Friday, November 16, 2007

Puasa, Pengendalian Diri Terbaik

Seorang sopir yang melarikan kendaraannya dengan kecepatan setan, berpeluang besar baginya terseret dalam tabrakan maut yang akan mencelakakan dirinya dan penumpangnya.Seseorang yang makannya tidak terkendali, berpeluang besar baginya memperoleh kegemukan badan yang tidak seimbang yang oleh ahli kesehatan dapat mempengaruhi gangguan jantung. Sementara jantung penyebab nomer satu kematian di Indonesia. Sebab itu pengendalian makan, minum dan nafsu seks yang berlebihan dikontrol kehadiran puasa Ramadhan sangat memberi manfaat dalam ajaran Islam. Betapa banyaknya kerusakan yang ditimbulkan manusia di muka bumi ini akibat tiadanya batas dan rem yang dapat digunakan manusia dalam memenuhi ketiga kebutuhan tersebut sekalipun agamanya telah menggariskan adanya larangan berlebih-lebihan.Akibatnya badan dunia mencap Indonesia rangking ke 6 terkorup dunia.(Astagfirullah).

Sebab itu salah satu hikmah kehadiran puasa Ramadhan untuk melatih pengedalian diri yang hanya satu bulan itu, tapi casnya diharapkan dapat memberi energi selama 11 bulan yang akan datang.

Namun fenomena yang terjadi disekeliling kita setiap tahun kita melakukan puasa tapi setiap tahun pula sebagian umat ini juga masih belum mampu dengan rapi menjadikan Ramadhan menjadi pengendali yang terbaik sesudah Ramadhan berlalu. Apa masalahnya, .Mungkin karena cara kita berpuasa belum persis yang diinginkan ajaran Alquran?

Sebelum kita jelaskan cara berpuasa yang benar menurut Alquran, niscaya perlu kita jelaskan kesukaan manusia yang disinggung Alquran :

Dijadikan indah bagi pandangan manusia kecintaan kepada yang diingini :yaitu wanita-wanita,anak-anak,harta yang banyak dari emas, perak, kuda(kendaraan pilihan),binatang-binatang dan sawah ladang Itulah kesenangan hidup di dunia.tapi disisi Allah adalah tempat kembali baik(surga).(QS.3:14). Mendambakan tempat kembali yang baik, salah satunya ajaran takwa yang dijanjikan bagi yang berpuasa, sesuai Alquran.

Dalam Alquran ayat yang menyebut puasa hanya dua istilah:

(1) Kutiba ‘alaikum al-Shiyam…la ‘allakum tattaqun (Diwajibkan atasmu berpuasa… agar kamu dapat mengendalikan diri )(QS.2:183)

(2) Inni nadzartu li al-Rahman Shawma falam ukallim al- yawm insiya (Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia siapapun pada hari ini (QS.19:26).

Kedua ayat ini kita perlu bahas:

Pada ayat pertama diatas oleh sebagian mufasir dikatakan, makna shiyam yaitu menahan diri agar menjauhi sementara yang selama ini mubah untuk ditangguhkan di malam hari. Artinya, bukan dilarang dalam 24 jam atau selama satu bulan, tetapi hanya disiang harinya saja . Tetapi dengan kemampuan mengendalikan diri itu dapat menghasilkan pengaruh positif yang berbias bahwa dengan merem yang halal saja sementara mampu, pasti akan lebih berpeluang dapat merem yang memang terang-terangan dilarang agama (haram) dan lahirlah yang namanya takwa itu sebagai tujuan dan sahnya shiyam.

Mengenai ayat kedua diatas dengan istilah Shawm, asbab nuzulnya ketika Ibu Isa Maryam dituduh melacur karena melahirkan anak tanpa ayah, ia hanya menjawab aku puasa yakni tidak berbicara, tidak membalas caci maki, tidak berdusta dan tidak akan marah.

Bahkan untuk membuktikan dirinya bukan pelacur karena melahirkan anak tanpa ayah, maka ia menunjuk anaknya yang sudah dilahirkan dengan isyarat, bicaralah dengan anak itu.Dan dengan kehendak Allah dan menakjubkan, tiba-tiba Isa yang masih bayi dapat berbicara dengan fasih:

Diabadikan Alquran dalam kisah “ Isa berkata, aku ini adalah hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil).Dia menjadikan aku seorang nabi.Dia menjadikan aku berberkah dimana saja berada.Dia memerintahkan kepadaku melaksanakan salat dan menunaikan zakat, selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku Dan Dia tidak menjadikan aku bersombong (QS.Maryam 3O,31,32).

Berdasarkan keterangan ayat tersebut, maka makna puasa dalam istilah Shawm bukan hanya berarti menahan makan, minum dan nafsu seks, tapi juga berarti diam, tidak membalas caci maki, tidak marah, tidak dusta, tidak sombong dan tidak benci kepada orang lain yang telah menyakiti dengan tuduhan pelacur. Artinya, puasa dengan istilah kedua ini, adalah puasa batin yang akan menghasilkan pahala yang banyak, karena bukan hanya mampu mengendalikan yang lahir,tapi yang batinpun juga dikendalikannya dengan baik.

Itu sebabnya ada hadis yang memperkuat pandangan ini menyatakan “Kam min shaimin laisa lahu min shiyamih illa al- ju’ wa al-‘atsy “(Banyak orang berpuasa tapi tiada yang diperolehnya kecuali hanya lapar dan dahaga).Artinya karena tidak memperoleh pahala dari puasanya, sebab ?. Karena puasanya hanyalah lahirnya yakni tidak makan dan minum, tetapi tetap suka marah, dusta, mencaci maki, sombong dan jengkel kepada orang lain sebagai penyakit batin..

Berusaha selalu mengendalikan diri dapat menghasilkan karya dahsyat, seperti penelitian riwayat astronot yang mampu mendarat di bulan, konon waktu di usia kanak-kanak mereka telah mampu mengendalikan dirinya.Misalnya ketika guru membagikan gula-gula disyaratkan, mereka yang mampu sabar mengendalikan dirinya sampai 1O menit lagi, akan memperoleh distribusi dua kali.Ternyata yang mampu menahan emosinya untuk tidak makan segera dan menunggu 1O menit lagi, adalah mereka yang mampu menghasilkan karya dahsyat di masa dewasanya, termasuk kaum astronot yang diteliti indranya dimasa kanak-kanak.

Salah satu hadis diajarkan Nabi agar setiap hari seorang muslim hendaknya selalu bersedekah, salah seorang sahabat bertanya jika saya tidak mampu ya Rasul ?.Jawab Nabi, Tahanlah dirimu untuk tidak melakukan dosa,karena menahan itu adalah sadakah (HR.Bukhari).

Adapun puasa yang akan memperoleh pahala tinggi hanyalah puasa paralel lahir dan batin, seperti istilah Alquran dan yang didukung oleh hadis, “Segala amal anak cucu Adam berlipat ganda. Satu kebaikan pahalanya antara sepuluh sampai tujuh ratus, kata ‘Azza wa Jalla, kecuali puasa, sesungguhnya puasa untukKU dan Aku sendiri yang akan membalasnya “(HR.Muslim dari Abu Hurairah)

Dari hadis itu dipahami, bahwa balasan puasa yang benar bukan hanya bernilai antara sepuluh sampai tujuh ratus, tapi lebih dari itu sesuai bobotnya dimana Tuhan sendiri yang lebih mengetahui hati manusia dan keikhlasannya.

Semua tingkah laku seorang muslim selalu berpatokan perlunya keseimbangan sehingga menjadi terapi kehidupan,misalnya perintah makan dan minum,hendaknya dikendalikan jangan berlebih-lebihan,perintah makan hendaknya disediakan untuk tempat air dan kelonggaran bernafas,dikendalikan jangan sampai terlalu kenyang, termasuk ketika berbuka puasa.

Akhirnya puasa yang benar sebagai pengendalian diri terbaik ialah puasa yang sesuai dengan istilah “Shiyam” yakni mampu memelihara sahnya puasa menahan makan, minum dan nafsu seks dengan isteri di siang hari, tapi mampu pula memelihara pahala puasa dengan istilah Shawm yakni menahan marah, caci maki,dusta, jengkel, sombong serta banyak melakukan amaliah Ramadhan, terutama membantu sesama manusia yang masuk tategori fakir miskin yang jumlahnya kian bertambah, minimal yang ada disekitar tetangga kita. Semoga.
H. Mochtar Husein

No comments: