Saturday, November 10, 2007

Membaca Fenomena Alam

Ketika melihat keluarga, sekampung dan sebangsa kita diusir dengan paksa dari Malaysia, raut-raut jiwa kita yang terdalam tersentuh. Mereka disebut pendatang haram atau TKI illegal. Mereka adalah mayoritas muslim yang miskin. Seperti yang penulis pernah saksikan di Nunukang, tempat penampungan mereka, sangat memprehatinkan.Segi kesehatan, sanitasi dan layaknya seorang manusia, sangat minim, akibatnya banyak yang sakit.

Namun jika memandang dari segi kewajaran, peraturan yang ditegakkan oleh negara yang terkenal tegas dalam menjalankan hukum, maka mereka bukanlah suatu bangsa yang kejam, kerena telah lama memperingati, serta mereka masih tetap mengakui bahwa bangsanya masih serumpun dengan bangsa kita.

Disisi lain jika kita memandang dari segi agama (khususnya Islam), sebenarnya memang perintah pertama ayat yang turun dalam Alquran “IQRA’ ”( Bacalah ! ). Artinya, pertama kita harus baca nama-nama Allah yang tertera dalam Alquran. Kedua, kita baca juga fenomena alam yang terjadi di sekeliling manusia. Pengamatan kita yang seksama, dapat melahirkan ilmu dan kesadaran yang seksama pada suatu peristiwa. Dapat melahirkan pelajaran komparasi dalam memahami suatu seluk beluk kejadian untuk menjadi Ibrah.

Apa hasil pembacaan itu ?

Archimedes yang telah membaca air yang tumpah, ketika masuk ke dalam bath tub, lalu menelaah, meneliti dan mempelajari hal itu secara sungguh-sungguh, akhirnya menghasilkan salah satu ketentuan Tuhan, dengan hukum “Berat Jenis (BJ) = Berat per Volume” , dan itulah yang terkenal dengan hukum Archimedes.

Itulah salah satu contoh asal muasalnya suatu ilmu pengetahuan dan peradaban, akibat dorongan suara hati, karena membaca (Iqra’) dan dorongan pancaran sifat Allah yang namanya “ ‘ALIMUN ” (Maha Ilmu) yang bersemayam pada setiap jiwa manusia.

Demikian juga kejadian-kejadian yang berasal dari tindakan yang menyimpang dari jalan yang sah, yakni illegal juga pasti melahirkan akibat dan penderitaan. Artinya, membaca peristiwa dan kejadian yang batil, pasti melahirkan yang batil pula, istilah agamanya “In Syarran Fasyarrun, wain Khairan Fakhairun” (Yang buruk akan terbalas yang buruk dan yang baik akan terbalas yang baik pula).

Penyimpangan yang ilegal di lakukan TKI, terbalas dengan cara tidak menyenangkan sebagai akibatnya, dan sudah dirasakan selama manusia masih mendiami dunia ini. Sebab itu ayat yang wajib kita baca berulang-ulang dalam salat “ Ihdina al- shirath al-l mustaqim” (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus!). Artinya, jalanan yang tidak lurus jika di jalani juga, pasti melahirkan bencana dan penderitaan dikemudian hari. Sebab itu membaca fenomena dan peristiwa alam disekeliling kita adalah pelajaran yang berharga yang menghasilkan ilmu dan kesadaran.

Ayat Alquran yang pertama turun itu ialah (artinya): “ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan (l) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Pemurah (3) Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan qalam (4) Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya “ (QS. Al-Alaq l-5).

Menurut beberapa mufasir :

(1) Secara umum perintah membaca yang ditujukan kepada Nabi, padahal beliau tidak pernah membaca sebuah kitabpun sebelumnya, bermakna bahwa perintah membaca itu bukan hanya ditujukan kepada Nabi sendiri, tetapi kepada umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan. Disamping asal kata “Qaraa”, tidak mutlak harus dibaca yang didengar dari orang lain, tapi didalamnya termasuk dalam arti menelaah ,membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya yang kesemuanya bermuara pada arti menghimpun.

(2) Syekh Muhammad Abduh memahami, perintah membaca bukan sebagai tugas ( amar taklifi ) yang membutuhkan obyek, tapi perintah di ayat ini adalah amar takwini, yang mewujudkan membaca secara aktual pada diri Nabi dalam arti “Kun fayakun” ( Jadilah, maka jadilah ia ). Jadi, perintah membaca itu sama dengan perintah jadilah, akhirnya Nabi SAW jadi mampu membaca.

(3) Mufasir An-Naisaburi, memahami mengapa terulang dua kali Iqra’ dalam ayat tersebut, antara lain disebabkan :

Pertama : Perintah membaca prertama ditujukan kepada pripadi Muhammad SAW, sedang perintah membaca kedua, ditujukan kepada umatnya.

Kedua : Yang pertama membaca dalam salat dan yang kedua membaca diluar salat.

Ketiga : Perintah pertama berarti harus selalu membaca dan belajar untuk diri sendiri, sedang yang kedua, adalah mengajarkan ilmu kepada orang lain.

Mengenai hubungan erat perintah membaca yang diajarkan Alquran, bahwa seorang manusia hendaknya selalu mengingat pula, bahwa bacaan yang mesti akan dilaluinya di hari akhirat nanti ialah akan diperintahkan pula membaca kitab yang berisi catatan perjalanan hidupnya di dunia sepanjang umur yang dilaluinya. Sebab itu etika Islam menghendaki, setiap pergantian tahun kita harus tutup buku, mengevaluasi berapa perbandingan antara kejahatan dan kebaikan yang dilakukan selama satu tahun. Kemudian menghitung pula berapa persen diantaranya yang bernilai ikhlas dan tidak dan seterusnya.

Kerusakan yang dibuat manusia adalah ulahnya sendiri, sesuai Alquran (artinya) : “Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut, diakibatkan ulah manusia itu sendiri, sehingga Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar “(QS.AlRum 41).

Berdasarkan ayat tersebut, maka membaca fenomena alam, jelas apa yang dilakukan manusia, terbalas sendiri di dunia balasan tindakan yang dilakukannya.Yang baik, pasti ada balasannya, yang buruk juga pasti ada balasannya.Artinya perbuatan baik, kita lanjutkan dan jelek kita tinggalkan, itulah namanya Iqra’.

Akhirnya membaca fenomena alam itu dimaksudkan :

Pertama, hendaknya selalu membaca ayat-ayat Alquran, baik dalam salat maupun diluar salat dengan mengamati maknanya dan melaksanakan isinya secara bertahap..Bukan hanya dilakukan diri sendiri, tapi hendaknya diajarkan kepada orang lain.

Kedua, disamping membaca Alquran yang tertulis dalam lembaran-lembaran Alquran, hendaknya membaca pula ayat-ayat Allah melalui fenomena alam yang merupakan pelajaran dan balasan terhadap orang-orang yang berbuat amal baik atau buruk. Dan bertekad untuk memperbaikinya yang buruk.
.
Ketiga, untuk mempersiapkan pembacaan catatan buku amalan di akhirat, hendaknya dari sekarang kita berusaha mengisi lembaran buku catatan kita dengan catatan positif, menghindari caci maki, sifat korup dan segala perbuatan yang amoral.

Keempat, untuk menciptakan generasi bangsa yang berkualitas, kuhususnya generasi muda Islam, mulai dari sekarang hendaknya setiap orangtua membiasakan putera puterinya dalam aktivitas yang positif, membaca dan meneliti kekayaan alam yang oleh orang Arab menyebutnya “ Indonesia qith’atun minal jannah”. ( sepotong dari surga ).


No comments: