Saturday, November 10, 2007

Hijrah Untuk Keseimbangan

HIJRAH telah popular bagi kita, adalah perpindahan Rasul dan muslimin dari Mekah ke Medinah untuk menyelamatkan Islam. Atau hakikatnya meninggalkan “dar kufr ila dar amn” ( Dunia kekafiran (kegelapan) kepada keimanan (kecemerlangan).

Seperti yang kita dambakan semua di negeri ini.supaya ada perubahan, karena fakta menunjukkan momentum hijrah inilah lahirnya daya dobrak tatanan social yang harmonis, pluralis dan damai.

Pemberian nama tahun Hijrah bagi Islam awalnya diputuskan Khalifah Umar,yang diilhami Al-Quran berdasarkan perhitungan Qamariah (bulan).Sebab bulan seperti yang kita ketahui memantulkan sinar matahari melalui permukaannya. Dari hilal (sabit) bertambah setiap hari menjadi sempurna (badar), kemudian kembali kecil dan hilang.

Perubahan evolusi kecil besarnya bulan, jika Anda renungkan, tergambar dalam benak, bahwa umur manusia juga demikian. Berevolusi, sempurna, menurun dan hilang. Sebab itu, wajar jika memburu kehidupan dunia, diimbangi dengan mempersiapkan kehidupan akhirat yang abadi.

Adil.
Hikmah perhitungan bulan yang menjadi dasar keputusan Umar yang diilhami Al-Quran, supaya menjadi tanda bagi manusia dalam menentukan ibadah pada musim haji dan permulaan puasa Ramadan. Itulah sebabnya waktu Qamariah yang digunakan dan bukan Syamsiah (matahari).demi kepentingan

Orang yang hidup di kutub utara atau selatan, sama-sama pernah merasakan puasa dengan alokasi waktu relative pendek dan panjang. Demikian musim haji, sama-sama merasakan adakalanya musim dingin dibawah Nol derajat dan musim panas diatas 4O derajat.Betapa indahnya keadilan.

Disebutkan Al-Quran .” Dan Allah meninggikan langit dan Dia meletakkan timbangan”. (QS. Al-Rahman 7).

Menurut ulama Tafsir, ayat diatas Allah menyandingkan kata langit dan timbangan untuk mengisyaratkan betapa luhur dan indahnya, jika sesuatu itu tidak berat sebelah. Artinya keadilan turun dari langit ke bumi atas perintahNya, harus diikuti.
.
Karena langit ditegakkan atas dasar timbangan, maka bermiliar benda-benda diangkasa, kecil dan besar berjalan dan berputar tidak pernah ada satupun diantaranya yang tabrakan, karena perinsif sesuai kadar yang ditetapkan. Jika Anda renungkan, kebanyakan tabrakan penghuni bumi, akibat tidak memenuhi jalur ketentuan. Alias suka melanggar dan mengambil hak orang lain.

Selanjutnya, tujuan pemberitaan ayat diatas, salah satunya agar umat manusia yang melakukan aktivitas kehidupan dunianya, selalu memperhitungkan keseimbangan (adil terhadap dirinya dan orang lain). Misalnya seimbang antara pemasukkan dan pengeluaran dalam rumah tangga. Kalau tidak, musabab awal kekacauan, apalagi kalau tidak syukur nikmat, mengakibatkan berantakan.

Sebabnya itu agama menganjurkan perlunya menabung sebagian dan melihat ke bawah soal rezeki..

Timbangan Akhirat:
Banyak ayat yang melarang berbuat curang, diantaranya “Kecelakaan bagi orang-orang (yaitu) apabila menerima takaran atas orang lain, meminta dipenuhi, dan apabila menakar (menimbang) ia mengurangi”(QS.Al-Mutafifin 1-3).

Tindakan sebagian orang seperti itu disamping merugikan dirinya sendiri, juga merugikan orang lain. Akibatnya, di negeri kita sendiri di kawasan Asean paling lama didera krisis,berkepanjangan, kemungkinan besar ulah sebagian penduduknya paling lama juga melakukan kecurangan. Kata orang, rangking.(Nastagfirullah).

Disebutkan Al-Quran, “ Timbangan pada hari ini ialah kebenaran (keadilan) .Barangsiapa yang berat timbangannya (kebaikannya) itulah orang-orang yang beruntung dan siapa yang ringan timbangannya itulah orang-orang merugi dirinya, disebabkan mengingkari ayat-ayat Kami “ (QS. Al-A’raf 8-9).

Menurut ulama Tafsir, timbangan itu kemungkinan

(1) Keseluruhan kebaikan dibandingkan dengan keburukan..

(2) Amal kebaikan ditimbang sesuai tolok ukur yang digunakan

(3) Timbangan yang pasti, hanya Allah Yang Mengetahui, karena Dialah Yang Mengetahui kadar keikhlasan hambaNya.

Mengenai cara Tuhan menimbang amal, tidak perlu diketahui. Yang pasti, ada penimbangan amal (Al-Mizan) yang seadil-adilnya.

Diperkuat ayat lain “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang sedikitpun, dan walau hanya seberat biji moster, pasti Kami mendatangkannya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan (QS.Al-Anbiya 47).

Apakah ada amal yang tidak ditimbang ?.
Al-Quran menjawab: “Mereka itu orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka, dan mengingkari terhadap perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka. Kami tidak melakukan penimbangan (penilaian) amalan mereka pada hari kiamat” (QS.Al-Kahfi 1O5).

Bagaimana ayat yang menyebut sekalipun seberat “ zarrah “kebaikan dan keburukan, pasti dilihatnya (Al-Zalzalah 7-8) ?.

Ulama Tafsir menjelaskan bagi yang ingkar (Kapir) semua kebaikan yang dibuat diselesaikan di dunia saja, dengan pemberian berbagai fasilitas yang disenangi, tapi distop timbangannnya di akhirat,( sejalan ayat diatas ).

Menurut Syekh Muhammad Al-Gazali, kaum muslimin sangat terbelakang dalam berbagai sector kehidupan.Keterbelakangan ini menjadi penyebab bagi semua kekalahan. Baik dalam lingkungan regional maupun internasional. Supaya semua yang hilang itu dapai dikembalikan, maka kaum muslimin harus menjadi unggul dalam peradaban, kebudayaan, pendustrian dan pertanian. Itu adalah hijrah.

Akhirnya, hijrah ialah menghentikan semua bentuk kejahilan yang gelap gulita menuju kehidupan yang terang benderang, dan bukan hanya seperti sambutan masyarakat Medinah terhadap Rasul SAW, pada awal hijrah dengan Thala’al Badru ‘alaina (Telah bersinar bulan purnama raya dan wajiblah kita bersyukur atasnya.). Tapi dibuktikan membuat terobosan mencontoh .Rasul di Medinah dengan esensi programnya memhidupkan mesjid, mempersaudarakan sesama muslim dan membuat perjanjian damai dengan non muslim serta menjadi teladan dalam segala hal, terutama pemimpin yang sederhana, hakim yang adil dan mengutamakan kesejahtraan rakyat kecil; Hakikatnya menciptakan kehidupan keseimbangan dan kedamaian, laksana bintang-bintang di cakrawala. (Wa Allahu a’lam).
H. Mochtar Husein

No comments: