Alhamdu lillah…
Ketika pelajaran Budi Pekerti (Akhlak) sudah dibuang di sekolah dasar, ketika pendidikan agama dibatasi hanya dua jam seminggu di sekolah, ketika tontonan di layar lebar tidak disensor sesuai kepribadian bangsa, ketika televisi ramai-ramai menyiarkan pornografi, sadisme, kemewahan dan kepalsuan melalui Iklan, ketika generasi sudah sukar mencari tokoh pemimpin yang dapat diteladani, baik tingkat lokal dan nasional, maka kerusakan moral dan akhlak generasi merajalela. Bertambah semarak dan subur ketika dimeriahkan kebudayaan Barat yang ditelan dengan lahap oleh generasi muda, tanpa filter agama. Pengaruh kebudayaan Barat lebih banyak mudarat daripada manfaatnya. Kini moral bangsa hancur lebur berantakan. Istilah lain, krisis multi dimensional berkepanjangan. Alhamdulillah, pemerintahan SBY-Kalla sadar, bahwa program utama itulah yang harus diperbaiki dulu, dengan pemburuan koruptor kelas kakap.
Ketika pelajaran Budi Pekerti (Akhlak) sudah dibuang di sekolah dasar, ketika pendidikan agama dibatasi hanya dua jam seminggu di sekolah, ketika tontonan di layar lebar tidak disensor sesuai kepribadian bangsa, ketika televisi ramai-ramai menyiarkan pornografi, sadisme, kemewahan dan kepalsuan melalui Iklan, ketika generasi sudah sukar mencari tokoh pemimpin yang dapat diteladani, baik tingkat lokal dan nasional, maka kerusakan moral dan akhlak generasi merajalela. Bertambah semarak dan subur ketika dimeriahkan kebudayaan Barat yang ditelan dengan lahap oleh generasi muda, tanpa filter agama. Pengaruh kebudayaan Barat lebih banyak mudarat daripada manfaatnya. Kini moral bangsa hancur lebur berantakan. Istilah lain, krisis multi dimensional berkepanjangan. Alhamdulillah, pemerintahan SBY-Kalla sadar, bahwa program utama itulah yang harus diperbaiki dulu, dengan pemburuan koruptor kelas kakap.
Namun, sangat disayangkan baru-baru ini kaum elit yang panggilannya ter hormat yaitu DPR dan yang diharapkan memperbaiki yaitu Jaksa Agung, malah bertindak seperti orang bertengkar di pasar. Disaksikan jutaan pemirsa TV.(Astaghfirullah !). Tuduhan laksana “Ustadz di Kampung Maling ?”
Menurut Efendi Gazali, sedikitnya ada tiga interpretasi terhadap peristiwa ini. Pertama, orang akan mengatakan, “ Enak saja anggota DPR menuduh orang lain Maling, memangnya mereka itu bersih ?.” Kedua, “ Mengapa Jaksa Agung, Abd.Rahman Saleh mati-matian membela korpsnya, apakah yakin kampungnya sekarang, betul-betul bersih ?” Ketiga, “ Orang akan mengatakan, keduanya keliru. Anggota DPR yang menggunakan kiasan itu terlampau kasar dan Jaksa Agung terlalu reaktif ”.
Kedua Instutusi yang memperlihatkan kehebataannya itu, mungkin bukan pengaruh kurangnya Budi Pekerti di Sekolah Dasar, atau tontonan, tapi mungkin pengaruh jabatan keduanya, yang dianggap akan menjadi juru selamat di negeri ini. (Wallahu a’lam).
Karena keduanya muslim, Khatib anda, ingin menyegarkan kembali esensi ajaran Islam itu yaitu, sebagai tazdkirah, yaitu hanya ada tiga. Pertama, Akidah, yaitu keyakinan kepada Allah dan kepada yang gaib. Kedua, Syari’ah, dan hukum-hukum mengenai ibadah mahdhah. Keiga, Akhlak dan budi pekerti yang harus menjiwai seluruh kegiatan hidup.
Sebenarnya Fitrah manusia itu esensinya suci. Bagaimanapun jahatnya, pasti ada bibit kebaikannya. Bibit itulah yang hendaknya dipupuk, dikembangkan dan di bina. Pembinaannya dalam Al- Qur’an disebut “Dakwah dan Tarbiyah”.. Metodenya dengan hikmah (bijaksana), ma’idzhah al-hasanah (nasehat yang sangat baik).dan mujadalah yang ahsan (diskusi yang lebih baik dan empati ). Istilah Hadisnya disebut “ Yassira (Menggampangkan) Basysyira (Menggembirakan) Tathawa’a ( Mempersatukan). Sedang tujuan utamanya s esuai misi kerasulan “ Rahmat lil ‘Alamin ( Memberi kasih sayang kepada semesta alam ).
Adapun misi utama Rasulullah menurut Hadis, “ Liutammima makarim al-akhlaq “ ( Menyemprnakan budi pekerti luhur yang sudah ada ). (HR.Ahmad). Artinya, bukan merombak keseluruhan yang sudah ada, tapi menyempurnakannya. Misalnya sifat gotong royong yang sudah ada dalam diri bangsa kita, disempurnakan dengan “ Bergotong royong, “ sesuai Al-Qur’an yaitu semua pekerjaan harus berdasarkan niat ikhlas. ( Tidak menunggu supaya dibalas atau menunggu ada ucapan terima kasih ( La nuridu minkum Jazaan wala syukura).
Apa sebab ?. Karena kapan kita menolong seseorang, lalu menunggu balasan, tapi ketika balasannya dirasakan tidak seimbang, akan berubah menjadi jengkel dan tidak ikhlas. Padahal, Al-Qur’an mengajarkan menolong itu hendaknya dengan takwa.(Wata’awanu ‘alal birri wattaqwa).
Artinya, kehadiran Rasul, tugas utamanya ia lah menyempurnakan akhlak yang sudah ada. Akhlak yang sudah ada itu diberikan bobot dan dikembangkan, sehingga lebih bermakna. dan manusiawi. Dan bukan karena bertujuan popularitas.
Bedanya dengan yang lain :
Di dalam Al-Qur’an dikatakan “ Wa innaka la’ala khuluqin ‘azhim “ ( Sesungguhnya Engkau (Muhammad) betul-betul berada di tingkat budi pekerti luhur yang besar) (QS.Al-Qalam: 4 ).
Menurut ulama Tafsir, ayat tersebut didahului 6 huruf ta’kid (memperkuat) yaitu “ Wa- Inna- Ka- La- ‘Ala – Khuluq. Itu artinya, bahwa dalam Bahasa Arab sebenarnya sama saja artinya, jika kita katakan “ Akhlaquka ‘Azhim”. (Akhlakmu Muhammad Besar). Tapi Tuhan menggunakan 6 huruf ta’kid, maksudnya, bahwa akhlak Nabi Muhammad itu, berganda beberapa kali lipat besarnya dengan akhlak biasa. Misalnya rasa kasih sayang (rahmat) Nabi Nuh luar biasa sabarnya berdakwah ratusan tahun lamanya, namun hasilnya hanya 9 orang yang tertarik. Bahkan, anak isterinya termasuk mengingkarinya. Saking lamanya berdakwah dengan hasil yang tidak seimbang, akhirnya memohon kepada Tuhan agar umat yang dipimpinnya ditenggelamkan saja semuanya kecuali 9 orang (sebagian pendapat lebih sepuluh) pengikutnya yang selamat. Berarti ada batas kesabarannya.
Berbeda dengan kasih sayang nabi Muhammad, ketika disiksa kaumnya di Mekah lebih sepuluh tahun, berupa tekanan mental, tekanan pisik, bolokade ekonomi dan sosial, beliau terpaksa hijrah ke Thaif, 9O Km dari kota Mekah. Tapi apa yang terjadi ketika berdakwah di Thaif, ia memperoleh perlakuan yang lebih kejam. Diusir, dicaci maki dan dilempari batu, terutama pemuda remaja, sehingga badannya bercucuran darah dan meninggalkan Thaif bersama seorang pembantunya, dalam keadaan merangkak.
Ketika singgah dibawah sebuah pohon mengeringkan tetesan darah, ia didatangi Malaikat Jibril membawa berita, bahwa Tuhan memberi izin kepada Malaikat penjaga gunung untuk dapat beraksi menyapu bersih seluruh penduduk Thaif, jika Muhammad meminta.
Tapi apa jawab Nabi Muhammad, ia hanya berdoa kepada Tuhan, “ Allahumma Fawwadtu amri ilaika (Ya Allah aku serahkan diriku kepadaMu). Kemana lagi aku harus pergi, apakah akan kembali ke negeri yang telah mengusirku, atau kembali lagi ke Mekah menjumpai penduduk yang telah memberi tekanan yang siap hari menerkamku lagi. “ Fala ubali” (Ya Allah hal itu semuanya aku tidak peduli). Biar seluruh manusia benci kepadaku, asal Engkau tidak benci kepadaku. Ya Allah ampunilah kaumku di Thaif, karena sesungguhnya mereka berbuat seperti itu karena tidak mengetahui bahwa saya datang untuk membawa kabar gembira yang akan membahagiakan mereka di dunia dan akhirat kelak”. (HR.Bukhari).
Membandingkan akhlak Nabi Nuh dengan akhlak Nabi Muhammad, terasalah bagi kita, bahwa kesabaran Nabi Nuh sekalipun masih termasuk tinggi, tapi masih ada batasnya. Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW kesabarannya hingga diakhir hayatnya. Inilah budi pekerti luhur yang agung sebagai penyempurna akhlak yang sudah ada.
Pantaslah jika Aisyah, isterinya mengakui, bahwa “ Akhlaquhu Al-Qur’an “ (Bahwa akhlak Nabi itu persis akhlak yang ada dalam Al-Quran) (QS.Bukhari).
Seorang Hukama pernah berkata” Budi luhur yang tersimpan dalam diri Rasul antara lain ilmu pengetahuan,sikap kesatria, ketekunan menyebarkan ka sih saying kepada seluruh alam, menjadikan orang berrduyung-duyung memasuki agama Islam.Dengan kasih sayang (rahmatnya) hajat manusia terpenuhi.Ketenangan, ketentraman dan saling pengertian menuju perdamaian. Kelurga kecil dan besar, merasakan terlindungi dan bebas mencapai cita-cita yang ingin diperjuangkan.
Sebelum Eropa mengenal Pencinta Binatang, Nabi Muhammad SAW telah meneriakkan “ Jika anda mengendarai binatang, berikanlah hak-haknya, danm janganlah menjadi seta-setan jalanan tyerhadapnya ”. Selanjutnya memperingatkan kepada kaum wanita, bahwa “ janganlah engkau suka mengurung kucing, dan tidak melepasnya untuk mencari makanan, sebab hal itu dapat membawamu ke neraka”.Bahkan ia menceriterakan seorang yang bergelimang dosa, diampuni dosanya, hanya lantaran memberi minum seekor anjing yang kehausan”, dsb.
Pengakuan lawan dan agama lain banyak, misalnya, Muhammad sebagai “pahlawan” datangnya dari, Thomas Carlyle, “keberanian moral “ dari Marcus Dods, dan “pengaruh yang ditinggalkan” datangnya dari Michael H.Hart, dsb.
Pantaslah jika Al-Quran mengabadikan” Ya ayyuha al-nas, Qad jaakum burhanun min rabbikum, waanzalna ilykum nuran mubina” (Wahai manusia, telah dating kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang) (QS.4:174).
Dari ayat tersebut dipahami bahwa kehadiran Muhammad sebagai bukti kebeneran ajaran Islam yang dibawanya dan memberi cahaya yang terang benderang dari setiap kegelapan, yang dia kui kawean dan lawan.
Akhirnya, berdasarkan uraian singkat diatas, maka akhlak mulia Islam itu telah diperlihatkan Rasul dengan baik, selama hidupnya di Mekah 13 tahun, dan di Medinah, selama 1O tahun. Yaitu misi utamanya, adalah peyempurna dan pelengkap moral yang sudah ada. .Diakui kawan dan lawan. Anda yang telah mengakui kerasulan Muhammad dalam syahadat, hendaknya berusaha mendekatinya, sesuai kemampuan. Metodenya jika anda berdiskusi, hendaknya dengan metode Al-Quran, “ Wajadilhum billati hiya ahsan “, yaitu “Qawlan Kariman” ( kata-kata yang lunak). Tidak melukai perasaan orang lain, serta saling empati. Semoga Allah mengubah nasib kita yang sudah lama berantakan moralnya, terutama kaum elitnya yang suka beraksi didepan umum.. Amin.
Barakallahu innahu huwassami’ul ‘alim..
H. Mochtar Husein
No comments:
Post a Comment