Saturday, November 10, 2007

Kebangkitan Islam di Malaka

Karena ada demo besar-besaran menuntut agar Syari’at Islam dilaksanakan puila di Propinsi Sulawesi Selatan, maka penulis yang duduk di Komisi E DPRD ( Bidang Agama dan Kesra) ditunjuk melakukan studi banding ke Malaysia bersama pejabat Pemda dan Ketua MUI Sulsel pada tanggal 1 Juli 2OO2. Sebelum melanjutksan perjalanan ke negara bagian Tringganu yaitu daerah yang melaksanakan, rombongan lebih dahulu singgah di negara bagian Malaysia, yaitu negeri Melaka (Malaka), 2OO Km dari Kualalumpur. Tujuannya juga komparasi negeri yang tidak secara formal memperaktekkan.

Setelah memperoleh keterangan dari Prof. DR. Wijaya, Ketua Kemajuan Agama Islam Malaka (JAKIM), yang di Indonesia setingkat Kanwil Agama Propinsi, maka diketahui bahwa negeri Malaka termasuk kota tua yang pernah berjaya sejak di zaman kerajaan Islam. Bahkan pernah memberlakukan syari’at Islam, seperti “kudung tangan”( potong tangan ) bagi pencuri, sehingga waktu itu kesultanan Malaka termasuk yang paling aman, makmur dengan kebudayaan dan kesenian yang tinggi, di seluruh semenanjung Malaysia. Kini negeri ini tinggal kenangan sejarah yang sultannya sudah punah, namun masih terdapat banyak saksi sejarah reruntuhan bangunan tua, istana dan benteng tua diatas bukit yang tidak sempat dihabiskan oleh kaum penjajah Inggeris dan Portugis.

Demikian kapal-kapal perang tua disepanjang pinggir pantai yang sebagiannya sebagai duplikat dengan bangunan semen beton yang persis aslinya jadi tontonan turis. Demikian aktivitas keagamaan, misalnya pentadbiran zakat, imam, khatib, bilal dan doja masih sangat rapi, disamping seni budaya kaligrafi dan ukiran yang bernilai tinggi. Terlihat adanya perpaduan antara arsitktur Cina, India, Arab dan Melayu.

Melaka kini berpenduduk 65O ribu jiwa lebih, terbanyak orang Cina yang sudah ada, sebelum merdeka, sehingga mempunyai kuburan terpanjang di dunia sesudah negeri Cina sendiri, kemudian penduduk berikutnya Melayu dan India. Total muslimnya, sekitar 4OO ribu jiwa lebih. Akibatnya, hampir semua toko dan bangunan bertulis huruf Kanji dan huruf Arab Melayu.

Ketika Jepang menguasai Asia Timur Raya, termasuk Melaka orang Cina diperlakukan sangat kejam oleh Jepang, yakni kepalanya dipotong dan diarak ke seluruh negeri. Kini negeri ini tidak mempunyai Sultan, maka pimpinan negeri bertanggung jawab langsung kepada Yang dipertuan Agung Di Kualalumpur.

Bangkit kembali:
Karena Negeri ini pernah berjaya, kini bergeliat kembali untuk bangkit dalam segala bidang. Lokakarya diadakan dimana-mana termasuk di Berunai Darussalam dan di Sumatera. Yang amat berhormat Datuk Seri Muhammad Ali bin Rustan berkata, masyarakat Melayu sangat layak untuk bangkit, karena jumlah etnis ini didunia mencapai 3OO juta, mereka mendiami Thailand Selatan, Malaysia Barat dan Timur, Singapura, Berunai, Kalimantan Barat,Temiang (Aceh Timur), Pesisir Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Palembang.

Upaya untuk membangkitkan kembali kebudayaan dan persatuan bangsa Melayu dimulai sejak tahun l97O. Akan tetapi secara resmi gerakan ini muncul ketika negara bagian ini menyelenggarakan konvensi Dunia Melayu Dunia Islam di negeri asal legenda Hang Tuah l9 Oktober 2OOO. Tidak cukup dengan konvensi yang diadakan setiap tahun, maka di Indonesia di beberapa provinsi juga diadakan. Lokakarya dalam pembentukan aliansi Melayu-Indonesia. Situs ini akan digerakkan secara simultan dengan rumpun Melayu di seluruh dunia.

Bentuk kongkrit untuk membangkitkan perasaan persatuan senasib sepenanggungan, bahwa Dunia Melayu adalah Dunia Islam, insya Allah akan diluncurkan Malayu Network dengan situs internet 3 Oktober 2OO2

Dalam resolusi tersebut diantaranya akan memunculkan perlunya keinginan bersama secara bertahap menerapkan sistem pembayaran dengan menggunakan koin emas (dinar) dan perak untuk setiap transaksi perdagangan dan bisnis di lingkungan bangsa-bangsa rumpun Melayu. Sementara untuk memperkuat jaringan antar rumpun Melayu sendiri, sepakat untuk mengembangkan Jaringan Informasi dalam infestasi dan Bisnis yakni “ Jaringan Melayu dan Bisnis di Internet “ (JAMBI)

Situs ini juga akan didukung oleh adanya pameran yang permanen di Malaka, dengan semua peluang, untuk bisa mengembalikkan kekuasaan dalam gelombang globalisasi yang semakin tidak terasa, menurut Rustam.

Kunci utama yang dipegang konsep akbar ini tak lain bahwa Melayu tidak dapat dipisahkan dengan Islam. Melayu selalu identik dengan Islam. Ciri Islam inilah yang memunculkan pemeo bahwa membela Melayu berarti membela Islam. Menjaga Eksistensi budaya Melayu berarti pula menjaga keberadaan budaya Islam, menurut budayawan Rizal.

Akhirnya harapan dalam kebangkitan Malaka ketika sejarah tidak memberi kesempatan pada system komunisme untuk bertahan lama dengan bubarnya Uni Sofyet, sebagai hancurnya kekuasaan Blok Timur, sementara kapitalisme yang Blok Baratpun masih menyisahkan semakin banyaknya pengangguran, gelombang urbanisasi dan degradasi lingkungan Maka insya Allah kebangkitan Melayu yang identik kebangkitan Islam akan mencoba mengisi kekosongan yang ditinggalkan komunis di blok Timur, dimana Islam sebagai alternatif, sesuai ajaran dasarnya, bahwa : “Bukanlah yang baik itu menghadapkan wajahmu ke Barat atau Timur, tapi yang baik itu ialah tetap beriman kepada Allah”. (dalam arti sesungguhnya ) ( QS. 2 : 177 ) Artinya sistem akidah, ibadah, mu’amalah ( termasuk ekonomi dan budaya) dan akhlaknya, sebagai mutiara yang tidak lekang kena panas. Sesuai pepatah Mulayu : “ Berbau harum bunga cempaka, lebat daunnya si bunga melati, walaupun dihantam gempa, ta’kan Melayu hilang di bumi.” ( Insya Allah ).



No comments: