Saturday, November 10, 2007

Hakikat Hidup

JIKA Anda sempat membuka-buka albun yang tersimpan di rak buku, pasti kaget. melihat foto-foto nostalgia Anda. Di kala pengantin baru. Masih kuliah. Waktu bergensi. Menjadi delegasi Indonesia ke berbagai negara. Sungguh indah rasanya. Menyenangkan. Pipi masih montok. Rambut masih hitam. Dan badan masih tegak dan gagah Tetapi, sekarang,Anda bagaimana ?. Sudah melampaui 3 batas pensiun. Pensiun biasa usia 56 tahun. Pensiun guru 6O tahun. Pensiun dosen 65 tahun. Sudah lewat semua.Melampaui Nabi Muhammad. Bonus ?.Alhamdulillah.

Kini, foto-foto nostalgia sudah ditelan masa.Anda pernah coba bercermin di kamar sendiri. Apa Anda masih gagah (cantik) ? Tidak! Sudah berbeda sekali. Kini pipi dan kulit Anda sudah kriput. Gigi sudah palsu. Rambut sudah ubanan. Mata tidak dapat membaca tanpa kacamata. Sedikit saja keluar, masuk angin dan batuk. Susah mendaki dan bernafas Inilah namanya penyakit tua dan alamiah, pasti tersengat setiap orang hidup. Sama juga buah-buahan dan tanaman di kebun. Mulanya kuning, merah dan enak dimakan. Tapi kemudian hitam, layu dan busuk, sehingga batangnyapun tumbang atau ditebang. Rumah tempat Anda bertengger, juga demikian Sama. Mulanya bangunannya baru. Lama kelamaan, keropos, memerlukan renovasi dan hancur.Singkatnya, semua benda berproses “alamiah”. Digerogoti waktu.

Namun, yang mengherankan, mengapa sebagian orang masih belum mau sadar dan mengendalikan nafsu serakah. Apakah tidak mempersiapkan hari akhirat.sebagai tempat abadi segala manusia mempertanggung jawabkan perbuatannya ?.

Didalam Al-Quran :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, menjadi kuat. Kemudian keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu, lemah (kembali) dan beruban, Dia yang menciptakan apa yang dikehendakiNya, dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa “ (QS. Al-Rum 54).

Pakar kedokteran Islam seperti Ibnu Sina memahami ayat tersebut, menyatakan, bahwa pada mulanya manusia itu lemah, kemudian kuat dan mencapai puncaknya, sebelum memasuki usia 4O tahun. Tapi sesudah itu, akan menurun perlahan-lahan sekitar 1,5 % pertahun, itupun jika tidak terserang salah satu penyakit.

Sebab itu, jika Anda masih muda, hendaklah mensyukuri umurnya dengan mengarahkan kepada hal-hal positif dan bermanfaat. Sebaliknya, jika Anda berada di umur manula (pension), hendaklah lebih diarahkan mencari kehidupan abadi. Dan .bukan lagi tenggelam dalam kumpulan citra.

Jika Anda memikirkan dengan tulus, pasti menyadari, bahwa rumah, perabot, mobil, perhiasan, rekening di bank, koleksi pakaian, suami (isteri), anak-anak, teman sejawat, aroma parfun dan suara penyanyi favorit Anda, semuanya itu, hanyalah kumpulan citra yang diciptakan Tuhan untuk menguji manusia. Persepsi-persepsi itu sengaja dihadirkan, untuk menggoda dan memikat, sebagai suatu ujian.

Diungkapkan Al-Quran “ Hubb al- syahawati…( Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak (dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan), binatang ternak dan sawah ladang).Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) “(QS.Ali Imran 14).

Menurut ulama Tafsir, semua yang menyenangkan disebut “syahawat”, karena tarikannya (kecintaan berlebih-lebihan) kepadanya. Diperkuat ayat lain dengan sebutan “ hubb al-khayr lasyadid ” (Kecintaanya, berlebihan-lebihan ) (QS.Shad 22 )

Yang memberikan perhiasan (indah) itu sebagai ujian, atau wasilah kepada hambaNya, agar memerjuangkan kebahagiaan akhirat, dengan memanfaatkan kepada yang diridhaiNya

Sebab itu adalah suatu kerugian besar bagi seseorang, kalau yang diutamakan mengejarnya adalah kumpulan citra dalam kehidupan singkat, lalu melupakan kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat, dengan tidak memanfaatkan fasilitas itu terutama menolong sesamanya yang membutuhkan bantuan, dan kepada sarana keagamaan.

Karena Allah-lah yang menciptakan semua citra ini, Dia pula pemilik akhir segala sesuatu. Fakta ini ditekankan Al-Quran,“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan Allah Mahamengetahui ( Meliputi segala sesuatu”) (QS. Al-Nisa 126).

Menyingkirkan agama, demi nafsu imajiner adalah kebodohan besar karena dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk kehidupan yang penuh berkah di surga.

Menurut Harun Yahya (Universitas Istambul), fakta yang Anda hadapi, menyatakan, semua pemilikan, kekayaan, anak, suami (isteri), teman-teman, status yang menjadikan Anda kikir, akan lenyap. Cepat atau lambat. Sebab itu, semuanya tidak berarti. Yang tepat sebutannya, semuanya itu adalah mimpi yang tersusun atas citra yang diperlihatkan Allah menguji Anda. ( Hakikat Hidup 2OO4).

Keadaan akhir orang-orang yang mengejar ilusi (fatamorgana) di dunia dan melupakan Penciptanya, dinyatakan Al-Quran:“ Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana, di tanah yang datar,yang disangka air oleh orang-orang dahaga, tapi bila didatangi air itu, dia tidak mendapati sesuatu apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup, dan Allah sangatlah cepat perhitungannya “. (QS.Al-Nur 29).

Sebab itu menurut sebagian Tafsir, bagaimanapun banyaknya amal kebaikan yang dibuat oleh orang-orang yang mengingkari (kapir) kebenaran Allah dan kerasulan Muhammad sebagai Nabi terakhir, tidaklah akan mendapat balasan di akhirat, sebab dasar yang fundamen berupa akidah yang benar, tidak ada padanya.

Hidup sebenarnya.
Kehidupan dunia dan segala daya tariknya (syahawat) disebut kumpulan citra. Karena kenikmatannya menipu dan hanya sebentar. Baik kekayaan, jabatan dan kecantikan. Semua akan berubah secara alamiah. Orang yang berpikiran sehat, tentu yang dicari adalah bukan hidup ilusi tapi yang dicari sebenarnya.(akhirat).

Setiap salat Subuh dianjurkan membaca surah Dhuha. Diantara ayatnya berbunyi : “ Walal alkhiratu khayrun laka min al-ula” (Sesungguhnya kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia). Karena akhirat adalah hidup sebenarnmya dan pembalasan.

Dalam Tafsir Al-Azhar dikatakan, makna akhirat juga disebut Yaum Al-Din (agama) disamping berarti pembalasan. Artinya, seluruh gerak gerik seseorang hendaknya tidak lepas dari lingkungan agama.Selalu terkait lima hukum : wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah (jaiz). Semua kelak akan diperhitungkan di hadirat Tuhan. Baik akan dibalas yang baik. Buruk akan dibalas dengan yang buruk, dengan seadil-adilnya. Sebab itu jika jiwa kita selalu diliputi sifat Rahman dan Rahim Tuhan, harus dibatasi dengan keinsafan yang disempurnakan, bahwa Dia juga dapat memperlaklukan hambanya sangat Adil.

Dengan perasaan keseimbangan antara Kasih Sayang dengan Khauf (takut), maka kita hendaknya menghayati bacaan salat “ Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah tempat lami memohon pertolongan”. (Juz I:66).

Sebab itu raja’ (pengharapan) kita, hendaklah disandarkan pada Hadis Qudsi, “Inna Rahmati, sabaqat Ghadabi” (Sesungguhnya kasih sayangKu lebih kuat dari amarahKu)(HR.Muslim).
Harapan ini harus selalu ada dalam diri seorang mukmin, sehingga meyakini bahwa sesungguhnya akhirat lebih baik dari kehidupan dunia.

Ulama Tafsir menyatakan, mengapa disebut kehidupan akhirat jauh lebih baik dari kehidupan dunia. Karena di dunia ini engkau (Muhammad) melakukan sesuatu, apa yang engkau inginkan, sedang di akhirat kelak, Tuhan akan melakukan yang diingini. Artinya, di dunia selalu dicaci maki, maka di akhirat nanti, engkau akan dipuji dan disanjung. Makna ayat (Surah Dhuha) diatas dilanjutkan ayat berikutnya, bahwa pemberian kepuasan di akhirat nanti, termasuk orang-orang yang mengikuti jejaknya (mukmin yang berbuat amal saleh). Diperkuat oleh ayat lain berbunyi” Negeri akhirat itu, Kami berikan kepada orang-orang yang tidak berlaku sombong (sewenang-wenang) dan tidak berbuat kerusakan. Dan kesudahan yang baik, akan diperoleh orang-orang bertakwa “ (QS. 28 :83). Sebaliknya, orang-orang zalim pasti akan mengetahui, tempat mana yang mereka, akan tempati (QS. Al-Syu’ara :227).
.
Maka, uraian singkat diatas, menambah keyakinan kita, bahwa hakikat hidup dunia ini hanya ilusi, karena penuh keterbatasan. Dan hanya kehidupan akhirat adalah hidup yang hakikat, sebenarnya dan abadi. Di akhiratlah kita akan menerima balasan amal ikhlas, dengan sifat Rahim Allah, atau sesuai dengan sifat Adil Allah. Jika Anda mendambakan sifat Rahim Allah yang diperlakukan di akhirat nanti, mulai dari sekarang lebih mengutamakan juga melakukan praktek sifat kasih sayang kepada sesama manusia di dunia dan bukan sebaliknya lebih banyak menuntut (Wa Allahu A’lam).


No comments: