembangunan jika tidak ditangani serius yaitu yang minoritas non muslim. Maka berdasarkan Alquran “Ta’alau ila kalimatin sawa’ “(Marilah kita bersama membina kebersamaan), dibuatlah perjanjian dengan masyarakat yang non muslim seperti kaum Yahudi dan Nasrani.

Maka perjanjian perdamaian itu antara lain :

(1) Tiap penganut agama dinyatakan damai dan bebas menjalankan keyakinan agamanya tanpa ada gangguan (2) Bahwa jika kota Medinah diserang pihak luar, maka seluruh warga Medinah bersama-sama menghadapi dan mengusirnya (3) Jika perjanjian damai ini dilanggar, maka yang melanggar, harus dihukum sesuai yang diajarkan wahyu dan Nabi Muhammad SAW. Disamping itu disepakati Muhammad sebagai ketua konfederasi.
Demikianlah antara lain perjanjian damai. Namun, belum berjalan beberapa tahun, kaum Yahudilah yang pertama mengkhianati perjanjian dengan cara mengundang musuh dari luar, lalu bergabung bersama-sama menghancurkan umat Islam.

Tapi karena muslimin sudah kuat dan bersatu, maka dengan mudah musuh dapat diusir keluar, termasuk mengusir seluruh kaum Yahudi yang mengkhianat, bahkan ada yang terpaksa dihukum mati, sesuai kesalahannya.

Keempat, memimpin masyarakat dengan keteladanan yang baik.

Setelah duri dalam negeri berhasil dihalau bersama golongan pengkhianat, maka Nabi mulai menjalankan pemerintahan dengan leluasa dan damai dengan modal keteladanan yang baik, seperti yang disebut Alquran “Uswatun Hasanah” (Contoh yang sangat baik).Menghukum dengan adil dan bijaksana, membagi sesuatu dengan jujur dan adil, membuat transaksi yang jauh dari kezaliman, menghormati orang tua, menyayangi anak-anak, mengangkat derajat wanita, mencintai orang miskin, hidup sederhana dan menjauhi kemewahan.

Program utama pembentukan masyarakat Madani yang berfokus kepada power dan esensi inilah akhirnya Islam menyebar ke seluruh jazirah Arab dan akhirnya ke seluruh penjuru dunia yang dilanjutkan oleh Khalifah dan sahabatnya, yang akhirnya kita di Indonesia ikut menganutnya dengan jalan damai melalui budaya dan seni.

Pendapat orang luar:
Penulis-penulis Barat seperti Michael H. Hart mengakui jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar seratus tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain.Tapi saya berpegang kepada keyakinan saya dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal dari keluarga sederhana menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunisa, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Penulis Barat yang lain seperti L.Carl Brown juga mengakui, hanya satu intinya yang menyebabkan Nabi Muhammad sukses karena mengutamakan yang sering disinggung Alquran bahwa inti perjuangan Islam adalah sebagai “ Sebuah komunitas umat jalan tengah “ (Ummatan Wasathan). Artinya pandangan ideologi dan politik yang selalu mengambil jalan tengah, itulah yang banyak menguntungkan dan membahagiakan.

Akhirnya hikmah Maulid yang kita teladani tahun ini ialah meniru program pembangunan masyarakat Madani yang pernah dibina Rasul SAW di Medinah yakni bervisi Rahmatan lil’alamin, dengan mengutamakan 4 program pokok yakni Pembinaan Mesjid, mempersaudarakan sesama muslim, membuat perjanjian damai antar umat beragama, dan keteladanan memimpin negara dengan adil, jujur, tegas dan bijaksana serta berpribadi hidup sederhana, maka terciptalah masyarakat sejahtera dan damai diridhai Allah.
H. Mochtar Husein

No comments: