Saturday, November 10, 2007

Haji bukan Piknik

INSYA ALLAH, mulai tanggal 8 Desember, pemerintah segera memberangkatkan jamaah haji dari berbagai embarkasi. Termasuk embarkasi Hasanuddin Dimana kita ketahui, bahwa setiap tahun Indonesia memberangkatkan haji sekitar 2OO ribu orang. Sesuai penentuan koata, 1 % perpenduduk.. Dan Indonesia jamaah haji terbesar karena berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Namun, yang mengkhawatirkan, karena setiap tahun melahirkan ratusan ribu alumni haji, belum terlihat umumnya penyandang bertitel haji itu memperlihatkan ada atsar ketakwaan yang meningkat dari prilaku mereka. Baik segi akidah, ibadah maupun muamalah sehari-hari, kecuali ada yang senang memakai pici Arab. Padahal pemakaian pici Arab itu kini bergeser. Karena semua orang bebas memakainya sebagai suatu mode. Sudah haji atau belum.

Seingat penulis dulu yang kelahiran 4O-an, orang masih sangat malu melekatkan di kepalanya pici bagi yang belum haji betul. Demikian juga yang sudah haji, malu melakukan perbuatan yang kurang baik, dihadapan umum seperti nonton bioskop. Apalagi diatasnya.
Lillah :
Jika kita amati, bahwa perintah haji itu berbeda. dengan perintah rukun Islam yang lain.. Perintah haji. dimulai dengan kalimat “ Wa lillah ‘alannas hijjul bait “ ( Karena Allah semata, diwajibkan haji bagi manusia ).(QS.Haji ) Berbeda dengan perintah salat, zakat dan puasa. Tidak ada yang dimulai dengan kalimat Lillah. Langsung saja menyebut “Aqim al-shalat- Atu al-zakat dan Kutiba ‘alaikum al-shiyam”.(Dirikan salat, tunaikan zakat dan diwajibkan puasa).Tiga rukun itu tidak menyebut permulaannya kalimat Lillah ( karena Allah semata ).

Apa sebab ?. Menurut ulamaTafsi, artinya bahwa melaksanakan haji harus betul-betul dilakukan dengan nawaitu dan motivasinya murni 1OO % karena Allah semata. Bukan sambil menyelang minum air. Misalnya haji, juga sambil piknik, atau gensi, atau untuk memutihkan dosa dan meminta jabatan.

Ulama Tafsir Prof. M.Quraish Shihab, berkata “ Bagi yang melaksanakan haji, kita yakin pasti Allah menyambutnya. Selama kehadiran mereka ke sana “Lillah”. Ketika mengucapkan “Labbaik” ( Kuperkenankan panggilanMu ya Allah ),tidak bertentangan dengan niatnya. Tapi jika bertentangan niat dan prilakunya, maka Tuhan akan menyambutnya “La Labbaik “ ( Engkau berbohong, engkau datang dengan maksud dan tujuan lain’.(1996:199).

Pandangan ulama (pakar) Tafsir Asia Tenggara tersebut, diperkuat dengan hadis Shahih dari Rasul SAW “ Setiap amal seseorang bergantung niatnya. Karena itu siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya tertuju kepada Allah dan Rasulnya. Tetapi siapa yang berhijrah demi kepentingan dunia, akan diperolehnya, atau karena perempuan, akan dinikahinya. Maka hijrah (yang bukan karena Lillah semata), tidak diterima oleh Allah”. (HR.Bukhari Muslim).

Anda tentu telah berniat melaksanakan haji dengan Lillah (1OO %). Betul-betul dengan niat lurus dan bersih. Dimulai dengan ONH yang halal (bukan hasil mengemis).. Sebab sesuai hadis hijrah tadi, maka pembimbing semu dari awal jadi pengemis berangkat setiap tahun, berhaji sambil memburu “dam”, seperti yang pernah sering diberitakan pers, mencari keuntungan dunia, maka bukanlah termasuk yang motivasi Lillah, seperti yang diperintahkan Al-Quran.(maaf). Karena niatnya bukan karena Allah, tapi sambil menyelam cari keuntungan dunia .( Astagfirullah ).

Berbeda dengan rukun Islam yang lain, yang tidak diawali Lillah, misalnya pada sadakah wajib (zakat). Maka zakat itu harus karena Allah juga, tapi boleh didemonstrasikan, agar orang kaya yang lain juga segera bersedekah wajib.

Selanjutnya, kitab-kitab Tafsir menjelaskan, mengapa haji dimulai dengan Lillah dan rukun Islam lain tidak, karena Tuhan sudah mengetahu, betapa banyaknya orang yang pergi haji terkontaminasi niat lain, sambil menyelam minum air (kepentingan dunia) Misalnya sambil haji juga piknik, atau gensi tetangga, atau pemutihan dosa, atau memburu “Dam”. Sebab itu perintahnya di awali Lillah. Dan sebab itu ada koreksi haji yang menilainya Mabrur (diterima) atau Mardud (ditolak).

Mengenai adanya sebuah ayat tidak melarang mencari fadhl ( keuntungan) sesudah selesai wukuf di Arafah, karena dipahami sebagian muslim, sama sekali dilarang berdagang biar kecil-kecilan untuk menambah bekalan pulang, padahal daerah yang dilalui dari Arafah, melintasi daerah perdagangan Jahiliyah Zul-Majaz. Miosalnya mempersewakan onta.untuk menambah ongkos pulang. Maka turunlah ayat, tidak dilarang sekadar bekalan pulang jika kehabisan biaya. ( Lihat QS.2 :198 ).

Tauhid :
Yang paling banyak dilanggar orang yang sudah haji, ialah akidah dan tauhid. Sebagian alumni haji, masih ada yang terkontaminasi hajinya dengan perbuatan kemusyrikan. . Misalnya, masih mendatangi dukun peramal, waktu kehilangan barang, dan masih bernazar di tempat keramat serta masih percaya ada kekuatan selain Allah.

Padahal tujuan utama melaksanakan haji hakikatnya untuk meyakini kembali monotheisme absolute (Tauhid jernih ) yang dicontohkan Nabi Ibrahim yang mempunyai beberapa keistimewaan berhubungan perintah haji. Pertama, mengenal Tuhan, melalui pengalaman rohani. Kedua,menghentikan pengorbanan manusia menjadi hewan. .Ketiga,diperlihatkan Tuhan, cara kebangkitan manusia di akhirat. Sehingga beliau disebut “ Hanifan muslima” (Paling bersih ketauhidan dan keislamannya).

Jadi, tujuan utama haji itu meniru tauhid Nabi Ibrahim yang suci murni. Dan tidak boleh lagi mempercayai adanya kekuatan selain Allah.(Hauqalah) Akibatnya, lahirlah pengenalan “ma’rifatullah yang benar” dan pengakuan eksistensi manusia sebagai “hamba yang sama”. Dicerminkan dalam pakaian ihram, semuanya putih-putih bersih laksana kain kafan janazah,untuk kembali kepada Tuhan yang tunggal. “La syarika lahu”. Sebab itu “Lillah” semata.

Kalau orang sudah haji, tapi masih ada tujuan hidupnya selain mencari ridha Allah, maka hajinya itu dianggap gagal mencapai tujuan hakikat menuju monotheisme absolut (tauhid murni). Dan mengancam kemabruran yang didambakan.

Mabrur :
Dalam Maqayis Lughat, mabrur itu berakar dari huruf “ba” dan “ra.“ Mempunyai 4 makna (1) Sesuatu yang benar (2 ) Hikayat yang bersuara (3 ) Daratan (4) Restu dan penerimaan Allah bagi yang telah haji. Seolah-olah Tuhan berkata, Aku telah terima hajimu, karena kamu lakukan dengan benar, lillah dan lapang dada.

Jadi makna yang paling relevan adalah yang keempat, yaitu sudah diterima (mabrur) lawannya mardud (ditolak).
Dalam Al-Quran, tidak ditemukan sebuah ayat yang secara ekspilisit kata mabrur, kecuali tashrif lain, tapi akarnya tetap sama, misalnya Wa barran bi walidain.

(Berbakti kepada orangtua), dan Wa tawaffana ma’al abrar (Matikanlah kami bersama orang-orang berbakti). Ayat yang terakhir, selalu dibaca setiap tawaf, supaya yang melaksanakan haji, termasuk kelompok Al-abrar. Mengenai arti Wabarran biwalidaih (berbakti kepada orangtua), minimal ada 3 makna. Pertama, mentaati di kala hidup dan matinya dengan mematuhi nasehatnya. Kedua,mendoakan keselamatannya. Ketiga, membantu materi di kala hidupnya dan meniatkan amal atas namanya di kala matinya. Bahkan, kalau mampu, dihajikan atas namanya, jika belum haji.

Bertitik tolak dari Wa barran bi wa lidain, maka mabrur haji itu juga ada 3. Pertama, uang yang dipakai haji hasil keringat yang halal. Kedua, waktu me laksanakan haji, sempurna syarat dan sunat. Ketiga, sesudah kembali ke tanah air, akidah, ibadah dan socialnya, melebihi sebelumnya. Haji mabrur seperti itulah yang disebut Rasul, “ Laisa lahu jazaun illal jannah”(Tiada balasannya, kecuali surga) (HR. Bukhari).

Namun seorang Hukama berkata, Anda telah mengunjungi Ka’bah dengan biaya mahal, jika tidak ada atsar (bekas) meningkatkan iman (kesadaran), sesungguhnya Anda belum haji (Astagfirullah).

Akhirnya, berdasarkan Al-Quran dan Sunnah diatas, maka haji itu bukanlah sambil menyelam minum air atau haji sambil tujuan lain. Sebab itu Al-Quran mengharuskan Lillah, ( karena Allah semata ) untuk meyakini hakikat haji menuju monotheisme absolute (tauhid murni). Dan untuk membuktikan kemabaruran haji dalam prilaku, terlihat lebih meningkatnya iman, ibadah dan sosialnya terhadap kesejahteraan masyarakat miskin.

Selamat melaksanakan haji ! Semoga memperoleh haji Mabrur. Amin.



No comments: