Saturday, November 10, 2007

Hari Asyura, Kemenangan & Kesedihan

SABTU besok, insya Allah kita memasuki ‘Asyura ( Hari kesepuluh Muharram). Bulan Muharram itu bukanlah bulan sial. Hanya didalamnya pernah dilarang perang. Pernah ada peristiwa kemenangan kaum bertauhid. Tapi pernah juga ada peristiwa penderitaan didalamnya. Sama dengan bulan Tuhan yang lain. Peringatan ‘Asyura dalam dunia Islam, terutama disambut muslim yang bermazhab Syi’ah. Peringatan khusus kaum Syi’ah itu mengenang peristiwa pembantaian Yazid bin Mu’awiyah terhadap Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW dalam suatu perang saudara, yang tidak seimbang di Karbala Irak, abad ke 8 M. Kaum Sunni yang ada di Indonesia, juga banyak yang menyambutnya dengan puasa. Atau pembuatan bubur ‘Asyura, yang dibagikan kepada orang-orang miskin, sebagai bagian dari kecintaan kepada seorang ahli bait Rasul yang dibantai sangat menyedihkan. Yaitu badannya dipisah dengan kepalanya yang ditanam di kompleks Jami’ Sayidina Husein Kairo, persis berahadapan Universitas Al-Azhar.

Keistimewaan Qamariah:
Kalender Islam yang menggunakan perhitungan Qamariah (Bulan) dibuat berdasarkan peredaran rembulan, mengandung hikmah yang dalam. Kesadaran manusia pertama berdasarkan siklus tiga puluhan hari dalam sebulan.Satu bulan berubah-ubah bentuk bulan. Dari bulan sabit (hilal) menjadi purnama (badar). Kalender rembulan adalah perhitunan waktu yang alami.Berdasarkan gejala alam di langit.Peredaran ini tidak cocok musim pertanian. Siklus tahunan lebih pendek dari perhitungan matahari (syamsiah) tahun Masehi.Akibatnya, peredaran musim kalender rembulan hanya berubah selama 3O tahun, sehingga tidak cocok pertanian. Menurut Al-Quran ditakdirkan untuk menentukan waktu puasa dan haji.Bukan untuk kegiatan duniawi, seperti pertanian (QS.2:169).Dengan penentuan berdasarkan waktu ibadah, maka disuatu waktu adakalanya kena musim panas dan dingin.Sehingga terlihat adil. Dapat dibayangkan jika puasa ditentukan selalu bulan Desember, maka orang muslim yang hidup di kutub utara, akan selalu puasa di musim dingin dan pendek, sementara yang di selatan, akan puasa di musim panas dan panjang.Dengan sistem Qamariah, setiap orang dapat merasai puasa dan haji di musim dingin dan panas.

Mengenai perang saudara yang ada di bulan Muharram, mulai terjadi ketika Khalifah Usman terbunuh dalam suatu pemberontakan, maka seluruh masyarakat awam sepakat bahwa yang berhak menggantinya adalah Ali bin Abi Thalib dengan alasan diantaranya, sepupu dan menantu Nabi, muslim pertama dari kalangan remaja dan pernah menggantikan Nabi tidur di tempatnya, ketika hijrah ke Medinah bersama Abu Bakar.

Namun, sebagian pemuka masyarakat tidak menyetujuinya, seperti Muawiyah Gubernur Damaskus, Aisyah isteri Rasul, Thalhah dan Zubair di Mekah. Akibatnya, terjadilah perang saudara di hari ‘Ayura yang dimenangkan pihak Mu’awiyah, akibat politik kotor yang dilakukan pasukan Muawiyah yang hampir kalah, lalu menawarkan arbitrase, dengan pengkhianatan. Dan berlangsung hingga anak cucu. Dan dari sinilah pula lahirnya aliran Teologi Jabariah yang selalu menempuh jalan kekerasan perjuangannya dan lahirnya alrqan Syi’ah yang selalu mmbela Ali dan keturunannya, dengan sangat fanatik.

Untuk memelihara persatuan umat, di ruangan ini tidak akan dibeberkan perbedaan, mungkin hal itu hanya cocok konsumsi perguruan tinggi yang mendalami bidang fgirqah ini.Yang lebih arif bagi kita, jika meyakini, selama seorang masih menghayati syahadat dengan benar, melakukan salat, puasa, zakat dan haji dengan baik dan ikhlas, dia itu adalah muslim dan saudara kita.

Dasar puasa:
Adapun dasar kita untuk melakukan puasa Muharram khususnya Asyura, dapat kita lihat diantaranya :

(1) Al-Quran menyatakan “ Innallaha wamalaikatahu yushalluna ‘ala al-nabiy… “ (Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bersalawat kepada Nabi,wahai orang-orang mukmin bersalawatlah kepadanya)(QS ).

(2) Selanjutnya Al-Quran menekankan “Innama yuridullah liyuzdhiba ‘ankum al-rijza ahl al-bait, wa liyuthahhirakum thathhira”(Sesungghunya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya (QS.Al-Ahzab 33)

(3) Hadis Nabi menyatakan “ …Qala nisauhu ahlu baitihi, wa man hurrima al-shadaqah ba’dahu, qala waman hum ?.Qala, hum alu Ali, alu Aqil wa alu Ja’far (Dikatakan isterinya adalah ahli bait dan semua yang haram menerima zakat. Siapakah mereka itu ?. Yaitu mereka dari keterunan Ali, Aqil, Ja’far dan Abbas “. (HR.Muslim).

(4) Selanjutnya Hadis menyatakan “ Peliharalah kehormatan Nabi Muhammad SAW yaitu dengan memuliakan ahli baitnya (keturunannya)(HR.Bukhari).

Dari dua ayat dan hadis tersebut diatas kita dapat memahami, bahwa menghormati Rasulullah dan keturunannya, sangatlah dianjurkan, sebab Tuhan sendiri bersalawat kepadaNya. Salawat yang dilafazhkan orang mukmin, misalnya “Allahumma salli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alih, washabih (Ya Allah selamatkanlah Muhammad bersama keluarganya dan sahabatnya).

Artinya, kita dianjurkan mendoakan dan ikut merasakan kesedihan yang diderita keluarganya, mempunyai dasar seperti keterangan diatas, apakah anda bermazhab Sunni atau Syi’ah.

Bahkan dalam hadis lain lebih jelas dinyatakan adanya perintah berpuasa sunnat pada bulan Muharram:

Sesungguhnya Rasululah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan memuasakannya (HR.Bukhari Muslim).

Kemudian Nabi ditanya, “ apakah ada manfaatnya puasa pada hari Asyura ?’Nabi menjawab “Yukaffir al-sanata al-madhiyah “ ( Dapat menebus dosa setahun yang telah lewat) (HR.Muslim dari Abu Qatadah).

Secara rasional, sekalipun hadis itu menyuruh puasa bukan lantaran menghormati syahidnya Husein di Karbala, karena Nabi sudah berpulang ke Rahmatullah sebelum kejadian berdarah itu, tapi Nabi berpuasa lantaran menghormati lolosnya Nabi Ibrahim dari api yang hampir menghanguskan dan lolosnya Nabi Musa dari air yang hampir menenggelamkan.

Kebiasaan puasa:
Menjadi kebiasaan Rasul SAW setiap melakukan syukur selalu dilakukan dengan puasa, misalnya ketika beliau ditanya, mengapa Rasul selalu puasa pada hari senin ?. Ia menjawab, “karena hari itu adalah hari kelahiranku” (HR.Muslim).

Selanjutnya mengenai hari Kamis ?.Dijawab, “ Amal itu dilapor setiap hari Senin dan Kamis, maka aku sangat senang jika dalam laporan itu, aku sementara melakukan puasa (HR.Turmudzi).

Alhasil, dari keterangan-keterangan tersebut, sangatlah indah jika kita berpuasa di hari ‘Asyura besok, seperti yang telah ditempuh Rasul SAW, ketika mensyukuri nikmat dan ketika bergembira lepas ketika pendahulunya lolos dari suatu ujian dahsyat yang dialami mereka di zaman lampau. Dan dengan kebiasaan itupula alangkah baiknya jika kita semua membudayakan syukuran atau uang tahun dengan melakukan puasa. Lebih afdal, jauh dari riya’ dan lebih hemat.Semoga Allah meridhai selalu.Amin.

No comments: