Saturday, November 10, 2007

Hakekat Shalat

SHALAT (Salat) “ Hiya ibadatun makhshushah “.( ibadah khusus yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam) seperti yang dipraktekkan Rasul SAW.). Salat juga berarti salawat dan do’a ( Al-Mufradat 285).

Pengertian salat ini sering dikaburkan sebagian orang, terutama penganut tarekat aneh-aneh yang terpengaruh ajaran dari luar Islam. Misalnya salatnya hanya mengingat Allah dan tidak perlu ruku’, sujud dan tahiyah. Dan yang mengherankan, salat seperti itulah justru yang dianggap hakekat salat. Bahkan ada yang lebih ekstrim menganggap dirinya tidak perlu lagi salat. ( Astagfitullah).Rasul SAW sendiri tetap mengerjakan salat yang ada ruku’, sujud dan tahiyah hingga akhir hayatnya.

Kewajiban salat dalam Al-Quran, ada 82 ayat. Hampir seluruhnya menggunakan kata-kata Aqim atau Aqimu (jamak) atau tasrif lain. Artinya bahwa yang diperintahkan Al-Quran adalah Aqimu (mendirikan) dan bukan sekadar mengerjakan salat. “ Diantaranya “ Dirikanlah salat,sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji,dan mungkar” (QS. Al- Ankabut 45).

Menurut ulama Tafsir, yang disebut mendirikan salat ialah melakukan salat dengan rutin, khusyu’ dan memberi syifa’ pada dirinya. Misalnya berfungsi memberhentikan dosa yang sedang dilaksanakan. Kemudian seorang pemuda Anshar dilaporkan kepada Rasul, bahwa si A salatnya tidak berefek pada dirinya. Dijawab Rasul, selama salatnya rutin, akan menghentikan dari dosa, dan betul-betul setelah berselang beberapa bulan kemudian ia memperolah efek syifa pada dirinya. .( Al-Baidhawi, Juz I: 61O).

Ulama Tafsir lain seperti Al-Qurtubi disamping syarat diatas, ia menambahkan satu syarat yang disebut mendirikan salat, yaitu suka bersedekah.

Artinya, dari keterangan tafsir tersebut orang tidak boleh berputus asa, selama orang itu menjalankan salat dengan rutin dan khusyu’, maka disuatu waktu salatnya akan berpengaruh pada dirinya. Karena selalu berkolmunikasi dengan Tuhannya minimal 5 kali sehari semalam.

Melakukan salat yang benar ialah sesuai yang diajarkan Rasul, : “ Salatlah seperti cara saya melakukan salat “ (HR. Muslim).

Cara Rasul melakukan salat,seperti yang telah tersusun dalam buku Fikih. Diantaranya :
Pertama :Berwudhu’lebih dahulu : Hai orang-orang mukmin, jika kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu,sampai siku,dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki. Kemudian jika seseorang sakit atau tiada air dan dalam perjalanan boleh diganti dengan tayamum.

Jika kamu dalam keadaan sakit, atau perjalanan, atau kembali dari tempat buang air,maka hendaklah kamu tayamum dengan tanah yang suci.Maka sapulah mukamu dan kedua tanganmu, dengan tanah tersebut (QS.Al-Maidah 6).

Kedua : Waktu Salat dilakukan sesuai waktunya : Sesungguhnya salat diwajibkan kepada orang-orang beriman, menurut waktunya (QS. Al-Nisa 1O3)

Lima kali sehari semalam dilakukan sesuai waktu yang ditentukan Rasul sesudah Mi’raj yaitu Subuh dilakukan waktu pagi sebelum terbit matahari, Zuhur dilakukan tengah hari, Asar diwaktu sore, Magrib di waktu terbenam matahari dan Isya diwaktu awan kuning malam hilang di ufuk Barat. Rasul bersabda “ Telah difardukan atas umatku pada malam Isra’ Mi’raj, lima puluh salat,…maka Allah memberi keringanan berobah menjadi lima salat (HR.Bukhari Muslim).

Ketiga: Menutup aurat : Dalam mengerjakan salat harus sopan dan mempunyai etika, dengan berbusana yang rapi.karena menghadap Allah. “ Hai anak Adam pakailah perhiasanmu, ketika hendak mengerjakan salat (QS.al-A’raf 21)

Yang dimaksud perhiasan ialah berbusana dengan menutup badan, Yaitu perempuan menutup seluruh badannya, kecuali muka dan kedua tangannya. Sedang laki-laki menutup badannya minimal antara pusar sampai lutut.

Keempat :Menghadap ke kiblat: Arah kiblat waktu salat ialah Ka’bah di Mesjid Haram Mekah “ Hendaklah engkau hadapkan mukamu ke arah Mesjidil Haram (QS. Al-Bakarah 144).

Menurut Ulama Tafsir orang yang salat di dalam Mesjid Haram, hendaknya persis jihat (jurusan ) Ka’bah, yang berada diluar kawasan mesjid, asal menghadap ke jurusan Mesjid Haram Sedang yang diluar jazirah Arab, juga demikian, misalnya muslim di Timur ( seperti Indonesia) asal menghadap ke Barat dan muslim di Barat (seperti Amerika) asal menghadap ke Timur. Bahkan, orang yanmg berada ada dalam kendaraan seperti pesawat, boleh menghadap ke mana saja, karena Al-Quran mempermudah “Kemana saja kamu menghadap disitu ada wajah Tuhanmu (QS.Al-Baqarah 144).

Kelima : Berniat dengan ikhlas: Salat yang dilakukan harus diniatkan karena Allah.semata. “Dan mereka tiadalah diperintahkan kecuali menyembah Allah, dengan ikhlas beragama kepadaNya. (QS.Al-Bayinah 5)

Demikian antara lain pokok-pokok ketentuan yang disyariatkan. Dalam pelajaran Fikih, dilengkap[I rukun dan syarat serta sunat-sunatnya untuk melengkapi salat yang benar. Dan disimpulkan bahwa salat yang dilakukan muslim sejak dari usia dini mengandung efek social dan transenden yang lengkap syarat-syarat khusus. Dan bukan hanya mengingat Tuhan dengan hati, tanpa gerakan badan, berupa ruku’, sujud dan tahiyah. Sebab dalam salat lima waktu mencakup segala penghormatan kepada Allah Dan bukan cuma hati seperti yang dilakukan sebagian orang yang memasuki tarekat aneh-aneh, dengan alasan itulah hakikat Salat.
Hakekat salat ialah menghadirkan seluruh anggota badan dan jiwa raga seorang hamba dihadapan Allah. Mereproduksi prilaku Rasul ketika bertemu Tuhan dalam Isra” Mi’raj. Rasul bersujud dan bertahiyah di hadapan Allah, lalu berkata “Attahiyatu Lillah…( Hanya kepadaMulah segala penghormatan yang wajar ) Kemudian Tuhan menjawab “ Assalamu ‘alaika ayyuhannabiyu…(Keselamatan, berkah dan rahmat dilimpahkan kepadamu, Muhammad ). Kemudian Rasul menjawab : Assalamu Alaina…( Keselamatan itu tertuju kepada kami bersama hamba-hamba yang saleh)

Kemudian Rasul, bersama orang saleh dan para malaikat bersaksi : Asyhadu alla ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammad Rasul Allah…Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah ) dst. Kaifiat seperti inilah yang dipraktekkan setelah dilengkapi bacaan dan sunat-sunatnya yang dicontohkan Rasul sesudah kembali dari Isra Mi’raj yang harus kita ikuti.

Syaikh Khalid Bentaunes, seorang ahli Tarekat dari Al-Jazair menjelaskan, bahwa kaifiat salat yang kami lakukan, sama yang dicontohkan Rasul, berfungsi sebagai pintu gerbang mencuci hati agar dapat memantulkan cahaya Ilahi. Pada waktu terbit fajar Subuh melambangkan awal kehidupan (kelahiran). Pada waktu Zuhur sebagai puncak kehidupan vertikalitasnya. Kemudian pada waktu Asar adalah kebijaksanaan manusia (setengah baya). Dan pada waktu Magrib ketika matahari tenggelam, diasosiasikan meninggalkan dunia. Dan pada waktu Isya (malam) menyadarkan diri, bahwa dunia lainpun ada salat. Siklus ini diatur sedemikian rupa, bahwa komunikasi dengan Tuhan, hendaknya berjalan terus menerus. Jadi, salat itu adalah kondisi ruhani kesadaran ma’rifah, berangkat dari dunia bendawi, menuju sebuah pertemuan suci. Natijahnya, salat bagi tarekat, laksana melobangi batu karang setiap hari, betapapun kerasnya batu, disuatu waktu, akan tembus dan berlobang (Tasawuf Jantung Islam, 72 ).
Salat yang dilakukan guru tarekat diatas, masih berada dalam koridor yang sesuai sunnah. Dan bukan salat tarekat yang aneh-aneh.

Akhirnya, dari uraian singkat diatas, dihami bahwa hakekat salat, adalah mi’rajnya hamba (‘Abid ) kepada Al-Ma’bud (Allah) minimal 5 kali sehari semalam. Bersembah sujud kepadaNya, sinergi antara dimensi : ucapan bibir, gerakan badan, dan pengakuan hati. Diawali takbir (Allah Akbar), diakhiri salam (Assalamu Alaikum) kepada seluruh manusia, agar tercipta kedamaian, ketenangan dan kesadaran ma’rifah.

Adapun salat yang hanya mengingat Allah di hati, bukanlah hakekat salat yang dipraktekkan Rasul. ( Wa Allahu a’lam ).


No comments: