Saturday, November 10, 2007

Makna Menyembelih Kurban

SEMENTARA kita disibukkan pengumpulan bantuan untuk korban tsunami di Aceh, baik dari masyarakat Indonesia sendiri dengan bantuan ikhlas seratus persen, maupun bantuan asing yang tidak seratus persen karena dihitung sebagai utang yang harus dibayr kembali, kecuali hanya Jepang karena bentuknya hibah, maka insya Allah besok kita umat Islam Indonesia, akan melaksanakan Idul Qurban, atau Idul Adha atau Idul Haji. Sekalipun berbeda waktunya dengan yang dilakanakan di Mekah Al-Mukarramah, karena wukuf di Arafah tiba-tiba jatuh pada hari Rabu.

Terlepas dari perubahan wukuf yang semula diperkirakan Kamis menjadi Rabu, alhamdulillah di negeri kita tidak mengalami perubahan hari raya, yakni tetap hari Jumat. Artinya, kita semakin menyadari betapa pentingnya persatuan.

Karena banyaknya fatwa pribadi ulama tentang Berqurban dan membantu korban, misalnya ada yang berfatwa langsung saja semua qurban dikirim ke Aceh, itu lebih afdal, atau tidak perlu, karena berbeda hukumnya, atau dua-duanya dilaksankan serentak. Mana diantaranya yang paling sesuai Alquran ?.

Makna :
Menurut Kamus Besar, korban mempunyai 3 pengertian (1 ) pemberian untuk menyatakan kebaktian dan kesetiaan, harta atau nyawa. (2 ) orang atau binatang atau harta yang menyebabkan penderitaan dalam suatu kejadian.(3) Binatang yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, misalnya memilih kambing yang gemuk untuk disembelih sebagai persembahan (461).

Dari tiga pengertian diatas, niscaya yang sesuai istilah Islam adalah yang ketiga, yang kata aslinya “Qurban” , yaitu menyembelih kambing atau sapi sebagai bakti kepada Allah, agar seorang muslim bertambah dekat kepada Allah. Asal muasalnya yaitu perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengurbankan anaknya, Ismail, lalu Tuhan menggantinya dengan seekor kambing, seperti yang dikisahkan Alquran. Kemudian disyari’atkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya sampai sekarang. Adapun korban bencana musibah, seperti pada pengertian kedua diatas.

Jadi makna Qurban ialah mendekatan diri kepada Allah, dengan jalan menyembelih hewan, seperti yang disyari’atkan. Sedang koban bencana adalah sesuatu yang kita tidak ingini, tapi harus diterima sebagai takdir.Cara menulisnya, Qurban (aslinya) dan Korban (sudah ditransfer).

Perintah Alquran:
Yang disepakati ulama Tafsir kewajiban berqurban dalam Alquran ialah surah Al-Kautsar: “ Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu (nikmat) yang banyak (1) Maka lakukanlah salat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah (2) Sesungguhnya yang membenci kamu, dialah yang terputus (3)

Menurut Tafsir Al-Mizan, yang disebut Al-Kautsar ( yang banyak ) itu, seperti kebaikan Tuhan yang banyak sekali, seprti sungai dalam surga, sungai di padang mahsyar, Alquran dengan fadilahnya, kasih sayang Rasul kepada umatnya, kelebihan ulama dan keringanan hukum-hukum syaria’t untuk orang-orang muslim.(2O).

Menurut mufasir Fakhrul Razy pada surah ini perintah salat itu sebagai lawan meninggalkan salat pada surah Al-Ma’un, perintah berbuat ikhlas sebagai lawan riya’ dan anjuran memberi santunan dengan perintah berqurban sebaga lawan menghalangi bantuan Imam Syafei memahami surah ini tidak mutlak harus berurutahn, yakni setiap selesai salat, langsung juga melaksanakan qurban dengan adanya kata “ W” ( Dan ) menyembelihlah qurban ).Artinya, setiap ada waktu salat boleh kita salat, dan setiap ada kesempatan menyembelih (memberi bantuan ), maka membantulah, sekalipun sudah bukan lagi namanya qurban, karena bahasa Arab yang menggunakan kata “Summa” itulah yang bersarti kemudian (berturut).

Jadi, sesuai uraian mufassir diatas, kita dapat memahami bahwa ayat ini bermakna bahwa orang yang salat, hendaknya selalu menyediakan dirinya, jadi penyumbang, pemberi zakat dan sadaqah (Aqim al-shalat wa atu al-zakat ) atau salatlah dan berqurbanlah (Bantulah yang kena musibah) atau Fashalli lirabbika Wanhar.

Dengan demikian, berqurban dan membantu korban Tsunami, sama-sama wajib dilakukan seorang muslim, atau istilah fikihnya, isebut Sunnat Muakkad. Artinya, yang terbaik adalah paralel. Menyembelih kambing dan membantu korban.

Menurut penulis, karena di Aceh bukan cuma daging yang dibutuhkan, maka sebaiknya ( yang paling afdal ) adalah membantu dngan uang tunai melalui rekening, sedang di RT tempat kita domisili tetap kita berqurban. Karena tetangga terdekat itulah tanggung jawab utama kita. Betapa banyaknya tetangga yang miskin. Kalau hal itu dirasakan berat, biarlah dibagi dua, kalau dulunya berqurban dua kambing yaitu untuk isteri dan suami, maka kali ini, biarlah di ubah mnjadi qurban suami diubah menjadi korban tsunami, sedang sang isteri tetap bertahan qurban di RK.

Ke Indonesiaan :
Kalau menyembelih Qurban kita sudah lakukan, maka ke Islaman dan ketakwaan kita sudah mantap, tapi kalau dilakukan paralel dengan menyumbang korban Tsunami juga, maka terintegrasilah ke Islaman dan ke Indonesiaan kita sekaligus.

Menurut Prof. Fachri Aly, bencana dahsyat akibat gempa bumi dan tsunami di wilayah Aceh, memang telah memorak morandakan sejumlah wilayah secara fisik. Tetapi bencana lain yang tidak kalah dahsyatnya, adalah lunturnya jati diri keAcehan, akibat kesalahan pemerintah pusat menangani komplik, beberapa tahun yang lalu. Maka untuk membangun ke Indonesiaan yang lebih riil adalah dengan koordinasi bantuan untuk rakyat Aceh. Artinya, masalah psikologis dari kebutuhan fisik, lebih dahulu diselesaikan. Memfungsikan kembali Mesjid Raya, sebagai lambang keagungan religius yang menyebabkan lahirnya istilah, serambi Mekah seperti di Mesjidil Haram.

Penulis teringat sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, program pertamanya adalah membangun mesjid “ Lamasjidun ussisa ‘alat taqwa “(Sesunguhnya membangun mesjid adalah pembinaan takwa). Di Mesjidlah semua masalah dapat diselesaikan. Strategi Dakwah, memutuskan perkara, persaudaraan sesama muslim, mengembangkan pendidikan, mengatur kesehatan masyarakat, mebuat perjanjian perdamaian dengan yang non muslim, dan sejumlah masalah sosial seperti distribusi zakat, sadakah, infak dan sumbangan-sumbangan yang mendesak.

Merasakan kecintaan Tuhan:
Kalau kita sadari kehadiran manusia di dunia adalah pengabdian dan hanya sebentar sekali, hanya laksana seorang musafir yang singgah sebentar antara satu terminal dengan terminal berikutnya, maka tiada artinya harta yang dikumpulkan, jika tiba-tiba hilang dan diambil Yang Punya.

Harta itu adalah pinjaman dan nyawa itu hanya semacam kartu ujian pensyaratan berhak dapat ikut ujian.Hidup dan mati adalah ujian memperoleh nilai yan lebih tinggi, istilah Alquran “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala”(Hidup dan mati adalah untuk menguji kamu, siapa yang mempunyai amal kebajikan yang lebih baik).

Seseorang yang dapat mengikuti ujian dengan prestase yang tinggi itulah yang akan memperoleh penilaian dari Allah (Shalawatun min rabbih).

Dari uraian diatas, kita dapat memahami bahwa berqurban hewan itu sama dengan membatu korban Tsunami, yaitu diharapkan lahirnya manusia-manusia yang berpretasi tinggi, lulus ujian, seperti yang ditempuh Nabi Ibrahim AS.

Ia berqurban dengan menyembelih anaknya yang sangat dicintainya, lalu terganti dengan hewan yang gemuk sehinga menjadi syarat hewan qurban itu ialah yang gemuk dan tidak cacat. Apa sebab ?.Kaena Alquan menyebut “Lantanal al-birra hatta tunfiqu mimma tuhibbun” (Kamu tidak memperoleh pahala kebaikan, kecuali kamu sumbangkan sesuatu yang kamu masih mencintainya). Artinya, jika membantu hanya pakaian bekas yang tidak disukai lagi, tidaklah termasuk ayat ini sbagai suatu kebaikan.

Alhasil, setelah menguraikan bahasan singkat, maka disimpulkan bahwa berqurban adalah kewajiban yang harus ditunaikan seorang muslim dalam satu rumah tangga pada Idul Adha, sebagai pelengkap pemberian zakat fitrah pada Idul Fitri, yang berarti setiap muslim selalu siap memberikan makan sesamanya. Berqurban menyembelih hewan dan membantu korban hendaknya berjalan paralel, dan itulah yang terafdal, karena hakikatnya adalah dalam rangka mencintai Pemberi dan Pemilik harta.

Karena salah satu hikmah qurban memberhentikan pengorbanan sesajen manusia yang berlangsung sebelumnya menjadi hewan, maka sebaiknya hikmah korban Aceh juga memberhentikan juga penyembelihan sesama muslim, antara TNI dengan GAM menuju perdamaian, membangun kembali fisik dan keAcehan yang porak poranda.

Allahu Akbar Walillahil hamdu. Selamat Idul Qurban 1425 H, semoga qurban dan kesadaran kita diterima.Amin.



No comments: