Friday, November 16, 2007

Khauf, Cinta dan Pengharapan

PEMBINAAN masyarakat, dapat difokuskan dengan 3 hal diatas.(Khauf, Hubb dan Raja’) Ketiganya relevan maqam dalam tasawuf dan sejalan ajaran dasar Al-Qur’an. Boleh dikembangkan. Boleh ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Yang muda apalai yang tua, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, pejabat dan rakyat biasa..

Khauf:
Khauf atau takut, menurut Al-Gazali adalah rasa sakit dalam hati, karena khawatir terjadinya sesuatu dalam diri yang tidakl disenangi di masa yang akan datang.Khauf yang terendah derajatnya ialah menjauhkan diri dari yang haram. Sikap ini disebut Wara’.

Sikap kedua, menjauhi segala yang memungkinkan yaitu jangan sampai terjebak dalam perbuatan haram atau syubhat ( belum jelas haram halalnya ).Sikap ini disebut takwa. Khauf juga bisa mendorong manusia, meninggalkan sesuatu yang Mubah, seperti seseorang tidak terlalu memburu dunia, karena tahu disuatu waktu akan ditinggalkan. Sikap ini disebut Sidq atau Siddiq ( yang benar imannya).

Derajat Khauf: adalah cambuk Allah yang membimbing hambaNya untuk secara tekun dan rutin mencari ilmu dan mengamalkan ilmunya dalam mencapai derajat dekat pada Allah. Selanjutnya Khauf ada 3 tingkatan :

1) Tingkatan qashir ( pendek ). Yaitu seperti kelembutan perasaan yang dimiliki perempuan. Biasa dirasakan ketika mendengar pembacaan Al-Qur’an, lalu menangis, sesudah selesai dibaca, tangisnya juga selesai. Ini adalah khauf aliran pendek. Demikian juga jika seseorang mendengar berita dahsyat. Dan kebanyakan manusia biasa,tingkatannya arus pendek, biar bukan perempuan, ikut menangis. Kecuali orang arif dan ulama, tidah mudah menangis.

2) Tingkatan mufrith (berlebih-lebihan).Khauf ini sangat kuat dan biasanya orang yang putus asa, jadi sakit dan hilang kendala hatinya. Bahkan dapat membawa kematian. Khauf seperti ini sangat jelek, membuat orang tidak mampu beramal, padahal amal adalah buah dari Khauf
3) Tingkatan mu’tadil (Sedang).Khauf tingkatan ini sangatlah terpuji, berbeda dua yang lalu. Khauf qashir, terlalu lemah dan khauf mufrith, terlalu berlebihan. Sebaiknya khauf inilah yang dilatih dalam diri kita.

Banyak ayat dan hadis yang menekankan keutamaan khauf dan mendorong untuk memiliki.Diantaranya :

Pertama, sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu, dengan kawan-kawannya (musyrik), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar mukmin. (QS. 3: 175).

Kedua, Bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya, ada dua surga. (QS.55:46).
Ketiga, Demi kemuliaanku dan keragu-raguanku, Aku tidak akan mengumpulkan dalam diri hambaKu, dua rasa takut dan dua rasa aman. Jika hambaKu merasa aman dariKu di dunia, Aku akan membuatnya takut di akhirat. Dan jika ia takut kepadaKu di dunia, maka Aku akan memberinya rasa aman diakhirat. (HR.Al-Baihaqi).

Dengan ketiga dalil naqli diatas, maka sebaiknya kita selalu berusaha supaya takut di dunia melanggar perintahNya, agar aman di akhirat.

Cinta:
Dalam bahasa Arab, cinta disebut Hubb (Mahabbah). Cinta adalah salah satu pilar Cinta adalah sumber dan ruh. Cinta juga sumber kecemerrlangan dalam Islam. Cinta antara sesama manusia yang berbeda kelamin luar biasa daya tariknya. Tidak melihat status,umur, kaya dan miskinnya.
Kaum sufi mendifinisikan cinta adalah kecenderungan hati kepada Allah, kepada sesuatu dan mengharap ridhanya. Sehingga tanpa merasa dibebani, dengan menaati segala yang diperintahkan, menjauhi segala yang dilarang, dan rela menerima apa yang telah ditetapkan.
Dalam Al-Qur’anm banyak ayat betapa pentingnya cinta:
1) Ketakanlah, Taatla pada Allah dan Rasulnya. Dan jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang Kafir (QS. 3 : 32).
2) Adapun orang-orang beriman, sangat cinta kepada Allah.(QS. 2:165).
3) Ya Allah, jadikanlah cintaku kepadaMu, lebih besar dari pada cintaku pada diriku, keluargaku dan air dingin.(HR. Tirmidzi).
Penyebab kecintaan manusia ada 3 :
Pertama, mencintai dirinya sendiri dan hidup abadi.
Kedua, ihsan (berbuat baik) karena manusia sebagai hamba mencintai orang yang berbuat baik padanya.
Ketiga, mencintai Dzat Allah, dituntut untuk tidak mencintai yang lainnya.
Ciri-ciri cinta kepada Allah ada 7:
1) Senang bertemu kekasih dengan cara saling membuka rahasia,
2) Melakukan segala yang disenangi kekasih,
3) Senantiasa berzikir kepadanya, baik dengan lisan atau hati,
4) Merasa tenang tatkala bermunajat,
5) Tidak merasa gundah, jika kehilangan selain Allah.
6) Merasa nikmat saat menjalankan perintah Allah,
7) Menyayangi semua hamba Allah.
Jika ciri-ciri tersebut diamalkan, seorang mampu melaksanakannya dengan sadar tanpa pengaruh materi dan status, maka itulah yang namanya telah bercinta dengan Allah sebagai cinta yang hakiki. Sangat bermanfaat untuk kebaikan di dunia dan akhirat.Jadi mencintai seseorang, hakikatnya mencintai Penciptanya.

Harapan:
Dalam Bahasa Arab disebut raja’.Berarti keterikatan hati dengan sesuatu yang dicintai dan akan didapatkanm di hari esok.Menurut Al-Tusi,terbagi 3 :

1) Mengharapkan Allah.

2) Mengharapkan keluasa kasih saying Allah.

3) Mengharapkan pahala Allah.

Banyak ayat dan hadis mengenai raja’.Diantaranya:

Pertama : Hai hamba-hambaku yang melampaui batas, terhadap diri mereka, janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah (Al-Zumar 53).

Kedua, Siapa yang mengharapkan berjumpa Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan Allah seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya (QS. Al-Kahfi 11O).

Ketiga, Janganlah salah seorang diantara kalian mati, melainkan dalam bersangka baik pada Tuhannya (HR. Muslim).

Imam Al-Qusyairi membedakan antara raja’ dan tamanni.Tamanni menyebabkan seorang malas, dan tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh, sedang raja’ menyebabkan seseorang bertambah rajin sebab telah dibayangkan adanya pengharapan. Raja’ sifat terpuji dan Tamanni sifat tercela.Pengaruh yang ditimbulkan raja’ tambah terdorong memperbanyak amal saleh, karena akan merasa nikmat dalam berdialog dengan Allah yang telah memberikan pengharapan.

Nabi Muham,mad SAW disuatu waktu bengkah kakinya lantaran terlalu lama berdiri salat malam, Aisyah bangun dan bertanya : “ya Rasul, mengapa serius begitu, ‘kan Rasul sudah dijamin ampunan ?.”. “Justru itulah”, kata Rasul “ apakah kamu tidak senang kalau dikatakan, termasuk hamba yang bersyukur ?”

Alhasil, setelah menjelaskan maqam tasawuf beberapa jumat, maka dengan ini disimpulkan: Tasawuf ada dua. Pertama, Tasawuf filsafat, seperti maqam: Hulul, Ittihad dan Wahdatul Wujud. Menurut Imam Al-Gazali, ketiga maqam tersebut wajib ditinggalkan, karena merusak akidah Islam, serta bertentangan Al-Qur’an. Kedua, Tasawuf akhlak (Sunni), seperti : Taubat, Zuhud, Khauf dan Mahabbah, boleh dilanjutkan dalam pembinaan akhlak, serta sejalan isi Al-Qur’an.

Metode pembinaan Tasawuf akhlak, boleh digunakan, memperbaiki moral bangsa. Boleh dicoba, mudah-mudahan Allah memberi hidayah. Amin.

H. Mochtar Husein

1 comment:

abdurrahman said...

Masyallah artikelnya bagus