Thursday, November 15, 2007

Musykilat Dalam Islam (2)

Zaman Khulafa al- Rasyidin (2)
SETELAH Rasul wafat, pemerintahan Islam di pegang oleh 4 Khalifah (Khulafa al-Rasyidin ).Abu Bakr Al-Shiddik (632- 634 M). Umar bin Khattab (634- 644 M). Usman bin Affan (644-656 M).Dan Ali bin Abi Talib (656-661 M). Keempat khalifah diganti sesudah wafat (terbunuh).
Pengangkatan Khulafa’ al-Rasyidin, umumnya melalui musyawarah dan bai’at, namun mempunyai variasi tiap khalifah.
(1) ABU BAKR Al-SHIDDIK ( gelaran: membenarkan Rasul, terutama waktu Isra’ Mi’raj ). Dikenal saudagar besar yang dermawan. Pernah menyumbang seribu ekor unta, untuk jihad fi sabilillah.
Waktu Rasul wafat, muncul beberapa pendapat, siapa yang wajar menggantikan. Orang Muhajirin mengusulkan kelompoknya dan orang Anshar juga demikian, dengan alasan masing-masing. Tapi, akhirnya disepakati dan disetujui dengan suara bulat (aklamasi) Abu Bakr yang paling tepat. Karena disamping sahabat kental Rasul, yang menemani di gua hira dan hijrah, juga sering ditunjuk Rasul, menggantikan jadi imam salat. Artinya, sedangkan masalah akhirat dipercaya, apalagi masalah dunia, yaitu pemimpin masyarakat. Pemuka masyarakat dan rakyat awam, langsung membai’at.

(2). UMAR BIN KHATTAB. Dipilih atas wasiat Abu Bakr, dengan alasan, menghindari terlalu banyak calon yang dapat menimbulkan pertentangan. Disamping itu Umar dikenal paling berani, adil, jujur dan cakap memimpin. Seluruh pemuka masyarakat dan rakyat awam, membai’at.
Kedua orang khalifah tersebut, tidak menimbulkan musykilah (masalah) dalam pengangkatannya). Berbeda dengan USMAN dan ALI, keduanya terdapat musykilah.

(3) USMAN BIN AFFAN. Ketika Umar terbunuh, sewaktu menjadi Imam salat Subuh, oleh seorang budak, atas perintah bekas raja Persia yang dendam, Umar masih sempat menunjuk 6 sahabat utama, sebagai formatur. Yaitu, Abdurrahman bin ‘Auf, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,, dan Saad bin Abi Waqqas. Ketua Formatur Abdurrahman, setelah bersidang 3 hari, dan tidak menghasilkan keputusan, lalu mengundurkan diri sebagai calon. Kemudian, Usman menawarkan kesediaannya, dengan alasan yang tertua diantara mereka. Tapi Ali bin Abi Talib diam, khawatir tidak mampu mengendalikan keluarganya yang kaya.
Ketua formatur, Aburahman setelah berkonsultasi dengan rakyat banyak di desa-desa, dan pemuka masyarakat, umumnya mereka siap membai’at, karena Usman dikenal orang kaya dan dermawan, akhirnya, berlangsunglah bai’at, termasuk dari Ali sendiri.
Namun, Abdullah bin Saba seorang munafik ( pura-pura Islam yang keturunan Yahudi), melihat ada musykilah untuk mengacaukan keadaan. Didekati beberapa sahabat Ali dan menyatakan, dulu ada wasiat nabi, utamakan keturunanku. Mustinya dikembalikan jabatan khalifah itu kepada Ali, karena dialah yang lebih berhak. Akibatnya, terjadilah pemberontakan.
Sekalipun Ali tidak ikut dalam pemberontakan, namun keadaan bertambah kacau, setelah pemberontak menemukan sepucuk surat ber stempel Khalifah, agar gubernur Mesir dan pengikutnya dibunuh. Kaum pemberontak berhasil memasuki rumah Khalifah, untuk klarsipikasi dan memperlihatkan surat itu serta meminta mempertanggung jawabkan. Tapi,
Khalifah Usman menyangkal, tidak pernah menyuruh sekretaris membuat surat seperti itu. Kemudian pemberontak meminta yang memegang stempel itu diserahkan kepada mereka, tapi khalifah menolak. Akhirnya, massa bertambah marah, dan membunuh Khalifah Usman. (656 M).

(4) ALI BIN ABI TALIB. Setelah Usman terbunuh, otomatis Ali menjadi khalifah. Ali adalah sepupu Rasul dari Bani Hasyim. Seluruh peperangan besar (gazwah) diikutinya, bersama nabi. Sehingga nabi menganggapnya dia berperan, seperti antara Musa dan Harun, dalam perjuangan.
Pengangkatan Ali lebih musykilah, karena hanya dibai’at masyarakat awam. Sebagian pemuka masyarakat, tidak menyetujui. Sekalipun mereka mengakui, bahwa Ali hebat, jujur, berani dan pandai memainkan pedang. Mengapa sebagian sahabat besar menentang ?. Karena mereka yang bukan dari Bani Hasyim khawatir, jangan sampai kekhalifahan nanti akan dimonopoli bani Hasyim. Misalnya Gubernur Damaskus, Muawiyah pengangkatan Usman dan gubernur Mesir, Amar bin Ash, Aisyah, Talhah dan Zubair dari Mekah. Bahkan, mereka minta, diselesaikan dahulu melalui pemgadilan, pembunuhan Usman.
Maka terjadilah pertempuran dahsyat di Siffin yang menewaskan puluhan ribu, sesama muslimin dari kedua belah pihak.( 657 M ).Dan peristiwa inilah titik hitam pertama sejarah, dalam Islam.
Setelah Muawiyah, dkk merasakan dirinya akan kalah, ia menawarkan arbitrase dengan Tahkim, yaitu mengangkat Al-Quran di atas tombak. Tahkim berlangsung dengan khianat pihak Muawiyah, akhirnya perseteruan berjalan kembali.
Sebagian pasukan Ali keluar dari kelompok ( Khawarij ). Di suatu waktu kaum Khawarij memutuskan pembunuhan serentak kepada 3 orang penyebab akar pertikaian, yaitu Khalifah Ali di Kufah, Gubernur Muawiyah di Damaskus dan juru rundingnya yang berkhianat, Amar bin Ash di Mesir.
Dari 3 tokoh yang dijadwalkan harus di bunuh serentak, hanya Ali yang berhasil terbunuh ketika pergi salat Subuh. Muawiyah di Damaskus, hanya terluka, dan Amar bin Ash di Mesir, lolos karena sakit, dan tidak pergi salat di Mesjid ( SKI:61).
Sebelum Ali tebunuh, MUAWIYAH telah memaklumkan dirinya sebagai KHALIFAH di Yerussalem ( 66O M.) Tapi, sebagian Muarrikh (sejarawan) menganggap, ia lebih condong disebut “ kerajaan Islam ” ( Dinasti ), karena tidak lagi melalui pemilihan. Tapi, tangsung menunjuk anak cucunya turun temurun, yang berkuasa selama 1OO tahun lebih. Demikian juga sistim Dinasti Abbasiyah yang berkuasa, selama 125 tahun.
Pertentangan politik Muawiyah yang menentang Khalifah Ali, inilah asal muasalnya munculnya musykilah pemahaman ajaran Islam.
Ajaran dasar Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah, lambat laun mempengaruhi lahirnya firqah akidah Islam : Khawarij, Syi’ah, Muji’ah dan Mu’tazilah.

Kesan Khalifah dan Dinasti :
Suatu catatan yang perlu diketahui, bahwa baik pemerintahan bentuk Khalifah, maupun bentuk Dinasti, sekalipun diantara dinasti ada yang rapornya merah, namun ada khittah yang sama, yaitu semuanya bertujuan Dakwah (menyebarluaskan Islam) dan berpihak kepada rakyat miskin. Dan bukan memperkaya diri. Ini perlu dicontoh pemimpin Indonesia dan wakil rakyat. (DPR).
Disamping itu hendaknya dipahami, dengan “Husnu Zhann” (positive thinking) bahwa diantara mereka, ada yang telah dijamin ahli surga oleh Nabi, seperti 1O nama yang selalu disebut dalam khutbah Jum’at (1) Abu Bakr (2) Umar (3) Usman (4)) Ali (5) Talhah bin Ubaidillah (6) Saad bin Abi Waqqas (7) Abdurrahman bin Auf (8) Abu Ubaidah (9)Amir Al-Jarrah (1O) Zubair bin Awwam.
Dengan persepsi yang suci untuk Dakwah dan Akhlak yang diakui dari Rasul dan sahabatnya, maka Islam diminati lebih banyak. Bahkan, tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dan di zaman Dinasti itulah, Islam mendaki ke Eropah dan berjaya di Spanyol dan Perancis Selatan ( 732 – 1.492 M).
Artinya, hakekatnya, Islam adalah agama dakwah. Kalau Rasulullah pernah memerintahkan memerangi orang-orang yang bersekutu dengan Rumawi, di perbatasan Syria, karena dianggap membahayakan lajunya dakwah Islam. Mereka secara factual berusaha melenyapkan Islam, dengan cara membunuh sahabat-sahabat Nabi yang diutus. Jadi, peperangan terpaksa dilakukan dalam Islam, untuk melindungi jalannya dakwah dan mempertahankan diri.
Dinasti lain yang pernah muncul dalam kekuasaan Islam dan tetap dalam koridor dakwah yaitu Bani Fatimiyah, Ayubiyah dan Bani Saljuk.
Alhasil, seperti yang telah diuraikan terdahulu, bahwa firqah-firqah dalam Islam, mulanya lahir pada pertikaian politik di zaman Ali-Muawiyah, melahirkan beberapa teologi Islam, kemudian berkembang dan melahirkan pula “Tasyri’ Islam” dengan 4 Mazhab besar, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’ dan Hambali.
Imam Hanafi lahir di Kufah ( 7OOM-767 M).Imam Malik lahir di Medinah ( 795 M), Imam Syafi’ lahir di Gazza (676M) dan wafat di Mesir ( 82OM ).Imam Hambali lahir di Bagdad ( 78O - 855 M). Keempat Mazhab fikih itu sebenarnya hanya satu Mazhab karena tergabung dalam Ahlu Sunnah Waljamaah ( Sunni ). Artinya, di dunia Islam sekarang hanya dikenal dua sistim daulah : Islam Sunni dan Islam Syi’ah. Sunni itulah yang dianut mayoritas negeri-negeri Islam dan Syi’ah hanya dianut di Negara Islam Iran. Namun kita akui dalam negeri-negeri Islam Sunni seperti di Irak dan Pakistan, banyak didapati kelompok Syi’ah. Artinya, kini bukan waktunya lagi umat Islam membesar-besarkan firqah yang pernah ada. Baik politik, teologi dan fikih. Semua penganut firqah-firqah itu bersyahadat, salat, zakat, puasa dan haji. Bahkan, diantara mereka, banyak yang menambah ibadahnya dengan puasa Senin-Kamis, salat Tahajud dan mengimpakkan hartanya untuk pendirian mesjid, madrasah, rumah sakit serta membantu fakir miskin.
Jika di zaman Rasul, Khula al-Rasyidin dan Dinasti Amawiyah, kekuasaan Islam tetap satu. Maka sesudah Bani Umayah, Dunia Islam terpecah-pecah dalam tiga khilafah : Abasiyah, Amawiyah di Spanyol dan Fatimiyah. Sejak abad kesepuluh, muncul beberapa dinasti kecil yang tidak mengikuti khilafah. Dinasti kecil itu umumnya didirikan oleh non Arab, dan menambah krisis perpecahan. Sementara itu penyerbuan dari luar, yaitu perang Salib dari Barat dan serangan bangsa Mongol dari Timur, ikut memperburuk keadaan.( SKI: 228
Namun, di Asia Tenggara, menurut Chou- Ku- Fei, pada 1178 M, sudah ada tempat orang-orang “Ta-Syih” ( Muslim Arab dan Persia ) di Fo-loan ( Sriwijaya ), dekat Tringganu dan Sumatera Selatan. Penulis - penulis Arab seperti Ya’ kubi ( 875-88O) dan Ibnu Faqih ( 9O2 ) telah melukiskan, betapa ramainya perdagangan waktu itu, antara Basrah dan Cina, melalui Samudera India. Bahkan, menurut catatan kuno wangsa Tang Cina, bahwa Kaisar Tiongkok, telah menerima utusan Islam pertama, Saad bin Abi Waqas ( Sahabat Rasul ) sejak tahun 31 H.( 651 M). Alhamdulillah, penulis telah menyaksikan catatan itu di dalam mesjid tertua, di Beijing Cina tahun 2OO3.
H. Mochtar Husein

No comments: