Friday, November 9, 2007

Azas Islam atau Pancasila?

Seperti yang telah diuraikan terdahulu bahwa sistim pembinaan masyarakat pertama terbaik adalah di zaman Rasul SAW. Namanya Masyarakat Madani.Sebab tokoh kepemimpinan Rasul pilihan Allah sendiri. Kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar dan Umar. Keduanya dipilih oleh rakyat secara demokratis. Penulis-penulis Barat, hanya mengakui kedua khalifah tersebut. Khalifah Usman dan Ali dianggap bermasalah.Namun bagi seorang muslim tetap mengakui sebagai Khulafa al-Rasyidin yang juga dipilih rakyat. Pengangkatan Usman bentuknya sistim formatur 5 orang sahabat yang ditunjuk Umar. Setelah tiga hari lamanya bermusyawarah memilih khalifah pengganti Umar yang terbunuh, belum ada yang terpilih akhirnya Usman yang tertua diantara anggota, menawarkan diri bersedia jadi Khalifah. Tapi Ali salah seorang anggota formatur menolak dengan alasan, jangan sampai Usman terpengaruh nepotisme dari lingkungan keluarganya yang kaya. Namun setelah anggota yang lain membai’at yang diikuti orang banyak, akhirnya Alipun ikut membai’at.

Mengenai pemilihan Ali juga bermasalah. Usman yang juga terbunuh oleh suatu demonstrasi karena dituduh nepotisme dengan penggantian sejumlah gubernur, Ali langsung diba’at orang banyak, tapi ada beberpa pemuka masyarakat menolak.Diantaranya Aisyah bekas isteri Nabi dan gubernur Mu’awiyah pengangkatan Usman di Damaskus. Demikianlah variasi pemilihan Khulafa al-Rasyidin.

Lahirnya partai :
Dalam Sejarah Kebudayaan Islam, perkembangan Islam di masa Khulafa al-Rasyidin dan awal dinasti Umawiyah diwarnai pertumbuhan aliran di bidang politik, kepercayaan, kebahasaan, ilmu pengetahuan dsb. Aliran itu sering disebut mazhab, firqah atau partai. Lahir sebagai koreksi terhadap fenomena dalam masyarakat. Bibitnya dimulai perbedaan pendapat antara Muhajirin dan Anshar tentang pengganti Nabi (Khalifah) setelah beliau wafat. Tapi untung cepat reda, karena masing-masing kelompok masih merasa kuat pengaruh pembinaan ukhuwah Nabi. Namun pertentangan politik di zaman Ali dan Mu’awiyah sangat meruncing mengakibatkan terjadi noktah hitam dengan perang saudara di Siffin. Peristiwa itu melahirkan aliran Jam’iyah pendukung Muawiyah, Syi’ah pendukung Ali dan Khawarij yang mulanya termasuk golongan Syi’ah, berbalik jadi penentang Ali dan sekaligus penentang Mu’awiyah, dengan alasan keduanya melakukan arbitrase, bukan berdasarkan Alquran.

Pertentangan politik merembes menjadi pertentangan agama yang saling mencari legitimasi Alquran, menjadi 4 aliran : Khawarij, Syi’ah, Murjiyah dan Mu’tazilah (SKI I:1982).

(1) Partai Khawarij : dimotori Arab Badwi yang berwatak kasar, berani, lugu, suka bertualang, perang dan pembunuhan. Watak ini mewarnai ajaran Islam garis keras. Menurut khawarij, orang yang berdosa besar dianggap kafir, termasuk yang tidak mau bergabung dalam khawarij. Mula-mula yang mereka cap kafir adalah Ali, Mu’awiyah, Abu Musa dan ‘Amar pelaku arbitrase. Kemudian seluruh pengkitunya yang terlibat dalam pertentangan. Menurut Khawarij halal darahnya di tumpahkan. Dan betul-betul berhasil membunuh Ali, namun Mu’awiyah dkk luput.

(2) Partai Syi’ah : Mulanya juga gerakan politik pendukung Ali. Sejak pertama memahami bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali.Terkenal adanya hadis “Gadir Hum “ tentang wasiat Nabi. Di zaman orde baru di Indonesia aliran ini sangat ditakuti karena memahami kedudukan Imam (Ulama), lebih tinggi dari Presiden.

(3) Partai Murjiyah: Kelompok muslim ini tidak mau melibatkan diri dalam pertentangan kaum muslimin.Ia masuk kelompok moderat.Tidak mendukung pandangan ekstrim Khawarij tentang dosa besar, tapi tidak mendukung pula Syi’ah yang hanya mengakui keturunan Ali yang boleh jadi imam.

(4) Mu’tazilah: Tidak termasuk golongan politik. Tidak mempunyai pasukan dan tentara. Mu’tazilah berarti memisahkan diri dari gurunya Hasan Basri pada abad II H. Mu’tazilah hanya golongan agama yang lebih mengutamakan akal dari wahyu. Pendapat mereka disenangi sebagian golongan intelektual yang dididik di didunia Barat. Tapi berbahaya bagi kaum Sunni seperti di Indonesia.

Muslim Sunni :
Menurut L.Carl Brown dalam Wajah Islam Politik (2OOO), peran yang sangat berbeda di era modern Muhammad bin Abdul Wahhab (17O3- 1787) dan Syekh Mohammad Abduh (1849-19O5) menjadi contoh luasnya peran ulama dalam politik dunia.Tokoh pertama mencerminkan muslim kawasan pinggiran menuju pusat politik. Menyebarkan agama puritan kaku ke tengah jazirah Arab. Mengangkat senjata melawan kaum muslimin yang dianggap lalai hingga murtad.
Sebaliknya tokoh Mesir Abduh memilih jalan reformasi melioris seraya tetap bekerjasama berbagai kekuatan politik, termasuk Inggeris yang memantapkan kedudukannya di Mesir tahun 1882.

Abdul Wahhab dan Abduh sama-sama memiliki pengikut ulama dan awam. Dengan cara yang berbeda kedua tokoh itu meninggalkan kesan tentang agama dan politik yang bertahan sampai sekarang. Abduh berpendapat Islam sangat bersesuaian dengan dunia modern yang liberal, demokratis dan ilmiah. Salafiah yang dirintisnya melahirkan dua gerakan berbeda.

(1) Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim) mewakili kelompok fundamentalisme moderat, juga berfungsi selama beberapa dekade laksana kepompong gerakan radikal.

(2) Kelompok alternatif ideologis lainnya, menganut jenjang berbagai liberalisme agama, sekularisme dan apa yang mungkin disebut Erastianisme (doktrim yang menginginkan supremasi negara dan agama dalam urusan rohaniah) muslim. Perbedaan mencolok antara dua pendapat tersebut :

(a) Konfrontasi antara “lembaga agama” muslim dan negara muslim, mustahil terjadi.

(b) Pemimpin agama sejak awal hingga kini, sering menggulingkan penguasa muslim.
Kedua perbedaan pendapat itu dapat didamaikan. Mungkin salah satu cara memahami pola umum kekuatan agama dan politik muslim Sunni dalam menghadapi kekuasaan negara. Sebenarnya dalam era modern, ulama Sunni bukan organisasi kolektif yang berlawanan, tapi justru menjadi bagian dari alat negara.

Muslim Syi’ah:
Syi’ah adalah legitimis (pendukung pemerintahan berdasarkan pusaka).Imamah (Kepemimpinan) harus jatuh ke Ali dan keturunannya dari generasi ke generasi. Ada 12 Imam yang absah dan yang ke 12 menghilang (ghayba). Ekatologi Syi’ah dinantikan kembalinya sebagai al-Mahdi yang akan mengatur zaman keemasan.

Sebuah revolusi di Iran dipimpin ulama, sedang Sunni boleh dipimpin yang bukan ulama.Tapi kedua ulamanya memahami, bahwa tidak ada pemisahan antara agama dan negara dalam Islam. Atau tidak ada istilah kependetaan dalam Islam.

Azas Islam atau Pancasila :
Kalau negeri-ngeri Islam di Timur Tengah hanya dikenal Muslim Sunni dan Muslim Syi’ah tentang paham politik. Maka di Indonesia semuanya mengikuti sistem Sunni.
Pada Januari 2OO4 yang baru lalu penulis bersama Tim pengkajian Islam Sulsel melakukan diskusi dengan Syekh Al-Azhar dan Mufti di Mesir tentang Syariat Islam. Ketika penulis menanyakan bagaimana hukumnya negara kami yang tidak menyebut Azas Islam dan hanya menyebut Pancasila sesui ketetapan MPR ?.Lalu Syekh bertanya apa itu Pancasila ?.Pancasila itu 5 dasar negara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (2)Kemanusiaan yang adil dan beradab (3) Persatuan Indonesia (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaearatan / perwakilan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima sila itu tidak ada yang bertentangan Alquran dan Sunnah, maka Mufti berkata “ Mafi musykilah”(Tidak ada masalah, silakan jalan). Berdasarkan pernyataan Syekh Al-Azhar dan Mufti Mesir, maka partai atau organisasi di Indonesia, yang tidak menyebut azas Islam tapi tetap berakidah Islam, tidak cocok dicap prtai kafir, karena anggotanya masih melakukan salat,puasas,zakat dan haji.

Akhirnya 24 Partai yang bertanding dalam Pemilu 5 April mendatang, boleh kita memilih salah satu diantaranya baik yang berazas Islam atau Pancasila.Asal visi dan Misinya mendekati pembinaan Masyarakat Madani yang pernah dilakukan Rasul di Medinah. Esensi utamanya (1) Pembangunan Mesjid,Pendidikan dan Dakwah (2) Persaudaraan Muslim dengan memperlancar ekonomi rakyat (3) Membuat perjanjian damai antar umat beragama demi keamanan (4) Memimpin masyarakat dengan teladan yang tinggi misalnya jujur, adil, hidup sederhana, mencintai rakyat dengan suka menyumbang.

No comments: