Saturday, November 10, 2007

Meneladani Kepemimpinan Khalifah

Kepemimpinan rasul Allah seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad SAW sudah pernah diuraikan. Harapan kita semua sebelum memilih mereka pemilu yang lalu, semoga ada perbaikan mendasar dan berbeda dengan sebelumnya, terutama Eksekutifnya, dan Legislatifnya, apalagi kita telah pilih langsung. Tapi seperti kita menyesal, terutama anggota DPR nya, sebab diantara mereka sangat memalukan. Salah sebuah Editorial media massa menilainya “ Mempertontonkan Tawuran di Senayan,” melebihi anak-anak remaja yang sering tawuran antar sekolah.yang kini sudah berkurang, justru digantikan anggota Dewan yang terhormat. Atau khusus di daerah, dulunya ada yang berteriak mau hidup sederhana sebagai pemimpin, tapi kenyataan lebih banyak yang berteriak perlu tambah gaji, dan fasilitas tinggi melampaui sebelumnya.

Sekedar untuk refreshing, penulis akan uraikan sekelumit kriteria pemilihan Khalifah dan kepemimpinannya dalam memimpin negara yang terlukis dalam sejarah Islam sebagai pemimpin teradil dan terjujur terutama Abu Bakr dan Umar sesudah priode Rasulullah SAW di Medinah.

Menurut Teologi Islam umumnya rasul itu mempunyai sifat Al-amanah ( jujur dan adil ), Fathanah ( cerdik dan ahli ) Shiddik ( kuat pisik dan tidak pembohong ) serta Tabligh ( menyampaikan wahyu dengan transparan ) . Sifat-sifat Rasul itu dimiliki pula oleh Khulafa’ al-Rasyidin.

Makna Khalifah.
Khalifah berasal dari kata “ Khalf ” yang berarti di belakang yang harus maju ke muka menjadi Imam ( pemimpin ). Jadi, Khalifah itu juga berarti Pemimpin. Terkenal dalam sejarah Khalifah Al-Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali ( Radhiyallahu ‘anhum = RA).

Secara teoritis Khalifah itu mempunyai dua fungsi. Pertama, memelihara dan mengembangkan agama. Kedua, memelihara ketertiban, keamanan masyarakat dan kesejahteraan (QS.24:55).

Khalifah Abu Bakar :
Menurut muarikh yang khalifah Rasul hanyalah Abu Bakr. Karena Umar adalah khalifah Abu Bakar, Usman adalah khalifah Umar dan Ali adalah khalifah Usman.

Ketika Nabi SAW wafat tanggal 6 Juni 632 M. masyarakat Medinah gelisah, karena Nabi tidak pernah menyebut putera mahkota yang akan menggantinya kelak. Lalu Abu Bakar menawarkan agar yang mengganti Nabi adalah dari suku Quraisy, sesuai sabda Nabi “Qaddimu Quraisy” ( Dahulukanlah keturunan Quraisy tiap masalah ) (HR.Bukhari). Maka tokoh-tokoh Quraisy memberi dukungan kepada Abu Bakar yang disambut dengan suka cita oleh tokoh-tokoh Anshar, dengan tiga alasan : Pertama, Abu Bakarlah sahabat Nabi yang paling kental yang selalu bersama dalam penderitaan ( termasuk bersembunyi di Gua). Kedua, Abu Bakarlah yang sering mengganti Nabi jadi Imam salat, jika Nabi berhalangan. Artinya, sedang urusan akhirat sering mengganti Nabi apalagi urusan dunia (pemerintahan). Ketiga,semua pemuka menerima dan di bai’at oleh masyarakat banyak.

Adapun kepemimpinan Abu Bakar yang perlu ditiru, diantaranya (1) Berpesan ketika terpilih “ Taatilah saya selama saya masih taat kepada Allah. (2) Mengatur kesejahteraan masyarakat berdasarkan hasil zakat dan harta pribadinya sendiri. Menurut muarikh hampir seluruh harta bendanya diinfakkan, misalnya dalam perang Tabuk hartanya diinfakkan sebanyak 95O ekor unta, 5O ekor kuda dan 1OOO dinar . (3) Tidak mau menggunakan harta negara untuk dirinya, akibatnya kepala negara yang pernah kaya raya itu, wafat dalam keadaan miskin. Mungkin ada yang menilai ini kebodohan, tapi begitulah kenyataan orang yang tidak gila harta dan tidak mau8 menmghgunakan kesempatan untuk keuntungan dunia..

Khalifah Umar :
Ketika Abu Bakar jatuh sakit setelah memegang jabatan selama dua tahun, ia berpesan lebih dahulu bahwa, “ yang akan menggantikan saya kelak adalah Umar. Dia adalah orang yang cerdas dan mampu.” Kemudian didukung pemuka masyarakat dan dibai’at orang banyak.

Ketika Umar selesai di bai’at, ia berpidato, aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama dengan beliau. Andaikata aku tahu bahwa ada orang yang lebih kuat dari padaku memikul jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong, aku lebih sukai daripada memikul jabatan ini.

Di masa pemerintahan Umar selama 1O tahun, oleh muarikh diakui betapa banyaknya kemajuan yang gemilang. Bidang agama, hukum, politik, ekonomi sosial dan kebudayaan. Beliau dikenal dunia sebagai negarawan yang cakap, cerdas, adil, jujur, bertindak tegas, tapi sangat dekat dan dicintai rakyat. Sekelumit tindakannya yang menarik, antara lain :

(1) Mengutamakan akidah mantap:
Ketika melakukan inspeksi bersama panglima perang Khalid bin Walid ke daerah, anak-anak menyanyikan kepahlawanan Khalid sebagai Saifullah (Pedang Allah yang tidak terkalahkan). Setelah khalifah kembali, Khalid diberhentikan dengan hormat, dengan alasan saya tolong dia, agar agamanya tetap mantap, sebelum terserang penyakit ‘ujub ( kagumi diri, sebagai dosa batin).

(2) Memperlihatkan sifat jujur :
Ketika selesai mendistribusikan pembagian kain yang merata kepada seluruh rakyat, besoknya dikumpulkan di tanah lapang, untuk menanyakan langsung kepada rakyat, apakah ada diantara mereka yang tidak puas dengan pembagian kemarin ? “Saya pak”, teriak seorang pemuda jangkung. Ketidak puasan saya” yaitu karena khalifah tidak adil dan jujur”. “Apanya tidak adil ?”, tanya Khalifah. Pemuda menjawab, “ khalifah pasti mengambil pembagian kain, lebih dari dua meter.” Alasannya, mengapa kain dapat anda jahit menjadi satu qamis, padahal badan dan dada khalifah lebar?”.

Dengan senyum, Khalifah memanggil puteranya Abdullah menjelaskan. Puteranya berkata, “ kain pembagian saya kemarin, saya serahkan kepada ayah, untuk mencukupkan menjadi satu qamis, sebab iu saya dating tanpa qamis”. Akhirnya, pemuda jangkung yang menuduh, meminta maaf.

(3) Mengangkat menteri yang suka menyumbang.
Ketika khalifah selesai dibai’at, ia mengharapkan agar pemuka masyarakat dapat mencarikan beberapa orang pembantu ( calon menteri ). Setelah calon menteri dihadapkan pemuka masyarakat, khaliofah bertanya : “alasan apa memilih mereka ?”.

Pemuka menjawab, “ sesuai yang disyaratkan Alquran: Jujur, adil, kuat, takwa & berilmu.” Tapi khalifah Umar belum menerima. Kemudian memohon “ agar diteliti dari mereka, siapa yang suka menolong dan menyumbang orang dalam penderitaan. Cara membuktikan, ketika bertetangga denga dia, atau bepergian bersama, berapa kali anda ditolong dengan sungguh-sungguh dalam penderitaan. Itulah yang saya akan pilih.”

Selama Umar menjadi Khalifah hampir setiap malam pergi ke gudang dan mengantar sendiri bantuan kepada orang miskin yang mebutuhkan. Disuatu malam penjaga gudang menawarkan dirinya untuk membawa gandung, namun khalifah Umar menolak dan berkata, “ bukan kamu yang bertanggung jawab di akhirat nanti. Yang bertanggung jawab adalah pemimpin, seperti saya”.

Alhasil, tugas utama pemimpin dapat diteladani dalam segala hal, terutama mengurus kesejahteraan rakyat kecil. Bukan bersandiwara di muka umum,yaitu tawuran seolah-olah membela orang kecil, tapi bukan pula suka mempersulit rakyat kecil dengan menaikan harga kebutuhan pokok.

Akhirnya kepemimpinan khalifah itu sebaiknya ditiru pula. Disamping azas yang digariskan Alquran, yaitu pisik dan mental yang kuat, jujur, adil, dan berilmu. Juga dilengkapi dengan sifat berani, tegas, mencintai rakyat kecil serta siap menyumbangkan sebagian hartanya, jika persediaan di Baital mal habis. Disamping itu selalu mengingat pesan-pesan Rasul, bahwa pemimipin itu Kadimuhum (Pelayan rakyat ) dan pemimpin itu tidak memberatkan, selalu memperingan beban rakyat kecil (Fal- yukhaffif).
H. Mochtar Husein

No comments: