Saturday, November 10, 2007

Hakekat Berkurban

Allahu Akbar,Allahu Akbar,Allahu Akbar, Walillahil hamd. Dibaca berulang-ulang oleh jamaah haji, sesudah wuquf di Arafah. Kalimat ini juga, dianjurkan di baca oleh kaum muslimin, dimana saja berada. Sejak hari pertama ‘Id, sampai “ayyam al- tasyrik”, (hari penyembelihan).

Allahu Akbar, artinya hanya Allah Yang Maha Besar. Walillahil hamd, artinya, hanya kepada Allah, yang patut segala pujian.

Kebesaran atau pujian kepada sesama manusia, terkadang hanya semu. Manusia dipuji dan dibesarkan selama ini, jika ia masih menyandang jabatan dan berkuasa. Hari ini ia jadi pahlawan ,besok ia bisa berubah jadi pengkhianat. Contohnya, telah banyak di lihat di negeri ini. Orde lama,baru dan reformasi.

Qurban yang berarti mendekatkan diri kepada Allah, ialah bersedia mengorbankan, apa saja yang ada, untuk membuktikan ketaatan kepada al-Khaliq, tempat segala pujian. Bukan hanya dilafazkan melalui lisan. Tapi dibuktikan dalam perbuatan.

Apa itu hakikat Qurban ?
Hakikat yang terlindung di balik perintah Qurban, amat banyak. Diantaranya, memanusiakan manusia (Sipakatau), yang selama ini di injak-injak oleh sesama manusia sendiri. Dulu dizaman Mesir kuno, manusia yang tergolong perempuan cantik, sengaja dikorbankan sebagai sesajen, kepada Dewa Nil. Di ceburkan ke dalam sungai, setiap tahun, agar sungai Nil tidak meluap atau mengorbankan manusia dan harta yang lebih banyak.

Demikian perbudakan dan jual beli perempuan di pasar, adalah perdagangan yang mengasyikkan , di zaman Jahiliyah. Namun, dizaman Jahiliyah modern sekarang ini, jual beli perempuan secara abstrak, juga masih berjalan. Di bar-bar dalam negeri dan mancanegara. Pembunuhan melalui jarum suntik HIV/AIDS dan Narkoba, juga memangsa manusia, secara berencana. Pokoknya, mengorbankan manusia, dalam bentuk ritual dan pemuasan nafsu seks, berlangsung dari masa ke masa.

Semuanya itu, sekarang sudah sewajarnya kita hentikan ! Kita manusiakan manusia (sipakatau), karena Tuhan sendiri telah dimuliakannya.

Qurban dengan hewan:
Kalau dahulu pengorbanan itu dengan manusia, maka kehadiran ajaran qurban dalam Islam, tujuannya memberhentikan pengorbanan manusia. Pengorbanan manusia diganti menjadi pengorbanan hewan saja. Manusia terlalu mulia untuk dikorbankan. Alquran mengakuinya ”Walaqad karramna Bani Adam “ ( Sesungguhnya Kami (Allah) telah muliakan anakcucu Adam )(QS. 17:7O)

Ketika Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih anaknya( Ismail), ia betul-betul membuktikannya dalam kenyataan, setelah lebih dahulu dirundingkan dengan anak yang akan dikorbankan. Tetapi, ketika pedang yang mengkilat mulai beraksi, tiba-tiba Ismail yang disembelih, digantikan dengan seekor domba. Diabadikan Alquran dengan kalimat “ Wa fadaynahu bi zibhin ‘azhym “ ( Maka Kami gantikan dengan sembelihan (domba) yang besar ) (QS.37 :17O).

Menurut sebagian Mufassir, ayat tersebut bermakna, bahwa kehadiran Ibrahim di pentas kehidupan, merupakan solusi terhadap alternatif yang diperselisihkan, apakah masih relevan dilanjutkan tradisi ritual pengorbanan manusia, atau tidak. Melalui Ibrahim secara amaliah, pengukuhan larangan sesajen manusia, harus di akhiri. Nilai manusia tinggi.

Nilai Taqwa :
Penilaian terhadap penyembelihan hewan, diabadikan Alquran :“ Bukanlah daging dan darahnya yang diperlukan ( dalam penyembelihan ),tetapi nilai taqwa yang terlindung di dalamnya “ (QS.22:37).

Artinya, takwa yang bermakna melaksanakan perintah dengan ikhlas, bagaimanapun beratnya, itulah yang menjadi penilaian Allah. Anak satu-satunya yang sangat dicintainya, tergeser dengan sendirinya dibandingkan kecintaan kepada Allah, Pemberi segalanya.

Sebab itu, hikmah Idul Adha ( Qurban ), dapat dilihat pada pidato singkat Nabi SAW pada haji wada’ ( perpisahan ) : “ Al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu ‘alaykum nikmati. “ ( Aku telah sempurnakan agama bagimu dan Kucukupkan nikmatku)(Al-Maidah 3). Selanjutnya nilai kemanusiaan yang universal, digambarkan dalam sabdanya yang intinya ditekankan pada :

(l) Persamaan. Antara seseorang dengan lain adalah sama. Tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain, antara orang Arab dan ‘Ajam ( Asing ).

(2) Keharusan memelihara manusia. Jiwa, harta dan kehormatan orang lain, harus dijaga.

(3)Larangan melakukan kezaliman,penindasan dan pemerasan terhadap kaum lemah, baik bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya.

“Tiga Deklarasi” esensil tersebut, tercermin dalam ajaran yang halus dan hakiki. Betapa perlunya memanusiakan manusia, yang nanti seribu tahun kemudian, barulah dikomandangkan penggemar “Hak Azasi Manusia” oleh Barat, dan ia sendiri yang selalu menginjak-injaknya. Itu sebabnya, ketika kita berqurban menyembelih hewan, motivasi yang terlindung dibalik sembelihan, agar kita sembelih sifat-sifat kehewanan yang mondok dalam diri setiap orang. Kita sembelih dan bumihanguskan, segala sifat hewani, misalnya sifat Serigala, yang melambangkan kekejaman dan penindasan. Kita sembelih sifat Tikus, yang melambangkan kelicikan dan korupsi. Dan kita sembelih sifat Domba, yang melambangkan perhambaan kepada benda dan manusia.

Sebab itu, perintah berqurban adalah kebutuhan primer setiap manusia, agar hidup ini tidak terkontaminasi sifat hewan. Bahkan, kita butuhkan agar lestari, seimbang dan harmoni dalam fithrah (suci). Suatu kekeliruan besar, jika seseorang, hanya mampu mencicil kendaraan atau rumah atau mendemonstrasikan gensi dalam perkawinan keluarga, lalu tidak mampu menunjukkan kemampuan berqurban sekali setahun.

Alquran dengan tegas menyatakan : “ Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu nikmat yang banyak, maka lakukanlah salat untuk Tuhanmu dan berqurbanlah “ (QS. Al-Kausar l-2)
Ayat tersebut diperkuat ancaman isolatif dari NabiSAW terhadap mereka yang enggan melakukan qurban, yaitu : “ Barangsiapa yang mempunyai kesempatan (mampu berqurban), lalu tidak melakukannya, maka janganlah ia mendekati tempat kami salat. “ (H.R.Muslim). Artinya, sudah di cap diluar ummatnya.

Akhirnya, untuk membuktikan nilai takwa dan kemanusiaan yang terlindung didalam jiwa kita, yang maka tiada lain kecuali kita harus kobarkan revitalisasi kemanusiaan, yang sudah mulai redup. Karena kita sudah berhasil ber -fitrah dengan beras pada ‘Id Ramadhan, maka sekarang, kita lengkapi dengan ber-qurban daging hewan, pada ‘Id haji. Menurut Nabi SAW “Apa yang kamu makan habis ke belakang, apa yang kamu pakai, habis terkubur ke dalam tanah, dan hanya yang kamu berikan kepada saudaramu (yang miskin), itulah yang abadi.(HR.Muslim). Semoga Allah tetap memberikan taufik untuk berqurban.(Amin).

1 comment:

Dewi Rizki said...

Indonesia adalah salah satu negara yang banyak jumlah pekurban, karena itulah ada program qurban mancanegara untuk membantu muslim minoritas dan tertindas, seperti di Palestina, Suriah, Sri Lanka dll