Saturday, November 10, 2007

Muhammad Al Amin

Hari ini kita telah berada pada tanggal I3 Rabi’ul Awal l42I Hijriyah. Mulai kemarin, sampai bulan Rajab, umat Islam Indonesia memperingati Maulid rasul Muhammad SAW. Mulai dari istana, sampai ke pelosok di dipedesaan nun jauh terpencil di atas gunung dan lembahlembah dan ngarai, Kaifiatnya, ada yang tradisional dan moderen. Yang tradisional, disambutnya dengan telur berwarna warni, dan pembacaan Barzanji,atau Ratib atau Maudu Lompoa atau Sekaten. Sedang yang moderen disambutnya dengan pidatopidatoan, pertandingan kesenian dan olahraga. Pokoknya, dilaksanakan sesuai selera, tapi tujuannya sama, karena cinta kepada rasul dan ingin menteladinya. Artinya memperimgati Maulid agar revitalisasi ruh Islam yang mulai pudar, akibat pengaruh politik dan materialistis yang sedang merajai masyarakat Indonesia.

Yang mungkin perlu di bahas, mengapa perlu bermaulid, mengapa kita harus teladani kehidupan Nabi ?

Menurut para pakar sejarah yang paling mutawatir, bahwa Maulid di sponsori oleh Sultan Salahuddin, ketika terjadi perang Salib yang berkepanjangan. Setelah Sultan melihat semangat keberanian menghadapi musuh kurang patriotik dan semangat jihad menurun drastis, maka sebelum berangkat kemedan perang, sejarah Nabi dibacakan yang diwaktu itu pula lahirnya syairsyair sejarah nabi yang paling puitis,yang dibukukan menjadi kitab al-Barzanji. Kalau Barzanji itu kita baca dan menghayati maknanya, apalagi selalu didahului dengan salawat, maka ia sangat luar biasa gunanya. Tapi kalau dibaca dengan niat azimat menolak bala, akidah bisa goyang. Sebab, La hawla wala quwwata illa billah. Jadi Maulid itu sebagai revitalisasi akhlak Islam yang harus dihidupkan.

Seorang muslim, mengaspa dituntut harus mencintai Nabi, tak lain Motivasinya, karena Beliaulah menyampaikan pesanpesan, hingga kita menjadi muslim, lagi pula, karena Beliau bagian dari syahadat. Seorang muslim belum diakui keislamannya sebelum menyatakan melalui bibirnya, pengakuan kerasulan Muhammad bersamaan pengakuan dan keyakinannya di dalam hatinya. Seorang muslim, tidak sah perkawinannya tanpa menyebutnya, seorang musalli, tidak diakui salatnya tanpa menyebutnya. Pokoknya, setiap menyebut Allah harus menyebut Muhammad. “ La azkuru illa zukkirtu ma’ahu “ (Aku tidak di sebut kecuali harus disebut bersamanya), menurut hadis qudsi.

(Aku tidak di sebut, kecuali disebut bersamanya) (Hadis Qudsi).

Orangorang Barat sendiri yang non muslim, dengan tegas mengakui kehebatan Muhammad, seperti Michael Hart, antara lain berkata : “ Ada dua alasan, mengapa urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam, ketimbang peranan Nabi Isa terhadap agama Nasrani. Biarpun nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran pokok moral da etika Kristen ( sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme, St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebar dari perjanjian lama ).

Sebaliknya, Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam, tapi sekaligus juga terhadap pokokpokok etika dan moralnya. Tambahan pula pencatatan kitab suci Alquran, kumpulan wahyu diyakini berasal langsung dari Allah. Wahyu di salin dengan penuh kesungguhan, tidak tergoyahkan sampai Muhammad wafat. Sebaliknya, tak ada satu kumpulan yang terperinci dari ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. ( Lihat: Seratus Tokoh : 32).

Pengakuan Hart tersebut, adalah pengakuan obyektif, dimana Allah telah menjamin keorisinilan Alquran, dengan firmaNya : “…. Wa innahu lahafizhun “ ( Sesungguhnya Kami akan memeliharanya terus ) . Itulah sebabnya semua huruf dan kalimat Alquran, tidak yang berbeda, misalnya Alquran yang ada di Jepang, Amerika dan Indonesia. Sekalipun diterjemahkan dalam berbagai bahasa, tapi huruf aslinya Arab, tetap harus di pasang. Begitu juga peran Nabi Muhammad dalam etika dan moral, persis isi Alquran itu sendiri, seperti yang dikatakan Aisyah (isteri Nabi) : “ Akhlaquhu Al-Qur’an “ ( Akhlak Muhammad itu persis Alquran ).(HR. Bukhari).

Mengenai penulis Barat HAR. Gibb, ia lebih menitik beratkan kesuksesan Muhammad, dalam lintasan sejarah karena ajaran yang dibawakan tidak mengenal diskriminasi antara seorang budak dan raja antara seorang miskin dan kaya. Bahkan Muhammad lebih condong bersahabat orangorang miskin dari kaum elit dan bangsawan. Padahal perkembangan kekuasaan yang ada disekelilingnya waktu itu adalah sedang maraknya sistim perbudakan, feodalisme dan diskiriminasi yang tajam.

Daya tarik ajaran Islam yang tidak dibuatbuat dicontohkan oleh rasul bersama sahabatnya menjadikan kaum musyrikin berduyungduyung masuk Islam dengan sukarela tanpa paksaan. Bahkan musuk bubuyutan Islam Abi Sufyan, yang pada Fat-hu Makkah, dianggap akan terjadi balas dendam terhadap musuhnya yang mengusirnya, justru sebaliknya, semua yang berlindung di rumah Abi Sufyan, di jamin keselamatan jiwanya oleh tentara muslim, atas perintah rasul.

AL-AMIN :
Muhammad artinya orang yang terpuji, adalah nama pemberian kakeknya, sedang namanya yang lain yang disebut Alquran, adalah Ahmad yang juga orang paling terpuji. Artinya, dengan melihat nama maka tergambarlah keterpujian namanya sama dengan orangnya. Tidak seperti sebahagian masyarakat Indonesia yang juga namanya bagus, tapi penyandang nama, bertentangan dengan orangnya. Bahkan, sejak nabi memasuki usia remaja, orangorang Arab yang belum muslim pada zamannya, ramairamai telah menambah lagi satu gelaran ( nama ) terhadap diri Muhammad, yaitu “ Al-Amin “ (Orang yang paling dpercayai dan jujur). Menjadilah namanya di masyrakat, Muhammad al-Amin.

Bagaimana Nabi yang lain ?
Dalam Alquran terdapat beberapa rasul yang menyatakan dirinya “ Nasihun Amin (Pemberi nasehat yang dipercaya), seperti Nabi Nuh, Syuaib, Luth dan Salih, yang semuanya menyatakan kepada umatnya ketika berdakwah dan seolaholah tidak diyakininya. Bahkan Nabi Musa diabadikan Alquran, “ dengan kalimat “ Qawiyyul amin “ ( Kuat dan dipercaya ). Demikian Malaikat Jibril dengan istilah “ Ruhul amin “ (Ruh yang dipercaya) dan kota Makkah dengan istilah “ Baladil amin “ (Kota yang aman yang dipercaya).

Dengan melihat istilah yang dilontarkan Alquran, maka dalam Alquran terdapat penggunaan Al-amin yang bervariasi (l) Terkadang ditujukan kepada Nabinabi, (2) Terkadang Malaikat Jibril (3) Terkadang kota Makkah. Tapi semuanya ditujukan adanya kejujuran kepada yang menyandangnya, dan bagi kota Makkah digambarkan adanya keamanan dan ketenteraman batin bagi mereka yang telah memasukinya.

Khusus istilah Qawiyyul amin, yang ditujukan kepada pribadi Nabi Musa, adalah pensyaratan utama bagi mereka yang akan diangkat jadi pemimpin, mulai dari kepala desa sampai kepala negara. Artinya menurut Alquran, mutlak adanya dua pensyaratan utama bagi yang diangkat jadi pejabat, yaitu (l) Harus kuat pisiknya, seperti Nabi Musa, Nabi Muhammad, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. (2) Harus mempunyai kejujuran dan dipercayai dalam memelihara amanah. (3) Harus punya keahlian, tapi jujur seperti Nabi Yusuf, yang diabadikan Alquran “ Hafizhun ‘alim “ (Yang pintar memelihara amanah, dan jujur ).

Kemudian pelengkap syarat kenabian yang di syaratkan dalam ilmu Tauhid berdasarkan Alhadis, juga disebut “ Al-amanah “ yang juga berarti dipercayai. Sedang kata iman, yang berarti percaya dan aman dirinya tentang Allah dan masyarakat. Ini dapat diketahui bahwa orang yang beriman itu harus dapat dipercaya, aman jika kita simpan barang padanya, tidak mengkhianati kita apalagi menggunting dalam lipatan.

Latar belakangnya menurut Tarikh, ketika terjadi permasalahan yang besar dikalangan orangorang Arab, tentang yang paling berhak memasukkan hajar Aswad di Ka’bah yang jatuh dari tempatnya, lalu di putuskan, siapa yang pertama masuk di lokasi Ka’bah besok paginya itulah yang akan menjadi hakim diantara yang sedang berselisih. Tibatiba Muhammadlah yang pertama masuk dan dialah yang menjadi hakim diantara qabila Arab yang berselisih. Suatu kearifan yang di tempuh dan tidak ada yang merasa kalah diantara mereka, yaitu dengan menggelar serbannya diempat sudut, setiap qabila mengangkat hajar Aswad bersamaan, dan Muhammadlah yang memasukkan kembali hajar Aswad yang jatuh, akhirnya selesailah keputusan hakim yang paling adil. Dari situlah gelaran itu diperoleh secara adil, karena dilakukan secara gotongroyong bersamaan, tanpa ada yang merasa dirugikan.

Dalam memperingati Maulid tahun ini niscaya, al-Amin ini saja yang kita tiru, kezaliman, perkosaan hak dan intimidasi yang dilakukan antara kaum elit politik dan pemimpin pemerintahan, jika kita praktekkan, insya Allah krisis diberbagai dimensi yang melanda bangsa, dapat diatasi dengan baik.

Akhirnya dalam menyambut Maulid tahun 2OOO ini, yang kita harus lakukan untuk menyelamatkan bangsa yang korup, saling curiga, saling bermusuhan, bahkan saling berbunuhbunuhan, tak lain yang dapat kita lakukan, kecuali menteladani Nabi Muhammad, yang digelar kawan dan lawan seorang yang Al-Amin, khususnya kelompok pejabat, mulai dari Lurah sampai Presiden dan para elit politik.
H. Mochtar Husein

No comments: