Tokyo adalah ibukota Jepang, sedang Tokyo sendiri juga punya ibukota yaitu Shinjuku, semacam satu kecamatan di Makassar, misalnya Ujung Pandang atau Pannakkukang. Ginza adalah pusat Shopping dan kegiatan ekonomi terbesar di Tokyo. Hampir semua yang diperlukan seorang pendatang, ada. Apalagi semacam restauran dan hiburan. Mulai dari restauran sepesifik Jepang sampai hiburan ala Barat. Pokoknya sesuai selera pengunjung. Hanya kata orang,umumnya barang-barang di toko dan makanan mahal.
Makan malam pertama rombongan penulis adalah di Ginza ini. Rombangan akan disuguhi makanan asli Jepang di tempat ini yaitu Yakiniku (Daging bakar) atau Tempura (ikan laut dan sebangsanya).
Catatan bagi pedagang:
Yang berminat berbisnis di tempat ini, mungkin ada baiknya jika memperhatikan petunjuk KBRI di Tokiyo yaitu bagi Indonesia dan khususnya para pengusaha eksportir Indonesia. Perlu di ketahui bahwa Jepang dengan penduduk 126 juta jiwa lebih, pendapatan perkapita sebesar US$ 37,434,67 tetap merupakan pasar utama bagi produk Indonesia, baik migas maupun non migas.Dengan kata lain, kendatipun pertumbuhan ekonomi Jepang yang diproyeksikan tumbuh hanya sekitar O sampai 1 % tahun 2OO3/2OO4, pengusaha eksportir Indonesia harus mampu memanfaatkan pasar Jepang sebagai negara tujuan ekspor utama.
Sekalipun impor Jepang (migas dan non migas) menurun sejak tahun 2OOO namun pangsa pasar komoditi non migas Indonesia meningkat sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2OO2.
Adapun produk Indonesia yang telah menembus pasar Jepang sejak tahun 2OO2 tercatat sebanyak 11O item (HS 2 digits)dan dari sejumlah produk tersebut yang dominan :plywood,tembaga,kertas dan produk kertas,karet alam,ikan termasuk udang,nikel,kopi,benang sintetik,forniture, dll.
Mengenai hambatan dalam memasuki pasar Jepang berbeda dengan negara maju yang lainnya.Hambatan yang dialami eksportir Indonesia, yaitu tarif impor Jepang sebagian komoditi impor, relatif rendah yakni rata-rata 3,6 %.Penentuan tarif di Jepang didasarkan pada Custom Tariff Schedule dengan HS 9 digit, namun untuk barang-barang selain bahan baku, Jepang menganut sistem tariff ekskalasi.
Disamping hal tersebut para pengusaha Indonesia juga harus menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan negara pengekspor di Asia seperti China,Taiwan,Korea Selatan,Singapura,Malaysia dan Vietnam.
Yang tidak kala pentingnya adalah selera konsumen.Konsumen Jepang sangat memperhatikan kualitas,sampai yang terkecil. Misalnya pakaian jadi sangat teliti tentang model, bahan, ukuran, warna, cara mencucinya, jahitannya dan sisa-sisa benang yang terkecil nampak atau tidak.Dan yang paling memukau konsumen adalah fashion dan selalu mencari sesuatu yang baru.
Sistem komunuikasi eksportir pemula sangat diperhatikan dan perlu dikuasai karena menyentuh budaya, misalnya perkenalan pertama sangat dihargai jika menggunakan Bahasa mereka. Artinya wajib menghafal ucapan sehari-hari sebelumnya, seperti istilah populer dalam pergaulan. Misalnya Ohayo Gozaimasu (Selamat pagi), Koninchiwa (Selamat siang), Kombawa (Selamat malam), Oyasuminasai (Selamat tidur), Dewa mata (Sampai ketemu),dll. Pokoknya, perlu kursus kilat.Sama manasik haji bagi jamaah haji. Bahasa populer itu sekedar untuk dipakai berbelanja di pasar dalam pertemuan pertama..Tapi akan lebih afdal, jika seseorang mampu juga menulis sedikit huruf “Katakana,Hiragana atau Kanji”.Pantaslah ada pepatah Arab berbunyi “Man ‘alima lughata qawmin amina min makrih “.(Siapa yang mengetahui Bahasa satu bangsa, pasti amanlah dari penipuan) . Dan amat sangat penting bagi seseorang yang ingin melanjutkan studi.di Jepang.
Menghargai guru:
Orang yang hendak melanjutkan studi di Jepang hendaknya mengetahui bahwa bukan menghargai orang kaya dan pejabat yang utama dalam budaya mereka, tapi yang sangat dihargai dan utama adalah guru dan tenaga medis..Waktu Hiroshima dan Nagasaki kena Bom atom atas serangan Amerika dalam perang Dunia, maka program pertama pemerintah Jepang menginventariser berapa jumlah guru yang masih hidup.Bukan lebih dahulu menghargai materi. Katanya materi gampang diganti tapi pembina intelektual dan moral itulah yang susah. Gurulah yang pertama dipelihara untuk membangun puing-puing kehancuran. Seperti pula yang pernah ditulis Rizal Saleh,bahwa gaji seorang guru SD di Hiroshima 37O ribu Yen (sekitar Rp.25 Juta) lebih, perbulan. Bandingkan Guru SD di Indonesia.Bahkan guru yang bertugas di daerah terpencil lebih tinggi lagi. Dosen lebih rendah gajinya dari guru SD, karena dosen dianggap tidak meramba hutan lebat,katanya. Kita di Indonesia terbalik. Demikian moral profesi guru dan murid, tidak ada yang terlihat berkeliaran di pusat perbelanjaan seperti Indonesia.
Akhirnya suatu kesan yang sukar penulis lupakan bersama keluarga, ketika diundang mitra kerja dalam studi kerja ke Jepang,dibolehkan membawa isteri asal bayar sendiri dan hal itu betul-betul penulis lakukan.Berkunjung ke Jepang disamping melakukan tugas negara, kami keluarga juga punya hajat rutama yaitu ingin menemui salah seorang putera kami yang telah menetap di Nagoya. Dan alhamdulillah telah bertemu dan bersama terus mendampingi kami selama berada di negara matahari terbit.
Adapun yang menambah kesan berganda dan sukar dilupakan sepanjang hidup kami, ketika pelayan restauran di Ginza sedang menghidangkan makanan asli Jepang, dan sementara kami asyik belajar menggunakan sumpit, tiba-tiba pimpinan travel datang membawa lilin ulang tahun dan mempersilakan isteri penulis meniup lilin ulang tahunnya, yang tanggalnya persis hari itu. Dengan riang gembira setelah lebih dahulu rombongan menyanyi beramai-ramai “Panjang umurnya serta mulia” yang disuarakan seluruh rombongan bersamaan tepuk tangan, maka semua mata pengunjung dalam ruangan memandang kepada kelompok kami, tanpa kompleng. Alhamdulillah kalau di Indonesia ulang tahun kami hanya dengan syukur puasa, tapi di Ginza ini dengan lilin sesuai kondisi. Semoga Allah memanjangkan usia kami sekeluarga dan terima kaih pada kepada semua rombongan khususnya Wagub Sulsel,H.Syahrul Yasin Limpo, Msi sekeluarga.
No comments:
Post a Comment