Sebelum datangnya Islam, salam yang dianggap sebagian bangsa sebagai etika dalam pergaulan jika bertemu diwaktu pagi, yaitu Shabahul Khair ( Arab ) Good morning ( Barat ) Ohaya Kozaimas ( Jepang) dan Selamat pagi ( Indonesia ). Artinya yang didoakan hanya keselamatan diwaktu pagi. Jika tidak sempat bertemu diwaktu siang, maka doa untuk siang dengan sendirinya alpa. Demikian malam. Jadi, umur doa itu hanya sekitar lima jam. Bagaimana keistimewaan salam perdamaian ala Islam?.
Sesudah Islam datang pada abad ke 7 M yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, maka etika pergaulan adalah doa, untuk keselamatan orang lain, diganti menjadi “Assalamu Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh” yang artinya Mudah-mudahan Allah memberikan keselamatan bagimu semua, serta memperoleh rahmat dan berkah dari Allah. Salam yang ditawarkan Islam itu, mempunyai keistimewaan dibandingkan sebelumnya, yaitu (l) Makna “Kum” dalam Alaikum, berarti jamak yang mencakup person, isteri, anak serta seluruh keluarga yang dalam tanggungannya. di rumah (2) Salam itu bukan hanya berlaku pagi, sore, atau waktu tertentu, tapi berlaku dalam 24 jam (3) Salam itu bukan cuma mendoakan keselamatan atau kesejahteraan atau kedamaian, tapi sekaligus mendoakan, agar semuanya tanpa klasifikasi, sekaligus memperoleh rahmat dan berkah dari Allah.
Sebab itu adalah kekeliruan besar yang sering dilakukan seorang, yang suka berpidato, sesudah mengucapkan “Assalamu Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh”, lalu masih menambah lagi, kalimat selamat pagi, atau salam sejahtera untuk kita semua. Atau penghormatan khusus, kepada pejabat yang hadir, satu persatu. Jika nawaitunya mengucapkan salam yang panjang begitu, agar lebih lengkap, maka sangatlah mengherankan, apakah salam yang diabadikan Al-Quran masih dapat diungguli oleh salam produk manusia ?. Jawabannya, “ tidak mungkin !”.
Lahirnya salam:
Salam pertama, “Assalamu Alaika (mufrad) atau Alaikum (jamak), dimulai ketika Nabi Mi’raj ( sebelum hijrah ) dan bertemu Tuhan. Dengan tadharru’ Rasul bersujud memuji Tuhan, kemudian Tuhan memberi salam “ Assalamu Alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullah Wabarakatuh”. ( Keselamatan atasmu (Muhammad) disertai rahmat dan berkah Allah). Kemudian dijawab Nabi, Assalamu ‘alaina wa’ala ibad Allah al-shalihin. ( Mudah-mudahan keselamatan itu tertuju kepada kami semua, bersama seluruh hamba-hambaMu yang saleh).
Adapun salam dan kesejahteraan kepada Nabi-nabi yang lain, juga diabadikan Al-Quran, misalnya ketika Nabi Isa dilahirkan oleh ibunya Maryam, ia berkata “Wa assalamu ‘Alayya yauma wulidtu wa yauma amutu”( Salam sejahtera untukku, pada hari kelahiranku, wafatku dan pada hari kebangkitanku kelak ( QS.Maryam 33 ). Namun, perlu diingat bahwa sebelum mengucapkan salam, didahului pengakuannya, bahwa “Inni Abdullah” ( Bahwa saya adalah hamba Allah ).Diperintahkan mengerjakan salat, menunaikan zakat, berbakti kepada ibu, tidak bersifat congkak dan tidak pula celaka ( QS.Maryam 3O-32 ).
Dari kedua keterangan tersebut, maka salam keselamatan dan kesejahteraan itu dimulai dan diajarkan oleh oleh Allah kepada kekasihNya, Muhammad SAW, kemudian Nabi Muhammad mendoakan, agar semua umatnya terutama yang saleh, juga memperoleh kesejahteraan, rahmat ( kasih sayang ) dan berkah dari Allah. Demikian Nabi-nabi yang lain, semuanya menawarkan, betapa pentingnya kasih sayang. Sebab itu advokasi para tertuduh terroris yang menggunakan istilah dan kalimat heroic agama, justru bertentangan keluruhan, yang menyengsarakan orang lain. Agama mendorong manusia untuk hidup baik dan mengasihi sesamanya.Politik agama berwajah kemanusiaan.Khusus Islam justru disebut “Rahmat kepada semesta alam”, yaitu kepada sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Dalam ajaran Islam, dianjurkan penyebarluasan salam perdamaian dan kesejahteraan umat manusia, baik dalam keadaan salat, diluar salat, ketika berjumpa, memulai pidato, memasuki rumah dan tempat-tempat yang terhormat.
Mendoakan kecelakaan
Dalam kehidupan Rasul SAW bersama isterinya, tiba-tiba berjumpa dengan seorang Yahudi. Si Yahudi memberi salam dengan lafazh “ Assamu Alaika”.( tanpa huruf “la”) yang artinya “Semoga keelakaan menimpa dirimu”. Aisyah, isteri Rasul sangat marah dan membalas dengan kata-kata yang kurang baik. Tapi, Rasul menasehati Aisyah dengan kata, “ ya Aisyah, cukup Adinda balas dengan ucapan “Waalaika” ( Biarlah engkau lebih dahulu ditimpa ) ( HR.Bukhari ).Berarti doa mencelakakan cukup dikembalikan sama dan tidak perlu membalas yang lebih kejam. Prinsip Islam akhlak.
Adapun metode salam dalam Islam ialah setiap salam yang ikhlas dari siapapun, jika nawaitunya untuk keselamatan, maka kita berkewajiban membalasnya dengan ikhlas dan lebih panjang. Misalnya Assalamu Alaikum dijawab Waalaikumussalam Warahmatullah. Esensi Islam, hendaknya selalu berusaha meniru nabinya sebagai Rahmatan kepada semesta alam. ( Memberi kasih sayang kepada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan ). Hikmah pemberian sesuatu hendaknya dibalas dengan yang lebih banyak atau bernilai plus.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasul “manakah diantara amal yang terbaik dan afdhal ? “.Rasul menjawab “ Memberi makan dan menyebarkan salam kepada orang yang kamu telah kenal dan belum. “ ( HR. Muslim ). Hadis inilah yang dipraktekkan Rasul bersama sahabatnya, dan hendaknya dilanjutkan umat muslimin dalam salat dan diluar salat setiap hari, sehingga Islam tetap diakiui sebagai agama perdamaian dan humaniora.
Dari uraian singkat diatas dipahami bahwa salam dalam Islam ( Assalamu Alaikum ), dimulai oleh Allah SWT, dilanjutkan oleh Rasul SAW, dan dilanjutkan kepada umatnya untuk menyebarluaskan, dimana saja berada, dalam kondisi dan situasi apapun, kepada sesama umat manusia. Sebaliknya, Islam tidak mungkin mengajarkan terror (membunuh, membom dan menyakiti orang tidak berdosa).
Sesudah Islam datang pada abad ke 7 M yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, maka etika pergaulan adalah doa, untuk keselamatan orang lain, diganti menjadi “Assalamu Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh” yang artinya Mudah-mudahan Allah memberikan keselamatan bagimu semua, serta memperoleh rahmat dan berkah dari Allah. Salam yang ditawarkan Islam itu, mempunyai keistimewaan dibandingkan sebelumnya, yaitu (l) Makna “Kum” dalam Alaikum, berarti jamak yang mencakup person, isteri, anak serta seluruh keluarga yang dalam tanggungannya. di rumah (2) Salam itu bukan hanya berlaku pagi, sore, atau waktu tertentu, tapi berlaku dalam 24 jam (3) Salam itu bukan cuma mendoakan keselamatan atau kesejahteraan atau kedamaian, tapi sekaligus mendoakan, agar semuanya tanpa klasifikasi, sekaligus memperoleh rahmat dan berkah dari Allah.
Sebab itu adalah kekeliruan besar yang sering dilakukan seorang, yang suka berpidato, sesudah mengucapkan “Assalamu Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh”, lalu masih menambah lagi, kalimat selamat pagi, atau salam sejahtera untuk kita semua. Atau penghormatan khusus, kepada pejabat yang hadir, satu persatu. Jika nawaitunya mengucapkan salam yang panjang begitu, agar lebih lengkap, maka sangatlah mengherankan, apakah salam yang diabadikan Al-Quran masih dapat diungguli oleh salam produk manusia ?. Jawabannya, “ tidak mungkin !”.
Lahirnya salam:
Salam pertama, “Assalamu Alaika (mufrad) atau Alaikum (jamak), dimulai ketika Nabi Mi’raj ( sebelum hijrah ) dan bertemu Tuhan. Dengan tadharru’ Rasul bersujud memuji Tuhan, kemudian Tuhan memberi salam “ Assalamu Alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullah Wabarakatuh”. ( Keselamatan atasmu (Muhammad) disertai rahmat dan berkah Allah). Kemudian dijawab Nabi, Assalamu ‘alaina wa’ala ibad Allah al-shalihin. ( Mudah-mudahan keselamatan itu tertuju kepada kami semua, bersama seluruh hamba-hambaMu yang saleh).
Adapun salam dan kesejahteraan kepada Nabi-nabi yang lain, juga diabadikan Al-Quran, misalnya ketika Nabi Isa dilahirkan oleh ibunya Maryam, ia berkata “Wa assalamu ‘Alayya yauma wulidtu wa yauma amutu”( Salam sejahtera untukku, pada hari kelahiranku, wafatku dan pada hari kebangkitanku kelak ( QS.Maryam 33 ). Namun, perlu diingat bahwa sebelum mengucapkan salam, didahului pengakuannya, bahwa “Inni Abdullah” ( Bahwa saya adalah hamba Allah ).Diperintahkan mengerjakan salat, menunaikan zakat, berbakti kepada ibu, tidak bersifat congkak dan tidak pula celaka ( QS.Maryam 3O-32 ).
Dari kedua keterangan tersebut, maka salam keselamatan dan kesejahteraan itu dimulai dan diajarkan oleh oleh Allah kepada kekasihNya, Muhammad SAW, kemudian Nabi Muhammad mendoakan, agar semua umatnya terutama yang saleh, juga memperoleh kesejahteraan, rahmat ( kasih sayang ) dan berkah dari Allah. Demikian Nabi-nabi yang lain, semuanya menawarkan, betapa pentingnya kasih sayang. Sebab itu advokasi para tertuduh terroris yang menggunakan istilah dan kalimat heroic agama, justru bertentangan keluruhan, yang menyengsarakan orang lain. Agama mendorong manusia untuk hidup baik dan mengasihi sesamanya.Politik agama berwajah kemanusiaan.Khusus Islam justru disebut “Rahmat kepada semesta alam”, yaitu kepada sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Dalam ajaran Islam, dianjurkan penyebarluasan salam perdamaian dan kesejahteraan umat manusia, baik dalam keadaan salat, diluar salat, ketika berjumpa, memulai pidato, memasuki rumah dan tempat-tempat yang terhormat.
Mendoakan kecelakaan
Dalam kehidupan Rasul SAW bersama isterinya, tiba-tiba berjumpa dengan seorang Yahudi. Si Yahudi memberi salam dengan lafazh “ Assamu Alaika”.( tanpa huruf “la”) yang artinya “Semoga keelakaan menimpa dirimu”. Aisyah, isteri Rasul sangat marah dan membalas dengan kata-kata yang kurang baik. Tapi, Rasul menasehati Aisyah dengan kata, “ ya Aisyah, cukup Adinda balas dengan ucapan “Waalaika” ( Biarlah engkau lebih dahulu ditimpa ) ( HR.Bukhari ).Berarti doa mencelakakan cukup dikembalikan sama dan tidak perlu membalas yang lebih kejam. Prinsip Islam akhlak.
Adapun metode salam dalam Islam ialah setiap salam yang ikhlas dari siapapun, jika nawaitunya untuk keselamatan, maka kita berkewajiban membalasnya dengan ikhlas dan lebih panjang. Misalnya Assalamu Alaikum dijawab Waalaikumussalam Warahmatullah. Esensi Islam, hendaknya selalu berusaha meniru nabinya sebagai Rahmatan kepada semesta alam. ( Memberi kasih sayang kepada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan ). Hikmah pemberian sesuatu hendaknya dibalas dengan yang lebih banyak atau bernilai plus.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasul “manakah diantara amal yang terbaik dan afdhal ? “.Rasul menjawab “ Memberi makan dan menyebarkan salam kepada orang yang kamu telah kenal dan belum. “ ( HR. Muslim ). Hadis inilah yang dipraktekkan Rasul bersama sahabatnya, dan hendaknya dilanjutkan umat muslimin dalam salat dan diluar salat setiap hari, sehingga Islam tetap diakiui sebagai agama perdamaian dan humaniora.
Dari uraian singkat diatas dipahami bahwa salam dalam Islam ( Assalamu Alaikum ), dimulai oleh Allah SWT, dilanjutkan oleh Rasul SAW, dan dilanjutkan kepada umatnya untuk menyebarluaskan, dimana saja berada, dalam kondisi dan situasi apapun, kepada sesama umat manusia. Sebaliknya, Islam tidak mungkin mengajarkan terror (membunuh, membom dan menyakiti orang tidak berdosa).
Islam terpaksa melawan, jika diusir dari kampung halamannya sendiri atau jika diperangi lebih dahulu. Maka terpaksa membalas, tapi tujuannya untuk mencapai kedamaian. Sesuai asal kata makna “Islam” disamping penyerahan, juga bermakna perdamaian dan keselamatan.(Wa Allahu a’lam).
H. Mochtar Husein
No comments:
Post a Comment